Kampanye Dipenuhi Saling Hujat Bikin Pemilih Pemula Apatis Terhadap Pemilu


Aksi penolakan politisasi agama dalam Pemilu 2019 (Antaranews)
MerahPutih.Com - Perilaku para politisi dan tim sukses selama masa kampanye Pileg dan Pilpres 2019 mempengaruhi partisipasi pemilih pemula. Sayangnya, materi dan isi kampanye yang bertebaran di ruang publik menggerus semangat para pemilih pemula.
Alasannya, menurut Kepala Pusat Studi HAM dan Demokrasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Surya Adi Pramana sikap saling menghujat dan tidak dewasa dalam kampanye Pilpres membuat pemilih pemula apatis terhadap Pemilu 2019.
"Mestinya jangan saling menjelek-jelekkan karena itu bisa membuat kalangan pemilih pemula apatis," ujar Surya Adi Pramana di Yogyakarta, Selasa (12/2) kemarin.
Menurut dosen Fisipol Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) ini, masing-masing tim sukses pasangan calon presiden justru harus bisa menarik minat kalangan pemilih pemula (17-20 tahun) dan pemilih muda (usia di bawah 40 tahun) yang jumlahnya sangat besar, lantaran sikap saling hujat dan serang tanpa memperhatikan etika publik.

Lebih lanjut, Surya menyebutkan berdasarkan data KPU jumlah pemilih pemula secara nasional mencapai 17 juta dan pemilih muda hingga usia 40 tahun sebanyak 100-an juta orang.
Untuk menarik minat pemilih pemuda yang didominasi anak-anak menurut Surya Pramana, harus ditempuh dengan cara-cara yang cerdas melalui kampanye yang menyenangkan. Kampanye juga harus menonjolkan program berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat.
"Yang kita lihat sekarang saling menjelekkan, tidak dewasa. Mestinya punya sajian yang baik dan membuat pemilu menjadi sesuatu yang menyenangkan," terangnya.
Menurut Surya, banyak calon pemilih pemula dan muda yang apabila tidak diperhatikan dan dikelola dengan baik akan menjadi apatis dan berpotensi golput pada Pemilu mendatang. Apalagi, jika pemilu hanya terkesan sebagai kontestasi saling menghujat satu sama lain.
Sebagian dari kalangan pemilih itu, menurut Surya Adi Pramana sebagaimana dilansir Antara, tidak begitu menghiraukan dunia politik karena dianggap tidak berpengaruh terhadap kehidupan mereka.
"Mereka belum bisa berpikir panjang bahwa kebijakan pemerintah yang bersifat makro juga akan berdampak pada hal-hal mikro yang berkaitan dengan kehidupan mereka," pungkas Surya Adi Pramana.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Wapres Jusuf Kalla Benarkan Ada Kebocoran APBN 2018 Tapi Tak Sebesar Tudingan Kubu Sebelah
Bagikan
Berita Terkait
Legislator Ingatkan Para Calon Kepala Daerah Hindari Kampanye Hitam

Prabowo Sebut Sudah Kenyang Jadi Sasaran Black Campaign
Airlangga Tegaskan Golkar Saat Ini Sangat Solid Dibanding Pemilu 2019

PAN Beri Sinyal Dukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024

Rencana Pertemuan AHY-Puan Angin Segar Bagi Politik Tanah Air

Ditanya Prabowo Jadi Cawapres Ganjar, Jokowi Jawab Nanti Siang Ketemu

Gugatannya Picu Kontroversi, Partai Prima Bantah Minta Pemilu Ditunda

Baru Terungkap, Anies Pernah Ditawari Capres Dua Kali di Pemilu 2019
