Inflasi Tinggi Bukti Pelemahan Ekonomi Sudah Terjadi


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KiTA di Jakarta, Rabu (27/7/2022). ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah/am
MerahPutih.com - Amerika Serikat mengalami inflasi mencapai 9,1 persen yang merupakan tertinggi sepanjang 40 tahun terakhir akibat adanya krisis pangan dan energi. Krisis pangan dan energi terjadi seiring adanya perang antara Rusia dan Ukraina yang merupakan produsen terbesar di dunia dari dua komoditas itu.
AS juga resmi masuk ke jurang resesi setelah dua kuartal berturut-turut ekonominya terkontraksi yaitu minus 1,6 persen (yoy) pada kuartal I dan 0,9 persen (yoy) pada kuartal II-2022. Inflasi yang tinggi di Amerika Serikat (AS) menandakan bahwa pelemahan ekonomi global pasti terjadi seiring berbagai negara akan melakukan respons kebijakan.
Baca Juga:
Amerika Serikat Dihantam Resesi
"Kalau seandainya kenaikan suku bunga dan likuiditas cukup kencang, maka pelemahan ekonomi global pasti terjadi," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Puncak Dies Natalis 7 PKN STAN di Jakarta, Jumat (29/7).
Sri Mulyani menjelaskan, berbagai negara akan mengeluarkan langkah-langkah seperti mengetatkan likuiditas dan menaikkan suku bunga sebagai respons kebijakan terhadap inflasi tinggi di AS.
Langkah mengetatkan likuiditas dan menaikkan suku bunga tersebut pun akan menyebabkan arus modal keluar sehingga pelemahan ekonomi global pasti terjadi.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pemerintah bisa memanfaatkan instrumen fiskal untuk melindungi masyarakat dari tekanan inflasi yang tinggi karena pengaruh gejolak global.
"Pemerintah perlu mendukung sektor-sektor usaha yang prioritas yang memiliki dampak luas ke masyarakat," ujar Josua.
Kebijakan fiskal pemerintah melalui berbagai program perlindungan sosial (perlinsos), subsidi serta tidak menaikkan harga bahan bakar dan listrik perlu diteruskan untuk terus mendorong aktivitas pelaku usaha.
Kondisi fiskal Indonesia yang kuat dengan masih surplusnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat digunakan untuk meredam berbagai dampak kenaikan inflasi.
"Saat ini, tekanan terhadap inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah akan menyebabkan harga bahan baku naik sehingga berdampak terhadap naiknya beban bagi pelaku usaha," ungkapnya. (Asp)
Baca Juga:
Amerika Berjuang Lawan Inflasi dan Resesi
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Penjarahan Rumah Pribadi Menkeu Sri Mulyani Jadi Sorotan, Pengamanan Idealnya Setara Wakil Presiden

Ungkapan Mendalam Sri Mulyani usai Rumahnya Dijarah: Hilangnya Rasa Aman, Kepastian Hukum, dan Perikemanusiaan

Menkeu Sri Mulyani Pastikan Tidak Ada Kenaikan Pajak Baru di 2026

Sri Mulyani Indrawati Minta Maaf Setelah Rumah Dijarah, Terima Semua Kritik dan Cacian

Sri Mulyani Buka Suara usai Rumahnya Dijarah, Minta Masyarakat Ajukan Judicial Review ke MK

Rumahnya Jadi Korban Penjarahan, Ini Pernyataan Lengkap Menkeu Sri Mulyani

Diviralkan karena Sebut Guru Beban Negara, Menkeu Sri Mulyani Tegaskan itu Deepfake AI

Demokrat Tegaskan Kesejahteraan Guru Tanggung Jawab Negara, Bukan Beban Anggaran

Respons Pernyataan Sri Mulyani, Legislator PKB: Pajak dan Zakat Tidak Bisa Disamakan Sepenuhnya

Pemerintah Komitmen Alokasikan Anggaran Sektor Kesehatan Sebesar 5 Persen
