Kekurangan Vitamin D Ternyata Meningkatkan Risiko Demensia


Studi menyebutkan bahwa 17 persen kasus demensia dapat dicegah jika kadar vitamin D ditingkatkan ke tingkat normal. (Foto: Unsplash/Ben White)
TERDAPAT hubungan antara kadar vitamin D rendah dengan peningkatan risiko demensia, menurut para peneliti dari University of South Australia. Mereka menggunakan data dari lebih 294 ribu responden di Biobank Inggris.
Para peneliti menganalisa bagaimana tingkat vitamin D dan dampaknya pada risiko demensia. Risiko demensia diprediksi 54 persen lebih tinggi pada orang dengan kadar vitamin D 25 nmol/L dibandingkan responden memiliki kadar vitamin D normal (50 nmol/L).
Dalam beberapa populasi diteliti, hasil studi tersebut menyebutkan 17 persen kasus demensia dapat dicegah jika kadar vitamin D ditingkatkan ke tingkat normal.
Baca juga:
Penelitian: Kekurangan Vitamin D Membuat Kondisi Pasien COVID-19 Lebih Parah

"Studi kami paling pertama, menguji efek tingkat vitamin D sangat rendah pada risiko demensia dan stroke, menggunakan analisis genetik kuat di antara populasi besar," kata peneliti senior studi sekaligus Direktur UniSA’s Australian Centre for Precision Health Prof. Elina Hyppönen, dikutip Healthline, Minggu (19/6).
Ahli Geriatri dan Diretkur Kesehatan Kognitif Geriatri di Providence Saint John's Health Center Scott Kaiser berpendapat perlu penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi penyebab kadar vitamin D rendah benar-benar meningkatkan risiko demensia, mengingat studi baru menunjukkan hubungan antara vitamin D dan risiko demensia.
Jika ada penelitian lebih lanjut, Kaiser mengatakan hal itu bisa berguna sebagai upaya untuk menurunkan risiko demensia.
Baca juga:

"Ini adalah studi sangat menarik dan menambah area penyelidikan sangat penting antara vitamin D dan risiko demensia," kata Kaiser.
Mengutip laman ANTARA, Demensia merupakan istilah umum untuk berbagai gejala, termasuk kehilangan ingatan dan kesulitan kerja kognisi memengaruhi kehidupan sehari-hari. Alzheimer jadi bentuk paling umum dari demensia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan terdapat 5,8 juta orang di AS hidup dengan penyakit Alzheimer atau demensia.
Profesor kedokteran klinis di Departemen Endokrinologi, Gerontologi, dan Metabolisme di Universitas Stanford Marilyn Tan berpendapat terpenting dari penelitian tersebut adalah sebagai pengingat agar semakin banyak orang menyadari pentingnya perawatan kesehatan secara teratur. (and)
Baca juga:
Suplemen Vitamin D dan Minyak Ikan dapat Kurangi Risiko Autoimun pada Lansia
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
