Mengapa Petahana Bisa Kalah Telak dan Pemenangnya Seorang Pelawak di Pilpres?


Seorang warga Ukraina memberikan hak suaranya di bilik suara. (UNIAN)
MerahPutih.com - Tak lama setelah pemilihan umum serentak digelar di Indonesia pada 17 April lalu, Ukraina yang jauh di sana juga menggelar pemilihan presiden. Tepatnya pada hari Minggu (21/4).
Dan hasilnya pun cukup mengejutkan. Pasalnya berdasarkan exit poll, pilpres Ukraina dimenangkan seorang pelawak: Volodymyr Zelenskiy.
Pria 41 tahun itu secara mengagetkan mengalahkan sang petahana Petro Poroshenko dengan suara sangat telak. Yakni 73 persen. Data-data survei itu diklaim sangat akurat.
Zelenskiy sejatinya tak memiliki pengalaman apapun dalam pemerintahan. Bahkan dalam kampanyenya banyak yang menganggap dia tak menawarkan kebijakana atau visi misi yang terperinci.

Lantas mengapa masyarakat Ukraina memercayakan nasibnya kepada seorang komedian?
Ternyata mayoritas rakyat Ukraina menganggap Poroshenko sebagai petahana bertanggung jawab atas kegagalan pemerintah menangani korupsi yang dianggap amat parah di sana.
Hal itu diungkapkan salah seorang warga Inna Bellenko kepada Al Jazeera di Kiev. Menurutnya, standar hidup yang rendah dan korupsi adalah masalah yang akan Anda derita di mana pun Anda tinggal di Ukraina. “Orang-orang berbondong untuk bermigrasi ke Polandia. Mengapa Polandia hidup lebih baik daripada kita?" Bellenko.
"Generasi baru (tim Zelensky) semoga akan membawa ide dan kekuatan baru untuk membangkitkan negara kita dari keterpurukan. Saya percaya dia benar-benar berkomitmen untuk membangkitkan Ukraina," katanya.
Lain halnya dengan Olesia, 34 tahun. Kata dia, Ukraina mengambil resiko besar dengan membawa presiden baru yang belum diuji. "Tapi kami tidak punya pilihan. Kami harus hidup di masa lalu atau mencoba sesuatu yang baru. Dia tampak seperti orang yang baik. Kami lebih percaya padanya,” ujar Olesia.
Seorang warga lainnya bernama Tetyana Alekseieva, 26 tahun mengaku juga memilih Zelensky. Dia menjelaskan alasan memilih sang komedian karena ingin adanya perubahan. "Saya berharap perubahan ini adalah untuk kebaikan. Semoga perang akan berakhir," katanya mengacu pada konflik di Ukraina timur.
Dia sebenarnya mengaku tidak tahu apakah Zelensky akan lebih baik dari presiden sebelumnya. Tapi dia lebih suka memberi seseorang kesempatan baru. "Kita perlu menghentikan korupsi yang ada di mana-mana sekarang. Saya harap presiden ini akan membantu."
Kemenangan aktor yang memerankan tokoh presiden dalam sebuah film populer bersambung di televisi Ukraina itu menjadi pukulan bagi Poroshenko. Padahal Poroshenko sudah berupaya merebut hati rakyat Ukraina dengan menggambarkan dirinya sebagai benteng melawan agresi Rusia. Bahkan dia mencitrakan diri sebagai pejuang jatidiri Ukraina.
Dalam konferensi pers, Poroshenko mengakui kekalahannya. Dengan jiwa besarnya dia mengatakan akan membantu presiden baru sambil menunggu pengumuman resmi KPU dan proses pelantikan.
"Bulan depan, saya akan meninggalkan kantor kepala negara. Ini adalah keputusan mayoritas orang Ukraina. Saya menerima keputusan ini. Saya meninggalkan kantor, tetapi saya ingin menegaskan bahwa saya tidak meninggalkan politik. Saya akan berjuang untuk Ukraina," kata Poroshenko.

Bahkan dalam akun twitternya @poroshenko, dia menuliska, “kami berhasil memastikan pemilihan yang bebas, adil, demokratis dan kompetitif. Tidak diragukan lagi bahwa Ukraina telah menetapkan standar tinggi baru untuk kampanye pemilihan demokratis. Saya akan menerima kehendak orang-orang Ukraina," tulis dia.
Sementara itu, Zelensky berjanji kepada pendukungnya untuk tidak mengecewakan mereka. "Meskipun saya belum secara resmi menjadi presiden, sebagai warga negara Ukraina saya dapat memberi tahu semua negara: Lihatlah kami! Segalanya mungkin!" katanya.
Sebagai informasi, Zelensky merupakan aktor sebuah situasi komedi (sitkom) televisi berjudul Servant of the People. Dalam acara itu, dia memerankan sosok sebagai guru yang berjuang melawan korupsi. Sampai akhirnya menjadi seorang presiden.
Akhirnya juga di dunia nyata dia beneran jadi presiden! (*)
Bagikan
Thomas Kukuh
Berita Terkait
Aksi Protes di Nepal Menewaskan 20 Orang hingga Membuat Perdana Menteri Mundur, Militer Ambil Alih Kekuasaan

Politik Thailand Kembali Bergejolak, PM Sementara Ajukan Pembubaran Parlemen dan Pemilu Baru

Tutup Rakernas, Surya Paloh Targetkan NasDem Masuk 3 Besar Pemilu 2029

NasDem Siap Tantang Partai Besar, Punya Strategi Khusus Rebut Tiga Besar Pemilu 2029

Prestasi Gemilang TRUST di Panggung Musik Dunia: dari Golden Award hingga Johann Strauss Award

DPR Mulai Bahas Pilihan Alternatif Model Pilkada, Usulan PKB Gubernur Ditunjuk Presiden Belum Ada Yang Nolak

Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar

Legislator Ungkap Keuntungan dari Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal

Partai Tengah Lagi Bikin Strategi Simulasi Pemilu dan Pilkada

Partai Buruh Ajukan Uji Materi Minta Ambang Batas Parlemen Dihapus Pada Pemilu 2029
