Faktor Genetik Sebabkan Skoliosis, ini Cara Mengatasinya

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 07 Agustus 2024
Faktor Genetik Sebabkan Skoliosis, ini Cara Mengatasinya

Ilustrasi faktor genetik. (Foto: Unsplash/digitale.de)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Merahputih.com - Kondisi kelainan tulang skoliosis diklaim disebabkan oleh gaya hidup yang tidak tepat. Padahal, skoliosis juga dapat terjadi karena faktor keturunan atau genetik.

Dilansir dari laman Siloamhospital, penderita skoliosis biasanya memiliki tulang belakang menyerupai bentuk huruf S atau C. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia 10-13 tahun.

Pola genetik yang berbeda dapat memengaruhi kekurangan nutrisi tertentu. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan bahan kimia tubuh seperti neurotransmitter, enzim, dan hormon. Ketika tubuh tidak dapat menyeimbangkan bahan kimia ini, maka bentuk tulang belakang bisa berubah.

Kondisi skoliosis yang tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti nyeri punggung yang berkepanjangan, kerusakan saraf tulang belakang, hingga gangguan pada jantung dan paru-paru.

Skoliosis dapat diatasi melalui pengobatan teknik akupuntur, latihan fisik, manual terapi serta menggunakan alat-alat terapi yang mutakhir dan efektif.

Peralatan terapi tersebut antara lain ESWT (extracorporeal shockwave therapy/gelombang kejut), LLLT (Low Light Laser Theraphy atau laser dingin), SIS (super inductive system/Elektromagnetik), TENS (elektrik), US (ultrasound), dan HIL (High Intensity Laser).

Kemudian ada juga pengobatan konservatif tanpa operasi dengan metode Schroth Best Practice (SBP) dan brace GBW (Gensingen Brace).

Penderita yang mengalami skoliosis harus mendapatkan dukungan dari teman atau kerabat terdekat hingga keluarga. Hal itu dilakukan guna memberikan dukungan kepada penderita sebab biasanya terapi skoliosis ini berlangsung dalam jangka Panjang. (tka)

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Tika Ayu

Berita Terkait

Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Bagikan