Jokowi Sebut 323 Juta Orang Terancam Hadapi Kerawanan Pangan Akut


Presiden Jokowi menghadiri KTT G7 yang digelar di Schloss Elmau, Jerman, Senin (27/6). Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev
MerahPutih.com - Ancaman krisis pangan berada di depan mata. Hal tersebut disebabkan adanya perang antara Rusia dan Ukraina yang sudah berlangsung selama lima bulan. Seluruh negara tak terkecuali Indonesia terkena imbas dari konflik tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada KTT G7 sesi II dengan topik ketahanan pangan dan kesetaraan gender, yang berlangsung di Elmau, Jerman, Senin (27/6) waktu setempat, meminta negara G7 dan G20 untuk bertindak cepat mengatasi krisis pangan yang saat ini mengancam rakyat di negara-negara berkembang jatuh ke jurang kelaparan dan kemiskinan ekstrem.
Baca Juga
Jokowi Bahas Perdamaian Ukraina dan Rusia dengan Presiden Macron
"(Ad) 323 juta orang di tahun 2022 ini, menurut World Food Programme, terancam menghadapi kerawanan pangan akut. G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk atasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini," kata Jokowi dikutip dari siaran pers Istana pada Selasa (28/6).
Menurut Jokowi, pangan adalah permasalahan hak asasi manusia yang paling dasar. Para perempuan dari keluarga miskin dipastikan menjadi yang paling menderita menghadapi kekurangan pangan bagi anak dan keluarganya.
“Kita harus segera bertindak cepat mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan. Rantai pasok pangan dan pupuk global, harus kembali normal,” ujarnya.
Baca Juga
Rudal Rusia Serang Ibu Kota Ukraina Saat Pertemuan G7 Berlangsung di Jerman
Mantan Gubernur DKI menegaskan pentingnya dukungan negara G7 untuk mengreintegrasi ekspor gandum Ukraina dan ekspor komoditas pangan dan pupuk Rusia dalam rantai pasok global.
Menurut Presiden, terdapat dua cara untuk merealisasikan hal tersebut. Yang pertama adalah fasilitasi ekspor gandum Ukraina dapat segera berjalan.
Yang kedua menurut Jokowi adalah komunikasi secara proaktif kepada publik dunia bahwa komoditas pangan dan pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi.
"Komunikasi intensif ini perlu sekali dilakukan sehingga tidak terjadi keraguan yang berkepanjangan di publik internasional. Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi ke pihak-pihak terkait seperti bank, asuransi, perkapalan dan lainnya,” jelas dia.
Kepala Negara menaruh perhatian besar pada dampak perang terhadap rantai pasok pangan dan pupuk.
“Khusus untuk pupuk, jika kita gagal menanganinya, maka krisis beras yang menyangkut dua milyar manusia terutama di negara berkembang dapat terjadi,” ungkap dia.
Jokowi kembali menyerukan pentingnya negara G7 dan G20 untuk bersama-sama mengatasi krisis pangan ini. Ia pun juga mengundang para pemimpin G7 untuk hadir dalam KTT G20 di Bali.
“Sampai jumpa di Bali, 15-16 November 2022,” pungkas Jokowi. (Knu)
Baca Juga
Bertemu PM Inggris dan PM Kanada, Jokowi Tekankan Spirit Kolaborasi
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Saat Pertemuan Menteri G20 Sri Mulyani Pamer Cara Indonesia Atasi Masalah Dana Buat Pembangunan

Bahas Perang Tarif di Afrika Selatan, Sri Mulyani Ingin G20 Kerja Sama Saling Menguntungkan

Cerita Ajudan Saat Jokowi Pemulihan Sekaligus Liburan di Bali Bersama Semua Cucu

Anggota Watimpres Era Presiden Jokowi, Djan Faridz Jalani Pemeriksan KPK

Ibu Negara Brasil Umpat Elon Musk di Acara G-20

Prabowo Dorong Pemimpin Negara G20 Desak Gencatan Senjata di Gaza & Ukraina

Bicara di KTT G20, Prabowo Pasang Target RI Swasembada Pangan-Energi dalam 4 Tahun

Prabowo: 25% Anak-Anak di Indonesia Kelaparan Setiap Hari

10 Hari Kunjungan Kerja di Luar Negeri, Prabowo Sudah Ingin Pulang

Jelang KTT G20, ini Momen Presiden Prabowo Disambut Diaspora di Brasil
