HUT Kemerdekaan RI

Haji Darip, Jagoan dari Tanah Klender

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Selasa, 17 Agustus 2021
Haji Darip, Jagoan dari Tanah Klender

Haji Darip. (Foto: MP/Fikri)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KEMERDEKAAN Indonesia tak hanya momen proklamasi pada 17 Agustus 1945. Nyatanya, sebelum dan sesudah peristiwa tersebut, ada banyak masyarakat yang begitu dahsyat. Salah satunya seorang jago Betawi asal Klender bernama Haji Darip. Ia berani menggerakkan warga Klender dan sekitarnya melawan tentara Belanda dan sekutu setelah kemerdekaan Indonesia.

Haji Darip bukanlah nama yang dikenal masyarakat umum, khususnya di Jakarta pada masa sekarang ini. Beberapa mungkin mengetahui nama Haji Darip melalui cerita dan didengar dari daerah tempat tinggalnya, yakni Klender, Jakarta Timur. Lain halnya dengan para pejuang kemerdekaan di Jakarta pada 1945, Haji Darip justru dikenal dengan tokoh pejuang nasionalis sekaligus seorang pemimpin perjuangan rakyat dari Betawi.

Sekitar 1886, Muhammad Arif lahir dari pasangan jawara silat asal Klender bernama Haji Kurdin dan Hajah Nyai Mai. Anak bungsu ini awalnya dipanggil Mad Arif yang dalam ucapan menjadi Madarif. Setelah dewasa, namanya disingkat menjadi Darip.

Baca juga:

Panduan Memahami Sebutan Kain Nusantara Kala Lampau

Haji Darip, Si Jago dari Tanah Klender
Haji Darip bersama kedua anaknya. (Foto: YouTube/Video Sejarah Langka)

Sejak kecil, Arif telah menempuh pendidikan agama di Mekkah. Saat tiba kembali di Tanah Air, ia belajar bela diri silat dan mengajar ilmu agama. Sepak terjang Haji Darip dalam dunia jawara semakin populer. Kekuasaan wilayahnya meliputi Klender, Jatinegara, serta Pulo Gadung. Bahkan pada Oktober 1945, ia membentuk sebuah organisasi bernama BARA (Barisan Rakyat).

Sebelum 1945, nama Haji Darip acap kali dikenal sebagai tokoh Klender yang disegani dan ditakuti. Beberapa tokoh pemuda dari Jakarta, yakni Sukarni, Kamaludin, Pandu Kartawiguna, serta Syamsudin, juga pernah menjalin komunikasi dengannya. Mereka sempat bertukar pikiran mengenai masalah pengusiran orang Jepang dan keinginan untuk lepas dari penjajahan.

Haji Darip dan rakyat Klender ingin menyerang Jepang karena selama berkuasa, Jepang telah menyebabkan penderitaan pada rakyat sebagai akibat dari tindakan eksploitasi. Ketidakadilan juga yang membuat Haji Darip bertekad melawan Jepang.

Waktu masa pemerintahan kolonial Belanda, Haji Darip sering kali keluar masuk penjara karena perkelahian-perkelahian yang dilakukannya demi membela orang-orang tertindas. Terlebih ketika ia dihadapkan pada keprihatinan masyarakat ketika Jepang berkuasa.

“Soal bekerja keras dan harus lapar, itu sudah biasa kami alami. Tetapi sungguh tidak dapat saya terima sikap Jepang dan tindakan mereka yang menghina harga diri bangsa saya. Apalagi setelah saya melihat bagaimana Jepang memperlakukan kaum perempuan kita. Gadis-gadis tersebut hanya sebagai pemuas nafsu mereka,” kata Haji Darip dikutip skripsi karya Soibah Hasni Fitrida berjudul Dari Klender Sampai Purwakarta Perjuangan Haji Darip Dalam Mempertahankan Kemerdekaan 1945-1947.

Di bawah pimpinannya, BARA yang dibantu rakyat setempat menjadi barisan kekuatan yang cukup sulit dikalahkan oleh musuh. Seperti yang terbukti dalam pertempuran melawan pasukan Inggris/India di Klender pada 13 Oktober 1945. Pertempuran itu terjadi karena pasukan Inggris/India marah ketika melihat pasukan BARA mengadakan barikade di jalan dan ingin mengusir mereka dengan cara kekerasan.

Baca juga:

Keluarga Pahlawan Revolusi Ziarah Virtual di Hari Kesaktian Pancasila

Haji Darip, Si Jago dari Tanah Klender
Membentuk BARA untuk mengusir para musuh. (Foto: YouTube/Jejak Bekasi)


BARA dan rakyat Klender merasa terhina dengan perbuatan pasukan asing dan mereka kemudian membalasnya dengan kekerasan juga. Pada akhirnya pasukan Inggris/India tidak sanggup menghadapi kekuatan barisan pejuang rakyat Klender dan terpaksa mundur ke tangs mereka.

Pertahanan rakyat Klender pada saat itu dibekali senjata tradisional, seperti golok, bambu runcing, parang, dan kekuatan fisik. Mereka juga memiliki senjata modern seperti pistol, senapan, dan granat dari hasil melucuti tentara-tentara Jepang ketika melakukan penyerbuan ke tangsi-tangsi mereka di Pangkalan Jati, Pondok Gede, dan Cipinang Cimpedak.

Di wilayah timur Jakarta, daerah Klender memang menjadi wilayah yang sulit dilintasi dan dikuasai oleh tentara Jepang, Sekutu, maupun NICA. Karena kekuatan BARA pula, tentara Belanda yang dibantu Sekutu hanya mampu mencapai derah Jatinegara saja, itu pun selalu mendapat perlawanan yang hebat dari pasukan Haji Darip.

Anggota BARA terdiri dari para pemuda yang berada di kampung sekitar Klender, gelandangan, dan narapidana. Narapidana ini awalnya menjalani hukuman puluhan tahun penjara karena membunuh atau bahkan hukuman mati. Mereka dibebaskan dari penjara Cipinang ketika penjara tersebut didatangi oleh Haji Darip. Anggota pasukan berani mati inilah yang bertugas untuk memonitor situasi dan kegiatan musuh di dalam kota.

Sudah menjadi rahasia umum saat itu Haji Darip mempunya kemampuan kebatinan seperti yang biasa dimiliki oleh para jawara. Di masa perjuangan kemerdekaan, anggota pasukannya dibeklai dengan semacam jimat atau bacaan wiridan yang bisa membuat tubuh menjadi kebal terhadap terjangan peluru dan senjata tajam. Namun, Haji Darip ialah pribadi yang rendah hati. Ia tidak pernah menonojolkan kemampuannya, tidak sekali pun ia berbicara tentanng kemampuannya itu.

Seperti dalam wawancaranya bersama Titiek WS di majalah Dewi, Haji Darip tidak menceritakan bagaimana ia memberikan bekal kekuatan gaib untuk mereka yang ikut berjuang, tetapi malah tahu dari orang lain.

“Haji Darip merestui mereka dengan memandikannya lalu mencoba kekuatan dengan membacok-bacokkan golok pada tubuh mereka. Ternyata tidak mempan. Mereka sudah dibikin kebal.”

haji darip
Haji Darip. (Foto: YouTube/Video Sejarah Langka)

Setelah tidak lagi mempertahankan Klender, Haji Darip dan barisan-barisan perjuangan lain terpaksa mundur ke arah timur, masuk ke wilayah yang menjadi kekuasaan Republik. Dari Klender, pasukan Haji Darip mundur ke Pulo Gadung, lalu Cakung, Cikarang, Tambun, Bekasi, Karawang, Cikampek, dan akhirnya membuka front di Purwakarta. Ketika di Cikarang, Haji Darip mengganti nama pasukannya dari BARA menjadi BPRI (Badan Pemberontakan Republik Indonesia), yang merupakan bagian dari BPRI Poesat Djakarta.

Pada 1947, Haji Darip sempat tertangkap oleh tentara musuh saat melewati hutan untuk menghindari pertemuan dengan tentara Belanda. Di sel polisi Kebayoran, Haji Darip sempat mendapat penyiksaan sebelum kemudian dipindahkan ke penjara Glodok yang diperlakukan lebih baik.

Saat bebas di 1949, ia memutuskan untuk tidak kembali menggabungkan diri ke kesatuan yang ditinggalkannya selama menjalani hukuman penjara. Ia justru kembali ke kampung halamannya di Klender dan memulai hidup layaknya masyarakat pada umumnya. Haji Darip juga aktif mengajarkan ilmu bela diri yang sampai saat ini masih diteruskan anak-anaknya. Pengajaran ilmu bela diri ini sifatnya tertutup, hanya diajarkan kepada keturunan dan keluarga dekat Haji Darip.

Sebagai seorang yang pernah ikut berjuang di masa perang kemerdekaan, ia tercatat sebagai anggota Dewan Harian Angkatan 45 DKI Jakarta. Haji Darip sebagai anggota legiun veteran menerima uang tunjangan pensiun dari pemerintah sebesar kurang lebih Rp 2.070 di 1974.

Pada 13 Juni 1981 tepatnya pukul 01.00 WIB, Haji Darip tutup usia. Sebelumnya, ia sering menderita sakit kepala sebagai akibat dari penyiksaan-penyiksaan yang didapat ketika menjadi tahanan Belanda. Gangguan sakit kepala itu di hari tuanya semakin sering kambuh, meskipun sudah melakukan perawatan ke dokter.

Atas permintaan teman-teman seperjuangannya di kesatuan Dewan Harian Angkatan 45 DKI Jakarta, Haji Darip diminta dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Namun, permintaan tersebut ditolak pihak keluarga. Ia kemudian dimakamkan di Pekuburan Umum Tanah Koja, Klender. (and)

Baca juga:

Kisah Pembunuhan Keji Dua Pahlawan Revolusi dari Yogyakarta

#Indonesia #Hari Kemerdekaan #Lapsus Hari Kemerdekaan #Agustus Jagoan Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.

Berita Terkait

Dunia
Dari Negara Pengamat Jadi Anggota Negara Penuh ASEAN, Perjalan Panjang 14 Tahun Timor Leste
Sejak melepas diri dari Indonesia dan merdeka sebagai negara berdaulat 20 Mei 2002, Timor Leste telah mengajukan diri untuk menjadi anggota ASEAN.
Dwi Astarini - Senin, 27 Oktober 2025
Dari Negara Pengamat Jadi Anggota Negara Penuh ASEAN, Perjalan Panjang 14 Tahun Timor Leste
Berita Foto
Realisasi Investasi Indonesia Triwulan III Tahun 2025 Tembus Rp491,4 Triliun
Suasana pembangunan gedung perkantoran di Kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (23/10/2025).
Didik Setiawan - Kamis, 23 Oktober 2025
Realisasi Investasi Indonesia Triwulan III Tahun 2025 Tembus Rp491,4 Triliun
Berita Foto
Forum Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025 Bahas RUU Pengelolaan Perubahan Iklim
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisal Nurofiq (dari kiri) bersama dengan Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional & Kerjasama Multilateral Mari Elka Pangestu dan Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno saat acara Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025 di Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Didik Setiawan - Selasa, 21 Oktober 2025
Forum Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025 Bahas RUU Pengelolaan Perubahan Iklim
Indonesia
14 Truk Bantuan Indonesia untuk Warga Palestina Berhasil Masuk Gaza
Truk bantuan logistik dari Indonesia untuk warga Palestina berhasil masuk ke Gaza, melalui jalur kemanusiaan.
Wisnu Cipto - Jumat, 26 September 2025
14 Truk Bantuan Indonesia untuk Warga Palestina Berhasil Masuk Gaza
Dunia
Prabowo Beri Sinyal Indonesia Dukung Qatar yang Baru Diserang Israel
Presiden menekankan pentingnya solidaritas internasional dalam merespons serangan yang mengancam stabilitas kawasan.
Dwi Astarini - Sabtu, 13 September 2025
Prabowo Beri Sinyal Indonesia Dukung Qatar yang Baru Diserang Israel
Indonesia
Pengamat Ingatkan Indonesia Bisa Seperti Nepal, Fenomenanya Mirip Pejabat Flexing dan Korup
Kesewenang-wenangan dan kesombongan kaum elite yang sudah memuakkan publik membuat amuk massal menjadi sangat brutal.
Dwi Astarini - Sabtu, 13 September 2025
Pengamat Ingatkan Indonesia Bisa Seperti Nepal, Fenomenanya Mirip Pejabat Flexing dan Korup
Travel
Kartu Kuning 2 Tahun Berakhir, Geopark Kaldera Toba Kembali Raih Status Kartu Hijau UNESCO
Status kartu kuning yang diberikan UNESCO kepada Taman Bumi (Geopark) Kaldera Toba di Sumatera Utara sejak 2023 silam akhirnya resmi berakhir.
Wisnu Cipto - Rabu, 10 September 2025
Kartu Kuning 2 Tahun Berakhir, Geopark Kaldera Toba Kembali Raih Status Kartu Hijau UNESCO
Indonesia
Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, Umat Islam Diimbau Salat Khusuf
Umat Islam dapat menjadikan peristiwa ini sebagai refleksi spiritual.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, Umat Islam Diimbau Salat Khusuf
Indonesia
Fenomena Gerhana Bulan Total Terlihat Langit Indonesia 7-8 September 2025, Bisa Nonton Live Stream Loh di Link Ini
Fase total gerhananya bakal berlangsung sekitar 1 jam 22 menit.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Fenomena Gerhana Bulan Total Terlihat Langit Indonesia 7-8 September 2025, Bisa Nonton Live Stream Loh di Link Ini
Indonesia
Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, ini Jadwal dan Lokasi Pengamatannya
Gerhana bulan total terjadi karena matahari-bumi-bulan sedang berada pada satu garis lurus.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
 Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, ini Jadwal dan Lokasi Pengamatannya
Bagikan