Kisah Cokelat dan Hari Valentine


Cokelat amat identik dengan Hari Valentine. (foto: unsplash/nick fewings)
DI hari kasih sayang yang jatuh setiap 14 Februari, semua pasangan saling memberi hadiah. Cokelat jadi salah satu item wajib di hari Valentine.
Segala jenis cokelat, yang putih, cokelat susu, hingga cokelat pekat, jadi hadiah yang selalu hadir di saat Valentine. Tradisi memberikan cokelat kepada pasangan saat Valentine itu telah menyebar ke seluruh dunia sejak lama.
Kenapa hanya cokelat yang identik dengan Valentine? Padahal kan, ada banyak makanan manis lainnya.
BACA JUGA:
Sejarah Valentine, dari Tradisi Romawi hingga Pembunuhan Pastor
Ternyata hal itu berhubungan dengan kepercayaan yang mengaitkan cokelat dengan Cupid, peri cinta yang diketahui dari sejarah zaman suku Indian Aztec kuno.
Orang-orang Aztec percaya cokelat merupakan makanan para Dewa. Bahkan penguasa Aztec, Montezuma, percaya cokelat memiliki zat perangsang nafsu berahi.
Selain itu, orang-orang Aztec percaya cokelat menjadi sumber spiritual, peningkat energi, dan peningkat seksualitas yang lebih tinggi. Oleh karena itulah, cokelat selalu disajikan saat upacara pernikahan.

Pada 1800, Cadbury Brothers membuat cokelat, mendirikan toko, dan menjual cokelat di Inggris. Lewat perusahaan itulah untuk pertama kalinya Richard Cadbury menciptakan kotak cokelat berbentuk hati khusus untuk Valentine pada 1861.
Sejak saat itu, mulailah tradisi memberikan cokelat kepada orang yang disayang, terutama pasangan, setiap hari Valentine. Kemasan tematik itu membuat cokelat terasa pas untuk dihadiakan kepada orang tersayang.
Faktanya, cokelat memang memberikan banyak manfaat bagi penikmatnya, terutama yang berhubungan dengan suasana hati.
Cokelat memiliki kandungan kimia berupa phenylethylamine yang dapat meningkatkan perasaan gembira, menimbulkan rasa jatuh cinta, dan kesenangan. Sebuah penelitian di Pusat Riset Nestle, Swiss, menemukan mengonsumsi dark chocolate setiap hari selama dua minggu dapat memengaruhi cara tubuh memetabolism hormon stres.
Berdasarkan hasil tes urine setelah konsumsi cokelat, grupbertingkat kecemasan tinggi mengalami penurunan hormon stres. Selain itu, konsumsi cokelat mengubah biologis mereka secara signifikan. Menurut penelitian itu, orang cenderung merasakan kecemasan mereka berkurang setelah mengudap cokelat.
Bahkan, penelitian terbaru juga menunjukkan cokelat pekat bermanfaat membantu meningkatkan fungsi pembuluh darah dan meningkatkan sensitivitas insulin pada orang dengan atau tanpa diabetes.(dwi)
Bagikan
Berita Terkait
Jeritan UMKM di District Blok M, Harga Sewa Naik Langsung Bikin Tenant Cabut

Menemukan Ketenangan dan Cita Rasa Bali di Element by Westin Ubud, Momen Sederhana Jadi Istimewa

Karyawan Palsukan Tanggal Kedaluwarsa, Jaringan Ritel Jepang Hentikan Penjualan Onigiri

Oase Seribu Rasa di Arena Lakeside Kemayoran, Sajikan Kelezatan Nusantara dan Asia Tenggara dengan Sentuhan Modern

Berburu Promo Makanan di 17 Agustus, dari Potongan Harga sampai Tebus Murah

Bertualang Rasa di Senopati, ini nih Rekomendasinya
Gerakan ’SAPU PLASTIK’ Kumpulkan 2,5 Ton Limbah, Beri Apresiasi Pelanggan dengan Diskon 20 Persen

Menilik Deretan Menu Spesial ala Future Menu 2025 Ramaikan Industri Kuliner Indonesia

Dukung Gaya Hidup Sehat, ini nih Manfaat Sehat Jus Cold-Pressed

Menikmati Nuansa Sarapan Ala New York di Tengah Jakarta
