Gedung Opera di Berlin Berkompromi dengan COVID-19


Berlin masih menerapkan pembatasan. (Foto: opera-online)
"DAS RHEINGOLD" ungkapan ini telah jadi bagian dari DNA budaya Jerman. Opera dramatis yang ditulis oleh Richard Wagner menceritakan kisah para dewa dan dewi, raksasa dan kurcaci, emas curian, cinta dan benci.
Biasanya dimainkan di teater mewah, namun sekarang tidak mungkin lagi karena COVID-19. Penerapan pembatasan di Berlin termasuk melarang pertemuan besar di ruang tertutup publik seperti bioskop, teater, dan klub malam.
Baca juga:

Alhasil, gedung opera utama ibu kota, Deutsche Oper, menjadi kreatif. Mementaskan event tahunan di ruang terbuka sambil menjaga jarak sosial yang aman di luar gedung di bagian dek parkiran mobil.
"Pada awalnya, itu adalah solusi darurat. Namun dalam keadaan darurat, kamu menjadi inventif. Kemudian pada akhirnya, kamu merasa sangat cocok, itu benar," Dietmar Schwarz, direktur Deutsche Oper Berlin, mengatakan kepada Euronews.
Penampilan yang biasanya berdurasi dua setengah jam, yang merupakan bagian dari siklus Ring empat babak Wagner, telah disadur menjadi 90 menit.
Dalam versi ini, hanya terdapat 22 orang musisi berada di panggung dan mereka saling menjaga jarak satu sama lain. Itu adalah tantangan artistik, kata sutradara kelahiran Afrika Selatan, Neil Barry Moss.
Baca juga:
'Drive-in Disco', Dunia Hiburan Jerman Tak Padam di Tengah Pandemi

"Kami mendapat ruang luar biasa ini, dengan sejarah yang luar biasa. Juga memberi kamu kesempatan untuk melakukan versi aneh yang tidak dilakukan orang lain. Apa yang seharusnya kamu katakan tentang karya yang begitu terkenal? Bagi saya, ini adalah sangat jelas," kata Moss.
Ini hanya kedua kalinya pertunjukan dipentaskan di dek parkir opera. Pertunjukan terakhir kali yaitu pada tahun tahun 2014, namun akustik masih hadir secara mengejutkan.
"Kami benar-benar lupa saat itu, namun akustiknya sebenarnya cukup bagus di sini. Cukup bagus tanpa amplifikasi. Jelas tidak ideal, namun cukup bagus," kata Schwarz.
Otoritas Jerman pada akhirnya mungkin mengizinkan pertunjukan dan konser yang lebih kecil di bioskop di musim panas nanti.
Namun sejak dimulainya pandemi COVID-19, ini adalah satu-satunya opera yang diselenggarakan langsung di depan para penonton di Jerman.
"Saya pikir itu sangat penting. Budaya adalah sesuatu yang kamu anggap remeh. Namun tanpa itu, kamu tidak bisa berfungsi. Saya kira itu adalah hak asasi manusia untuk ikut serta dalam budaya," kata Moss.
Hanya sebanyak 800 tiket yang tersedia untuk lima pertunjukan yang dijadwalkan di tempat parkir. Mereka semua terjual habis dalam 12 menit. (lgi)
Baca juga:
Menayangkan Film Internasional, Bandara di Lituania diubah Menjadi Bioskop Drive-in
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Solo International Performing Arts 2025 Diramaikan 9 Negara, Perkuat Posisi sebagai Kota Budaya Dunia

Mengenang Pramoedya Ananta Toer lewat 'Bunga Penutup Abad'
Jerman Jadi Pasar Sensor Asal Indonesia, Produk Diproduksi di Batam

Kereta di Jerman Tergelincir Bawa Penumpang 100 Orang, Sejumlah Orang Tewas dan Terluka

Dicalonkan Jadi Dubes RI untuk Jerman, Abdul Kadir Siap Wujudkan Visi Prabowo dalam Diplomasi

Warga Bakal Disuguhi Pertunjukan Kolosal Saat Malam Puncak Perayaan HUT ke-498 Jakarta

Gaungkan Kreativitas Seni Pertunjukan, Logo Indonesia Kaya Lebih Filosofis

Galeri Indonesia Kaya Tampilkan Pentas Musikal Orisinal

Prediksi Jerman vs Italia: Perburuan Tiket Semifinal UEFA Nations League 2024/25

Mesut Ozil Dilarang Kunjungi Werder Bremen, Dituduh Ekstremis Sayap Kanan
