Eksotika Papua

Kisah Silas Papare, Pejuang Asal Papua yang Disegani Jepang dan Belanda

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Senin, 03 September 2018
Kisah Silas Papare, Pejuang Asal Papua yang Disegani Jepang dan Belanda

Pejuang Silas Papare. (Sumber: youtube.com/repro merahputih.com)

Ukuran:
14
Audio:

MESKI nama Silas Papare tak sebesar nama Jenderal Soedirman, perjuangannya dalam membela bangsa tak boleh diragukan. Lelaki kelahiran Serui Papua, 18 Desember 1918, itu dengan gigih berjuang menyatukan Irian Jaya (Papua) ke dalam wilayah Indonesia dari cengkeraman kolonial Belanda.

Silas Papare merupakan seorang pejuang yang berlatar pendidikan sebagai perawat. Setelah tamat Sekolah Rakyat Tiga, Silas melanjutkan pendidikan ke Sekolah Perawat Empat di Serui, dan lulus pada tahun 1935.

Selain menjadi perawat, Silas pun dipercaya Belanda sebagai tenaga intelijen. Sebab, meski tak didukung dengan pendidikan militer secara khusus, tetapi Silas memiliki penguasaan medan yang cukup bagus. Tak ayal pada 4 Juni 1944, Silas diberi bintang jasa pangkat Sersan Kelas II oleh Belanda.

Dalam hal memberikan pelayanan, Silas juga berhasil mengeluarkan rakyat Indonesia dari hutan semasa pendudukan Jepang, yakni dari Serui, Biak, dan Manokwari. Pada 5 April 1945, Silas mendapat penghargaan dari pemerintah kolonial Belanda berupa Bintang Perunggu, yang diberikan oleh Koningin Wilhelmina.

Karier militer Silas pun kian cemerlang. Berkat pertolongannya atas tentara Sekutu melawan Jepang di Irian Jaya, ia kembali memperoleh penghargaan dari bagian OPS Perang Pasifik dari Biro Intelijen tentara Sekutu yang ditandatangani oleh GA Willongbym Mayor Jenderal USA (US ARMY) pada 31 Oktober 1945.

Namun, sejak Sekutu meninggalkan Irian Jaya, dan digantikan lagi oleh kolonial Belanda, keadaan mulai berubah. Menurut Onnie Lumintang dalam buku Biografi Pahlawan Nasional; Marthin Indey dan Silas Papare menjelaskan, sebelum proklamasi diumumkan, Irian Barat (Irian Jaya) telah dibebaskan oleh tentara Sekutu dari kekuasaan bala tentara Jepang.

Pada saat tentara Sekutu melakukan pembebasan Irian barat, ikut pula Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA, Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) bersama pasukannya. Tak pelak jika pada kemudian hari NICA menguasai Irian Barat meski sudah Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan.

Di lain sisi, rakyat Irian Barat justru sudah mendengar berita proklamasi kemerdekaan melalui radio dan pamflet-pamflet yang dikirim oleh orang-orang Indonesia di Australia, yang tergabung dalam Political Axile Association.

"Berita proklamasi tersebut mendorong rakyat Irian Barat untuk mempertahankan proklamasi tersebut di daerahnya," kata Onnie Lumintang dalam bukunya.

Hal tersebut, kata Onnie, terbukti dengan munculnya perlawanan yang dilakukan rakyat Irian Barat, yaitu dengan mendirikan organisasi-organisasi seperti Komite Indonesia Merdeka (KIM), dan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang didirikan oleh Silas Papare.

Pada 25 Desember 1945, Silas dan beberapa kawannya berupaya mengajak pemuda-pemuda Irian yang tergabung dalam Batalyon Papua untuk bergabung dan memberontak terhadap Belanda. Sayangnya, rencana tersebut bocor ke telinga Belanda, sehingga Silas Papare ditangkap dan dipenjarakan di Serui, Jayapura.

Ketika menjalani masa tahanan di Serui, Silas berkenalan dengan dr Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi yang diasingkan oleh Belanda ke tempat yang sama. Perkenalannya tersebut semakin menambah keyakinan Silas bahwa Papua harus bebas dan bergabung dengan Republik Indonesia.

Akhirnya, Silas mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Akibatnya, pejuang Papua itu kembali ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan di Biak. Namun, ia kemudian melarikan diri menuju Yogyakarta.

Pada Oktober 1949, Silas mendirikan Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta dalam rangka membantu pemerintah Republik Indonesia untuk memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah RI.

Di Yogyakarta, Silas Papare membentuk Badan Perjuangan Irian yang berusaha keras untuk memasukkan wilayah Irian Jaya ke dalam negara Indonesia. Silas Papare kemudian ditunjuk menjadi salah seorang delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York pada tanggal 15 Agustus 1962 yang mengakhiri perseteruan antara Indonesia dan Belanda perihal Irian Barat.

Perjanjian itu ditindaklanjuti dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969, di mana rakyat Irian Barat memilih bergabung dengan NKRI.

Pada 7 Maret 1978, akhirnya pejuang dari ujung timur Indonesia itu wafat. Untuk menghormati segala jasa-jasanya, Silas Papare dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 077/TK/1993, Tgl. 14 September 1993.

Bahkan, salah satu kapal perang milik TNI AL mendapat kehormatan menggunakan nama KRI Silas Papare yaitu sebuah korvet kelas Parchim, yang dibuat untuk Volksmarine/AL Jerman Timur pada akhir 70-an. Penamaan menurut Pakta Warsawa adalah Project 133. (*)

#Pahlawan Nasional #Eksotika Papua
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Indonesia
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Rumah kecil Slamet Riyadi terakhir direhab tahun 1937.
Frengky Aruan - Senin, 18 Agustus 2025
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Indonesia
Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Natsir dan Sjafruddin Prawiranegara pada era Orde Lama dan Orde Baru juga pernah dianggap pemberontak PRRI.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Tradisi
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Gelar Pahlawan Nasional bukan cuma soal jasa, tapi juga politik dan kontroversi. Dari proses penetapan hingga perdebatan soal Soeharto—simak sejarah panjang dan panasnya di sini!
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Indonesia
Wamensos Sebut Keputusan Gelar Pahlawan Soeharto Ada di Istana
Sosok aktivis 98 ini menyampaikan bahwa batas waktu pengusulan dari daerah akan berakhir pada akhir Mei
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 24 Mei 2025
Wamensos Sebut Keputusan Gelar Pahlawan Soeharto Ada di Istana
Berita
Hari Buruh 2025: Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Intip Profilnya
Nama Marsinah kembali menggema di tengah perayaan Hari Buruh 2025 yang digelar megah di kawasan Monas, Kamis (1/5/2025).
ImanK - Kamis, 01 Mei 2025
Hari Buruh 2025: Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Intip Profilnya
Indonesia
Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto
Selain mengutip Soekarno, Usman juga menyuarakan pentingnya perlindungan hutan tersisa di dunia, yaitu hutan di Papua, Amazon, dan Kongo Afrika.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 27 April 2025
Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto
Indonesia
Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!
Wacana soal usulan Soeharto jadi pahlawan nasional, mendapat penolakan dari Setara Institute. Sebab, hal itu dianggap belum memenuhi syarat.
Soffi Amira - Kamis, 24 April 2025
Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!
Indonesia
Polemik Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Setara Institute Khawatir soal Kebangkitan Orba
Polemik usulan Soeharto jadi pahlawan nasional, kini menuai perhatian. Setara Institute pun mulai khawatir jika akan terjadi kebangkitan Orde Baru.
Soffi Amira - Kamis, 24 April 2025
Polemik Usulan Soeharto Jadi  Pahlawan Nasional, Setara Institute Khawatir soal Kebangkitan Orba
Indonesia
Rencana Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Tuai Polemik, Mensos: Wajar, Manusia Punya Kekurangan dan Kelebihan
Gus Ipul menjelaskan bahwa pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto dan Gus Dur adalah bentuk mengingat jasa-jasa baiknya.
Frengky Aruan - Kamis, 24 April 2025
Rencana Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Tuai Polemik, Mensos: Wajar, Manusia Punya Kekurangan dan Kelebihan
Indonesia
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Titiek: Jasanya Begitu Besar
Soeharto kini diusulkan jadi pahlawan nasional. Sang putri, Titiek Soeharto, merespons soal usulan tersebut.
Soffi Amira - Selasa, 22 April 2025
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Titiek: Jasanya Begitu Besar
Bagikan