Jejak Fosil Gajah Purba di Pesisir Utara Tangerang
Lokasi ditemukannya fosil gajah purba di wilayah Kecamatan Mauk,Kabupaten Tangerang. (MP/Widi Hatmoko)
Ternyata populasi gajah purba atau elephas maximus yang masih berkerabat dengan elephas maximus sumatranencis pernah hidup sekitar 5.000 tahun yang lalu di wilayah Kabupaten Tangerang. Hal ini dibuktikan dengan telah ditemukannya fosil gajah purba di Kampung Kapling, Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang.
Budayawan Tangerang sekaligus pengarang buku tentang sejarah Tangerang Mimy Chaitamy, menjelaskan, fosil gajah purba ini pertama kali ditemukan oleh salah seorang warga yang sedang melakukan penambangan pasir, pada 23 Desember 2002.
"Berdasarkan hasil penelitian badan arkeologi dan diidentifikasi hasilnya membuktikan bahwa tulang-tulang tersebut berasal dari gajah elephas maximus yang masih berkerabat dengan spesies gajah Sumatera yang saat ini masih hidup di hutan Pulau Sumatera. Diduga, gajah itu masti sekitar 5.000 tahun yang lalu," papar Mimy Chaitamy kepada merahputih.com, Sabtu (7/1).
Ia juga mengungkapkan, fosil gajah purba yang mati tertimbun endapan alluvium tersebut termasuk dalam satuan kipas alluvium Ciliwing. Menurut Mimy, riwayat tertimbunnya fosil gajah purba tersebut diperkirakan pada permulaan zaman quarter atau pada masa plestosen, zaman di mana es yang ada di kutub utara meluas karena suhu turun (glacial) dan mulai mencair karena suhu naik (unterglasial). Dan pada masa itu, kata Mimy, sebagian besar pulau-pulau di bagian barat Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, dan Jawa berhubungan dengan benua Asia, sedangkan pulau-pulau yang berada di bagian timur Indonesia berhubungan dengan daratan Australia.
"Daratan yang mengubungkan Indonesia bagian barat dengan daratan bagian Asia disebut dengan Paparan Sunda atau Sunda Self, dan daratan yang menghubungkan bagian timur Indonesia dengan Australia disebut Paparan Sahul atau Sahul Self," katanya.
Untuk diketahui, zaman quarter adalah zaman sudah mulai ada manusia. Zaman quarter dibagi menjadi dua, yaitu pada masa dillivium atau pleastosen dan alluvium atau holosen. Dilluvium atau pleistosen adalah zaman dimana es yang ada di kutub utara meluas karena suhu turun (glacial) dan mulai mencair karena suhu naik (unterglasial). Zaman ini dibedakan menjadi tiga lapisan atas atau lapisan ngandong, lapisan tengah atau lapisan trinil dan lapisan bawah atau lapisan jetis. Sedangkan alluvium atau holosen yaitu zaman yang keadaannya sudah stabil seperti sekarang ini, masa es sudah berakhir.
Bagikan
Widi Hatmoko
Berita Terkait
Peringati Hari Penglihatan Dunia Rohto Bagikan 1.200 Kacamata Gratis bagi Anak Sekolah
Piddle Hidupkan Kembali Semangat Musik Agresif di Tangerang Lewat Mini Album 'Step Up!!'
Pelaku Teror Bom 2 Sekolah Internasional Tangerang Masih Diburu, Siswa Tetap Belajar Saat Kejadian
Pelaku Teror Bom 2 Sekolah Internasional Tangerang Minta Tebusan US$ 30 Ribu
Ribuan Warga Terkena Ispa Akibat Pembakaran Lapak Limbah Ilegal, Virus dan Bakteri Dapat Menular
Tol Bogor–Serpong via Parung Segera Dibangun, Bakal Habiskan Dana Rp 12,3 Triliun
Progres MRT Jakarta Sampai Tangerang Masih Tahap Hitung-hitungan dengan Swasta
Groundbreaking Pembangunan Cluster Allurea Perumahan Premium Dekat Bandara Soekarno-Hatta
4 Langkah Pemkab Tangerang Hadapi Bencana Alam Akibat Cuaca Ekstrem
Tabung Gas hingga Kompor Disita dari TKP, Polisi Butuh 4 Hari untuk Pastikan Penyebab Ledakan di Pondok Cabe Pamulang