Detik-detik Mencekam Pemindahan Sukarno dengan Kereta Api, Beruntung Tak Digranat


Lokomotif C28 yang mengantar KLB Sukarno dari Jakarta ke Yogyakarta. (Sumber: tropenmuseum.nl)
BELUM genap setahun merdeka, Indonesia kembali mencekam. Ancaman itu datang dari tentara kolonial Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA). Kegentingan tersebut terjadi tepat Tahun Baru 1946. Penguasaan atas Indonesia menjadi incaran Belanda untuk kali kedua.
Dalam kondisi darurat itu, ibu kota negara mesti dipindahkan. Dari Jakarta menuju Yogyakarta. Begitulah kata Bung Karno seperti yang ditulis Cindy Adams dalam Bung Karno; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. "Tidak ada seorang pun dari saudara boleh membawa harta benda. Aku juga tidak," kata Sukarno, Rabu, 2 Januari 1946, di Jakarta.
Tak mau menunggu lama. Para tokoh bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta mulai merancang strategi bagaimana menuju Yogyakarta dengan aman. Munculah ide pemindahan dilakukan dengan moda darat. Yakni dengan Kereta Api Luar Biasa (KLB).

Persiapan dan Pengamanan Kereta
Di Dipo Manggarai, rangkaian kereta dipersiapkan. Salah seorang pemimpin KLB, Anwir dengan telaten memeriksa rangkaian. Sekitar empat kereta, termasuk kereta bagian poliklinik disusun. Presiden Sukarno bersama Wakil Presiden Mohammad Hatta berada di dua kereta paling belakang.
Soedarjo dalam buku Aku Ingat menjelaskan, demi menjaga keamanan Presiden beserta rombongan, pemberangkatan dimulai dari belakang rumah Bung Karno di Pegangsaaan Timur tepat pukul 18.00 WIB.
"Rangkaian dikeluarkan dari bengkel oleh Ali Noer dan kawan-kawan Angkatan Muda Kereta Api 17.15 dan pukul 17.30 dilangsir ke belakang rumah Bung Karno," kata Soedarjo.
Sebanyak 15 belas pasukan khusus disiapkan untuk mengawal para tokoh bangsa. Sama seperti lainnya, Sukarno memerintahkan para pengawal untuk tidak membawa barang apa pun dalam proses pemindahan. "Yang agak mencolok dalam KLB dua buah mobil kepresidenan, merek Buick 7 seat cat hitam dan merek de Soto cat kuning."
Langsiran kereta api dari Manggarai ke Pegangsaan pada waktu itu memang lazim dilakukan. Mangil Martowidjojo dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno mengatakan, para pengawal mengatur pemberangkatan dengan sebaik mungkin. "Agar seolah-olah tidak ada tanda-tanda bahwa Bung Karno dan rombongan akan meninggalkan Jakarta," tulisnya.

Rombongan mulai berangkat dari Pegangsaaan dengan hati was-was. Kata Sukarno, bernapas saja harus sangat hati-hati. "Sebab bisa saja serdadu-sedadu Belanda dari Batalyon KNIL di Senen yang terkenal brutal itu muncul."
Setelah semua rombongan berada dalam KLB, kata Mangil, semua pengawal dipersilakan masuk ke dalam kereta. "Waktu itu keadaan di dalam KLB gelap sekali. Lampu-lampu sengaja tidak dinyalakan," tulisnya.
Sesampainya di Stasiun Manggarai, KLB berhenti sejenak. Tak juga tenang. Tentara besutan Belanda banyak berkeliaran. Setiap kereta diperhatikan. Dipelototi.
Beruntungnya, kereta yang ditempati para tokoh bangsa diabaikan NICA dan KNIL. "Seandainya kami ketahuan, seluruh negara dapat dihancurkan dengan satu granat," katanya.
Rombongan Selamat Sampai Yogyakarta
Tak lama berselang, KLB kembali berangkat. Kereta melaju dan berbelok melintasi arah Stasiun Jatinegara. Kemudian menuju Stasiun Klender dengan kecepatan ditambah hingga mencapai 25 km per jam.
Soedarjo dalam buku yang sama mengaku tak menyangka atas apa yang telah terjadi. Keberangkatan rombongan dari Pegangsaan tidak diketahui patroli-patroli Belanda. "Lewat Stasiun Klender, Anwir mengizinkan masinis melaju dengan kecepatan sampai 90 km per jam," tulis Soedarjo.
Selama 15 jam perjalanan, pengawalan serta pengamanan diperketat. Jumat, 4 Januari 1946, sekitar pukul 9.00 WIB rombongan sampai di Yogyakarta dengan selamat.

Presiden sempat tinggal sementara di kawasan Pura Pakualaman sebelum akhirnya tinggal di istana bekas Gubernur Belanda di selatan Malioboro.
Sejak 4 Januari 1946, dimulailah peran Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia. Meski demikian, tak juga boleh dilupakan peran KLB yang begitu gagah mengantarkan para tokoh bangsa.
Bagikan
Berita Terkait
Daftar Lengkap Kereta Ekonomi New Generation, Kini Tempat Duduknya Jadi Lebih Lega

Peringatan HUT ke-80 TNI di Kawasan Monas, KAI Berlakukan Pemberhentian Luar Biasa di Stasiun Jatinegara

Daftar Puluhan Kereta Jarak Jauh yang Akan Berhenti Luar Biasa di Stasiun Jatinegara Buntut HUT TNI

LRT, MRT, KRL dan Kereta Bandara di Dukuh Atas Akan Terhubung, Penumpang Tidak Lagi Kehujanan

Capaian 80 Tahun PT KAI, Bangun Kereta New Generation

Siap Sambut Nataru 2025/2026, KAI Genjot Peningkatan Keamanan dan Keselamatan

Sterilisasi Jalur Kereta Perlintasan Kampungbandan - Kemayoran: Sanksi Penjara hingga Denda Rp 15 Juta Menanti Pelanggar Aturan

Berada di Ujung Timur Jawa, Stasiun Ketapang Simpul Vital Moda Transportasi Kereta Api dan Laut

KA Serayu Dilempar Batu hingga Sejumlah Kaca Pecah, tak Ada Korban Luka

Rayakan Ulang Tahun ke-80, KAI Kasih Diskon Tiket Kereta Api Mulai Rp 80 Ribu
