Ketangguhan Mahasiswa di Timika cari Ilmu Meskipun Sinyal Mendem


Keterbatasan sinyal untuk kuliah daring tak menyurutkan ketangguhan mencari ilmu. (Foto: Pixabay/Clker-Free-Vector-Images)
KETERBATASAN pilihan tempat untuk menimba ilmu karena berada di suatu wilayah atau pulau tertentu tak menyurutkan semangat anak-anak Indonesia. Nanda Meinken Herman merupakan salah satunya.
Mahasiswa yang akrab disana Nanda ini harus jauh dari keluarganya di Timika, Papua selama dua tahun untuk menimba ilmu di salah satu kampus swasta di Tangerang. Besar keinginannya untuk dapat menjadi wartawan wanita yang bertemu orang-orang hebat, membuat dirinya memutuskan untuk mengambil jurusan jurnalistik.
Baca Juga:
Ketangguhan Kurir Pizza Hadapi Amarah Konsumen Saat Pesanan Membludak

Namun pada awal 2020, Nanda akhirnya kembali ke kampung halamannya karena ketidakjelasan situasi akibat pandemi. Perasaannya campur aduk. Senang karena dapat kembali bertemu dengan orang tua, kakak, dan adiknya. Namun gelisah karena dirinya tau bahwa sinyal di rumahnya kurang baik.
Benar saja, saat kampus tempatnya belajar menerapkan pembelajaran daring sepenuhnya, Nanda kesulitan menyesuaikannya. Sinyal merupakan sesuatu yang berharga di saat pembelajaran daring dilakukan. Tempat tinggal Nanda yang berdekatan dengan bandara mengganggu sinyal yang ditangkap oleh perangkat komunikasi.
Alhasil, Nanda lebih sering mematikan kamera. Sebab jika Nanda menyalakan kamera, dia sudah dapat memprediksi apa akan terjadi selanjutnya. Karena sinyal yang tidak stabil, Nanda terpaksa harus keluar-masuk kelas digital dan membuatnya tidak memahami sepenuhnya materi yang disampaikan dosen.
Berbagai cara telah Nanda lakukan, salah satunya mencari sinyal di tempat lain. Namun Nanda harus membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk dapat sampai disana. Keterbatasan sinyal membuat Nanda terkadang melewatkan absensi.
Padahal, kampusnya menerapkan peraturan tersendiri mengenai absensi mahasiswa. “Kampusku itu punya peraturan kalau sudah tiga kali enggak masuk, berarti kamu bisa gagal mata kuliah itu. Jadi mau enggak mau harus ulang lagi di semester selanjutnya,” jelas Nanda.
Walaupun Nanda mendapatkan beasiswa karena prestasi bernyanyinya. Nanda tak pernah mau menyianyiakan uang yang diberikan orang tuanya. Namun karena sinyal yang kurang mendukung, Nanda terpaksa harus mengulang beberapa mata kuliah karena persoalan absensi.
Baca Juga:

“Karena permasalahan sinyal, kadang aku jadi enggak tau kalau dosennya absen. Cara setiap dosen absennya kan beda-beda, ada yang di awal, diakhir atau kadang ada yang di tengah-tengah,” ungkap Nanda.
Permasalahan Nanda semakin memuncak saat terdapat konflik di Papua yang membuat seluruh aliran listrik dimatikan. Tak hanya di tempat Nanda tinggal, melainkan seluruh Kota Papua. Karena mengetahui pemadaman listrik ini akan berlangsung lama, Nanda memutuskan untuk kembali ke Tangerang.
“Pemadaman listriknya itu sampai satu bulan. Untungnya aku ada tabungan jadi setelah tiga atau empat hari listrik mati, aku langsung pergi ke Tangerang. Aku enggak mau absen ku makin banyak,” jelas Nanda.
Uang tabungannya yang dikumpulkan dari uang jajan dan mengambil beberapa pekerjaan menyanyi sewaktu masih di Tangerang, membantunya untuk dapat kembali kuliah dengan sinyal yang lebih baik di Tangerang. Dia menyadari betapa pentingnya menabung.
Sehubungan dengan hal ini, bagian kemahasiswaan di kampus tersebut menjelaskan bahwa belum terdapat kebijakan terkait mahasiswa yang mengalami kesulitan sinyal. Namun Albertus Prestianta, salah satu dosen di kampus tempat Nanda menimba ilmu menjelaskan bahwa seluruh dosen akan memastikan setiap mahasiswa memperoleh hak mereka dalam belajar. Namun disatu sisi setiap mahasiswa juga harus memenuhi kewajibannya. Menurutnya yang terpenting adalah faktor keterbukaan dan kesadaran akan tujuan bersama.
“Keterbukaan disini berarti dosen maupun mahasiswa menyampaikan apabila mengalami kesulitan sinyal. Sedangkan sadar berarti baik dosen maupun mahasiswa sadar bahwa yang diutamakan adalah kegiatan pembelajaran, jadi semisalnya mau mematikan video karena permasalahan sinyal ya silahkan. Intinya kepercayaan dan komunikasi antara mahasiswa dengan dosen dan sebaliknya merupakan hal yang utama,” ungkap Albertus.
Saat dirinya melihat bahwa salah satu mahasiswanya mengalami kesulitan sinyal, dirinya akan membuka forum dan memberikan literatur tambahan. Jika merasa membutuhkannya, dia juga selalu terbuka untuk segala pertanyaan dari seluruh mahasiswanya.
“Cara saya biasanya membuat forum, memberikan literatur tambahan ataupun memberikan studi kasus kepada mahasiswa agar lebih mengerti materi yang dimuliakan. Dengan begitu belajar tidak hanya terbatas platform saja, jadi bisa tercipta belajar yang berkelanjutan,” tegas Albertus. (cit)
Baca Juga:
Kisah Pelajar Asal Indonesia Belajar di Luar Negeri Saat Pandemi
Bagikan
Berita Terkait
Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya

Kamu Clingy ke Pasangan? Bisa Jadi Itu Tanda Insecure dan Takut Ditinggalkan

Jangan Coba-Coba FWB, Risiko Negatif Membayangi

Si Doi Sungguh Cinta atau Sekadar Breadcrumbing? Ketahui Makna dan Tanda-tandanya

Tips Pertemanan Langgeng, Perlu Adanya 'Ekuitas Persahabatan'

Pasangan Posesif Bikin Hubungan Jadi Toksik, Begini 5 Cara Menghadapinya

Kena Silent Treatment Sama Pasangan? Ini yang Harus Kamu Lakukan

Punya Trust Issue dengan Pasangan, Begini Cara Menanganinya

Segera Tinggalkan! Ini 5 Tanda Kamu Terjebak dalam Hubungan Toxic

Ini 5 Tanda Kamu Punya Chemistry Baik dengan Pasangan
