Komunitas Salihara Buka Kelas Filsafat 'Dunia Digital'


Dunia digital dari perspektif filsafat (Foto: Pexels/Pavel Danilyuk)
DIGITALISASI telah mengubah cara kita bersikap. Dunia digital yang berdampingan dengan dunia nyata membuat kita hidup di dalam keduanya. Bagaimana manusia menanggapi perubahan ini apabila dilihat dari kacamata filsafat? Mengusung tema besar Manusia dan Dunia Digital, Komunitas Salihara Arts Center menggelar seri kelas filsafat yang membahas fenomena dunia digital yang terbagi ke dalam tiga putaran.
Setelah sukses dengan putaran pertama yang membahas hubungan antara manusia dengan dunia digital dari sudut pandang antropologi. Kali ini Komunitas Salihara kembali hadir dalam putaran kedua dengan tema Etika: Moral dan Dunia Digital. Pengajar untuk kelas kedua masih sama dengan kelas sebelumnya. Yakni peneliti di bidang Filsafat Politik, FIlsafat Ilmu, dan Kebijaksanaan Timur, Reza A.A. Wattimena.
Baca Juga:

Tema Etika: Moral dan Dunia Digital membahas bagaimana persoalan etika dan moralitas di dalam dunia digital kita lihat melalui perspektif dan pemikiran filsuf penting seperti Immanuel Kant, Karl Marx, maupun prinsip-prinsip dalam Buddhisme. Acara ini akan dibagi ke dalam empat sesi yang dilaksanakan pada 07, 14, 21, dan 28 Mei 2022 secara daring.
Empat sesi tersebut terdiri dari:
Kant dan Tindakan Digital

Dalam sesi ini, peserta akan mendalami persoalan mengenai tipe tindakan baru yang lahir dari interaksi dunia digital yang dinamakan “tindakan digital”. Diskusi ini akan banyak mendalami masalah tersebut menggunakan perspektif etika dari Immanuel Kant.
Stoikisme untuk Para Pengguna Gawai

Di sesi kedua, para peserta akan melihat bagaimana nasihat-nasihat dalam stoikisme bisa diterapkan untuk menjaga kewarasan dalam hidup yang serba digital ini. Melalui kelas ini, peserta akan dibantu untuk menemukan jawabannya bersama termasuk dalam saran-saran untuk mengendalikan diri dalam menerima informasi di dunia maya.
Baca Juga:
Manfaat Positif Sentuhan Fisik Setiap Hari Agar Anak Merasa Damai
Buddhisme dan Virtualitas

Melalui pandangan Buddhisme, para peserta kelas akan belajar dan mencari tahu apakah konsep “maya” dalam ajaran tersebut dapat memberikan pencerahan terhadap cara hidup manusia yang sudah bersentuhan terhadap kecanggihan teknologi sehingga menghasilkan realitas visual.
Marx dan Sosialisme Digital

Sesi terakhir ini akan memberikan jawaban akan seperti apa bentuk sosialisme digital itu menurut pandangan Karl Marx. Serta menemukan jawaban apakah kelas-kelas sosial yang diratakan di dalam dunia digital merupakan bentuk perwujudan mimpi dari utopia sosialisme sang filsuf tersebut.
Koordinator program edukasi Komunitas Salihara Arts Center, Rebecca Kezia memaparkan bahwa program kelas filsafat ini niscaya dapat merawat ruang berpikir kritis publik melalui sejarah dan teori para pemikir dunia.
“Komunitas Salihara selalu mengambil tema-tema yang spesifik berkaitan dengan isu sosial, politik, bahkan fenomena-fenomena terkini di dunia digital yang semakin marak selama pembatasan sosial di masa pandemi. Tema pilihan tersebut kemudian dilihat dari kacamata filsafat bukan sebagai kebenaran cara pandang yang tunggal tapi jalan untuk melihat suatu isu dengan lebih luas dan kritis," ujarnya. (avia)
Baca Juga:
Sega Klaim NFT dan Cloud Streaming jadi Masa Depan Video Gim
Bagikan
Berita Terkait
UOB My Digital Space Bekali 90 Ribu Pelajar Indonesia dengan Keterampilan Digital, Gandeng Ruangguru sebagai Mitra

Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Solo Raya Alami Lonjakan Transaksi QRIS, Volume Capai 51,91 Juta

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

ABI Tegaskan DRX Token Sebagai Proyek Aset Digital Yang Miliki Potensi Besar di Indonesia

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Keberatan Platform Digital User Generated Content Diatur UU Penyiaran

Bye Antre TPS! Indonesia Siap-Siap Pemilu Digital 2029, Netizen: Dari Mana Duitnya?

3 Tantangan Kesejangan Digital di Indonesia, Perlu Tiru China dan India Agar Segera Maju
