Konflik Kuota Wisata Rinjani Memanas, Balai TNGR Dipaksa Turun Tangan


Gunung Rinjani Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) (ANTARA/Akhyar Rosidi)
MerahPutih.com - Konflik horisontal terkait pengelolaan pintu masuk pendakian wisata alam Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) kian memanas.
Pada 8 April 2025 lalu, warga dan pelaku wisata yang tergabung dalam Asosiasi Tour Operator Senaru (ATOS) mendatangi kantor Balai TNGR di Kota Mataram untuk meminta penambahan kuota pendaki di Jalur Senaru.
Mereka meminta kuota pendaki dari maksimum 150 orang per hari menjadi tidak terbatas untuk mengakomodir lonjakan pendaki yang mendaftar melalui jalur pendakian Senaru di Lombok Utara.
Asosiasi dan masyarakat yang mengelola pintu pendakian Jalur Sembalun juga melayangkan permintaan kepada Balai TNGR untuk mengelola secara mandiri pintu pendakian.
Baca juga:
Tutup Sejak Awal Tahun, Wisata Gunung Rinjani Kembali Dibuka 3 April
Untuk itu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) akhirnya terpaksa mengumpulkan berbagai asosiasi hingga forum wisata yang mengelola wisata alam Gunung Rinjani
"Pertemuan itu bertujuan untuk mengonfirmasi perkembangan pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani secara kekeluargaan dan meminta masukan terkait berbagai persoalan yang ada," kata Kepala Balai TNGR Yarman dalam pernyataan di Mataram, Selasa (15/4).
Balai TNGR menegaskan kuota pendaki kuota pendaki sebanyak 700 orang per hari sudah sesuai dengan daya dukung dan daya tampung Gunung Rinjani, sehingga tidak bisa ditambah secara mendadak.
Baca juga:
Pendaki Asal Jakarta Terjatuh dan Hilang di Jalur Pelawangan Sembalun Rinjani
Jumlah kuota itu dibagi ke enam jalur pendakian, yakni Senaru sebanyak 150 orang, Torean 100 orang, dan Sembalun 150 orang yang bila ditotalkan sebanyak 400 orang. Sedangkan, kuota sisanya sebanyak 100 orang di Jalur Timbanahu, Tete Batu 100 orang, dan Aiq Beriq 100 orang.
Kawasan Gunung Rinjani juga memiliki 21 destinasi wisata non-pendakian yang menawarkan keindahan alam berupa bukit, air terjun, dan padang savana. Sebanyak 21 objek wisata non pendakian itu dapat menjadi pilihan alternatif bagi wisatawan yang tidak kebagian tiket pendakian.
Saat ini, TNGR telah melibatkan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan dengan jumlah 179 izin operator pendakian, 458 porter, dan 867 pemandu wisata, yang berasal dari masyarakat lokal, serta terdapat pula akomodasi, penyewaan peralatan, hingga transportasi yang dikelola oleh masyarakat.
"Kami berharap sinergi antara Taman Nasional Gunung Rinjani, pemerintah daerah, pelaku pariwisata, dan masyarakat dapat terus ditingkatkan demi pengelolaan wisata yang berkelanjutan dan memberikan manfaat maksimal bagi semua pihak," tandas Yarman, dikutip Antara. (*)
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Makanan Halal Magnet Utama Pilihan Liburan Muslim Indonesia

Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Mulai Oktober, Pendaki Naik Rinjani Wajib Punya Asuransi Premium

Pendaki Rinjani Akan Dipasang Aplikasi Pelacak, Uji Coba Dimulai Akhir Agustus

Pendaki Pemula Dilarang Naik Rinjani, Harus Grade 4 Dibuktikan Lewat Sertifikat Atau Foto

Hari Ini Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Dibuka Kembali, Masuk Harus Beli Tiket Online

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur
