Hewan Maggot Diharapkan Bisa Ikut Membantu Penanganan Sampah di Jawa Barat


Sample hewan maggot pada peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) di Gedung Sate, Kota Bandung. (Foto: Biro Adpim Jabar)
PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat meluncurkan Rumah Edukasi Maggot sebagai bentuk kolaborasi pentaheliks dalam pengelolaan sampah organik skala perkantoran yang diharapkan dapat diterapkan di skala perumahan. Adapun yang diresmikan saat ini adalah untuk skala perkantoran di Kawasan Kawaluyaan, Kota Bandung.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jabar Prima Mayaningtyas menuturkan, pemanfaatan hewan melata maggot bisa mengurangi sampah organik yang dihasilkan masyarakat.
Baca Juga:
Pilot Activity, Program Pengelolaan Sampah di Labuan Bajo oleh Sekretariat TKN

"Satu kilogram maggot dapat menghabiskan sampah organik sebanyak lima kilogram dalam waktu sekitar 24 jam. Dengan upaya pengurangan (sampah) di hulu ini, dengan komposisi 30 persen pengurangan di hulu dan 70 persen penanganan di hilir. Inilah salah satu upaya yang bisa kita lakukan," kata Prima, dalam Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (23/11).
Pada kesempatan tersebut, Prima mengingatkan pentingnya kepedulian terhadap perlindungan Puspa dan Satwa Nasional adalah sebagaimana amanat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 4 Tahun 1993.
Peringatan tersebut diharapkan dapat mendorong partisipasi publik, dan peran aktif dari segenap pemangku kepentingan, masyarakat, dan juga sekolah dalam hal peningkatan kualitas lingkungan di Jawa Barat.
Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja menuturkan, ekonomi hijau atau green economy merupakan salah satu dari tujuh peluang ekonomi pascapandemi COVID-19 di Jabar hasil studi konsultan manajemen internasional Oliver Wyman.
Oleh karena itu, Setiawan mengatakan bahwa biodiversity atau keanekaragaman hayati yang terdiri dari tumbuhan dan satwa harus terus dijaga. Kesadaran akan kelestarian lingkungan menjadi kunci dalam pelaksanaan pembangunan di segala sektor.
Baca Juga:
Sampah Plastik dari Sungai Brantas Dipamerkan Dalam Berbagai Bentuk Miniatur

"Pembangunan sektor apapun juga harus memperhatikan sustainability-nya, keberlanjutannya, dan itu merupakan basis untuk Jawa Barat," tegas Setiawan.
"Biodiversity sebagai aset. Itu sangat luar biasa dan Jabar di antaranya yang dimaksud dengan itu, karena Jabar provinsi yang lengkap, ada gunung, hutan tropis, ada pantai, termasuk geopark ada, kalau kita bicara energi yang sustainable, kita punya geothermal, dan lain sebagainya," tambahnya.
Setiawan mengingatkan agar biodiversity, sebagai potensi dan kekayaan alam Jabar, mesti dirawat dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai keanekaragaman hayati di Jabar terkikis. Menurutnya, kolaborasi menjadi faktor penting untuk menjaga keanekaragaman puspa dan satwa di Jabar.
Dia juga mengajak seluruh pihak untuk mencintai puspa dan satwa. Maka dari itu ada program Taman Kehati atau Taman Keanekaragaman Hayati. Program tersebut bertujuan memulihkan kembali keanekaragaman hayati.
"Saya titip sesuai tema hari ini kita harus menjaga keutuhan biodiversity kita," katanya. (Imanha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Samsung Sedang Kembangkan HP Lipat Baru, Bakal Saingi iPhone Fold

Sense Lite, Inovasi Baru JBL dengan Teknologi OpenSound dan Adaptive Bass Boost

Chip A19 dan A19 Pro Milik iPhone 17 Muncul di Geekbench, Begini Hasil Pengujiannya

Xiaomi 16 Pro Bisa Jadi Ancaman Buat Samsung Galaxy S26 Pro, Apa Alasannya?

OPPO Find X9 dan X9 Pro Bakal Hadir dengan Baterai Jumbo, Meluncur 28 Oktober 2025

Spesifikasi Lengkap iPhone 17: Hadir dengan Layar Lebih Besar dan Kamera Super Canggih

iPhone 17 Air Resmi Rilis dengan Bodi Tertipis, ini Spesifikasi dan Harganya

iPhone 17 Pro dan 17 Pro Max Punya Desain Baru, Pakai Chip A19 Pro dan Kamera 8x Zoom

iPhone 17 Air Masih Kalah dari Samsung Galaxy S26 Edge, Baterainya Jadi Sorotan

Desain OPPO Find X9 Terungkap, Bakal Bawa Bezel Baru dan Paling Tipis di Kelasnya
