Kenang Perjuangan Pangeran Diponegoro di Makassar
Lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro. (Foto Ist)
SELAIN Sultan Hasanuddin, nama Pangeran Diponegoro juga tak kalah harum di Makassar, Sulawesi Selatan. Untuk mengenang jasanya melawan kolonial Belanda, sebuah nama jalan disematkan kepada sosok yang merupakan anak Raja Kesultanan Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwana III (1810-1811 dan 1812-1814) tersebut. Tidak hanya itu, di jalan tersebut juga terdapat sebuah makam yang tidak lain tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro.
Berdasarkan pantauan Merahputih.com, kompleks pemakaman Pangeran Diponegoro tak seperti kompleks makam lainnya. Areal makam tersebut tidak terlalu luas. Letaknya menyempil di tengah-tengah wilayah yang padat dengan bangunan pertokoan dan permukiman penduduk.
Dalam kompleks pemakaman tersebut, jenazah sang pangeran dimakamkan bersama salah satu istrinya RA Ratu Ratna Ningsih, putra-putri, cucu, dan para pengikut serta kerabatnya. Ada sekitar 100 kuburan di dalam kompleks pemakaman itu.
Di belakang bangunan makam, berdiri musala kecil dan sebuah pendopo yang memuat tempat duduk bersantai. Dalam pendopo ada beberapa lukisan Pangeran Diponegoro dipajang di dinding.
Juru kunci makam Raden Hamsyah Diponegoro menjelaskan, selain menyisakan jasad pahlawan, cerita tentang keberanian Pangeran Diponegoro pun terus terjaga dengan baik oleh masyarakat.
Makassar, kata Hamsyah, adalah tempat pengasingan terakhir Pangeran Diponegoro. Ia hidup dalam wilayah pengasingan di Makassar selama 21 tahun bersama salah satu istri, RA Ratu Ratna Ningsih dan beberapa anak cucunya.
Usai melakukan perang gerilya melawan Belanda dan pemerintahan Keraton Yogyakarta, Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda.
"Kemudian dibawa ke Semarang, untuk dikiirm ke Batavia dan ditahan di Stadhuis van Batavia yang sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta di Taman Fatahillah pada 11 April-3 Mei 1830," kata Hamsyah yang merupakan keturunan generasi ke lima Pangeran Diponegoro di kompleks pemakaman Makassar, Sulsel, beberapa hari lalu.
Pangeran Diponegoro selanjutnya diasingkan ke Manado, berikutnya pada 1834 dipindahkan ke Benteng Fort Rotterdam, Makassar yang akhirnya wafat dan dimakamkan di sekitar benteng itu 8 Januari 1855. "Beliau tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apa pun," katanya.
Hingga kini, makamnya tak pernah sepi. Hamsyah mengaku selalu saja dikunjungi tokoh-tokoh besar baik dari bidang politik, rohaniawan kalangan militer, pemerintahan maupun dari raja-raja dan kesultanan. (Teresa Ika)
Bagikan
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Gibran Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Dianggap Lebih Berjasa dari Soekarno dan Soeharto
Marsinah Dijadikan Pahlawan Nasional, Bukti Negara Mulai Menghargai Kelompok Buruh
Dari Akademisi hingga Diplomat, Kiprah Prof. Mochtar Kusumaatmadja Kini Diabadikan sebagai Pahlawan Nasional
Gus Dur dan Syaikhona Kholil Jadi Pahlawan Nasional, PKB: Bentuk Pengakuan Negara atas Jasa Besarnya
Ubedilah Badrun Sebut Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bukti Bangsa Kehilangan Moral dan Integritas
Soeharto & Marsinah Barengan Jadi Pahlawan Nasional, SETARA Institute Kritik Prabowo Manipulasi Sejarah
Ahli Waris 10 Pahlawan Nasional Baru Terima Rp 57 Juta dari Negara, Termasuk Keluarga Cendana
Mensos Akui Nama BJ Habibie Telah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, tapi belum Disetujui Tahun Ini
Jusuf Kalla soal Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Ada Kekurangan, tapi Jasanya Lebih Banyak
Kakak Marsinah Titip Pesan Kepada Presiden Prabowo Subianto: Hapus Total Sistem Outsourcing