Indonesia Punya Posisi Sentral Atur Transisi Energi


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech secara vitual dalam kegiatan UKSW Leader Forum, Rabu (11/5). ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian.
MerahPutih.com - Isu perubahan iklim yang salah satunya disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil saat ini menjadi fokus bersama.
Untuk itu, diperlukan langkah mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Baca Juga:
Investasi Minim, Krisis Energi Hantui Dunia
Begitupun dengan dunia saat ini yang berada dalam terpaan krisis pangan, energi, dan keuangan yang dipicu oleh gejolak konflik di Ukraina. Selain itu, pandemi covid-19 yang masih terus berlanjut meski jumlah kasus sudah menurun drastis.
"Penting bagi kita untuk mengenali situasi yang dihadapi, serta perlu memastikan bahwa kita sudah menyeimbangkan permintaan saat ini untuk energi konvensional, sambil tetap berkomitmen pada upaya transisi energi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, (25/5).
Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, meski di tengah pandemi, Indonesia memiliki kebutuhan energi yang besar. Namun, muncul masalah karena penggunaan tenaga batu bara sehingga meningkatkan emisi GRK sebesar 140 persen antara tahun 1990 dan 2017.
Dalam Presidensi G20 Indonesia, transisi energi juga menjadi salah satu tema utama karena seluruh negara yang terlibat ingin mencapai kesepakatan global dalam upaya memitigasi dampak buruk perubahan iklim untuk generasi mendatang.
Dalam forum G20 tersebut, Indonesia akan memperkenalkan skenario negara untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) yang disebut National Grand Energy Strategy (GSEN) yang mencakup rencana transisi dari energi fosil ke EBT.
Baca Juga:
Pemerintah Dukung Penuh Energi Hidrogen untuk Kendaraan di Indonesia
Dalam gelaran COP26 akhir tahun lalu, Indonesia membuat komitmen iklim baru dengan menetapkan target NZE pada 2060 atau lebih awal. GSEN menjanjikan komitmen yang lebih ambisius dengan target 100 persen porsi EBT dalam bauran energi di 2060.
"Permintaan dan potensi energi terbarukan di Indonesia semakin meningkat, sebab diperkirakan kebutuhan energi Indonesia juga akan meningkat semakin besar. Data menunjukkan Indonesia memiliki penambahan energi terbarukan yang konsisten dalam bauran energi secara keseluruhan," ungkapnya.
Penelitian menunjukkan transisi energi akan membutuhkan investasi yang besar. Untuk mendorong hal ini, Indonesia akan memainkan peran penting dalam menerapkan pembiayaan hijau dan berkelanjutan yang inovatif, sekaligus memastikan jalur investasi yang tepat.
Energi terbarukan juga diprediksi akan menciptakan banyak lapangan kerja. Keuntungan tidak langsung ini juga akan mencakup pemberdayaan transfer teknologi dan pengurangan ketergantungan pada impor produk minyak bumi dan batu bara yang diganti panel surya dan manufaktur kendaraan listrik.
“Dalam jangka panjang, harus juga dipastikan bahwa terjadi transisi yang penuh keadilan terhadap manfaat biaya dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Bagi Indonesia sendiri, jika dikelola dengan baik, transisi tersebut tentu saja memberikan peluang," ujar dia. (Asp)
Baca Juga:
Kejar Untung Dari Transisi Energi Terbarukan dan Jual Kredit Karbon
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Transaksi Harbolnas 2025 Ditarget Tembus Rp 35 Triliun, Pemerintah Janjikan Diskon Besar-besaran

Airlangga Hartarto: PHK Bertentangan dengan Semangat Tidar

Demi Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Bentuk Dewan Kesejahteraan dan Satgas Pencegahan PHK untuk Perlindungan Pekerja

Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik

Pekerja Profesional Bidang TIK Minim, Baru 0,8 Persen Dari Total Angkatan Kerja Nasional.

Isu Transfer Data Pribadi Jadi Perbincangan Hangat, Menkomdigi Bakal Temui Menko Airlangga Hartarto

Tidak Ikut Prabowo Pulang, Menko Airlangga Langsung Geser dari Brasil ke AS Nego ke Pemerintah Trump

Pemerintah Tetapkan Deregulasi Kebijakan Impor 10 Komoditas

Kompak! Bahlil dan Airlangga Hartarto Enggan Berspekulasi Soal Reshuffle Kabinet

Kirim Airlangga ke AS, Prabowo Tunggu Laporan Hasil Negosiasi Tarif Trump
