ESD Research Proyeksikan Kerusakan Lingkungan di Tahun 2100

Perkiraan peningkatan temperatur Indonesia pada 2100. (Foto MP/Shenna)
PEMANASAN global telah menjadi salah satu isu lingkungan yang paling menyedihkan. Dilansir dari Live Science, temperatur permukaan bumi yang semakin tinggi ini menyebabkan lapisan es di kutub dan gletser mencair.
Seluruh danau di berbagai belahan dunia pun menjadi lebih hangat, sehingga mengacaukan pola migrasi hewan serta berbagai aktivitas tanaman. Pemanasan global juga berdampak langsung pada kesehatan manusia.
Kini telah hadir aplikasi yang menampilkan prediksi seberapa parah perubahan drastis dari temperatur dan curah hujan pada tahun 2100 akibat global warming.
Dilansir dari Daily Mail, EarthSystemData Ltd baru saja meluncurkan sebuah mobile app yang memungkinkan orang-orang untuk menjelajahi bagaimana pemanasan global memengaruhi iklim masa depan terhadap kota tempat mereka tinggal.
Aplikasi bernama ESD Research ini mampu menampilkan temperatur dan proyeksi air hujan yang bersumber dari enam pusat penelitian global utama. Aplikasi ini sudah bisa diunggah secara gratis di Apple Store dan Google Play.
BACA JUGA:
Para pengguna mampu melihat seperti apa kampung halaman mereka di tahun 2100 jika pemanasan global dibatasi hingga di bawah 3,6 derajat Fahrenheit seperti yang tercantum pada Perjanjian Paris PBB 2015.
Pengguna bisa mengetik lokasi mereka dan aplikasi ini akan menampilkan simulasi dari iklim di masa depan.
Aplikasi ini merupakan hasil kerjasama antara EarthSystemData Ltd asal Inggris dengan Tyndall Centre for Climate Change Research milik University of East Anglia.
BACA JUGA:
Coastal Basement Menjual Produk Ramah Lingkungan Dengan Misi yang Mulia
"Kini kita bisa memvisualisasikan data global berkualitas termasuk iklim, kesehatan, pemasukan, demografis, apapun yang dibutuhkan oleh masyarakat global, pebisnis, atau pembuat aturan hanya lewat sentuhan dari jempol mereka," ungkap ilmuwan iklim sekaligus founder dari EarthSystemData Ltd, Craig Wallace.
Menurut direktur Tyndal Centre, Asher Minss, aplikasi ini memastikan bahwa data-data seputar iklim lingkungan yang bisa diakses oleh semua orang ini tidak diinterpretasikan oleh politisi, media, juru kampanye, atau siapapun.
Pada 2100 mendatang, diperkirakan pemanasan global ini akan menyebabkan miliaran orang menderita stres karena kepanasan. Ini disebabkan karena tubuh mereka sudah tidak bisa lagi menyesuaikan suhu tubuh secara alami melalui keringat.
Fenomena ini menyebabkan terjadinya temperatur internal tubuh yang meningkat secara cepat dan mampu merusak otak dan organ tubuh lainnya. Dilansir dari Daily Mail, planet Bumi tercinta ini telah mengalami peningkatan suhu sekitar 2,2 derajat Fahrenheit sejak abad-19 akhir.
Kehadiran aplikasi ini diharapkan mampu menjadi sumber penelitian serta meningkatkan kewaspadaan orang-orang mengenai lingkungan. (SHN)
BACA JUGA:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Dari Pengelolaan Sampah hingga Penanaman Mangrove, Synchronize Fest Tegaskan Komitmen Hijau

Bengkel Kebakaran, TransJakarta Koridor 13 Mampang-Ciledug Cuma Sampai Halte JORR Petukangan

PSSI Resmi Akhiri Kontrak Patrick Kluivert Usai Gagal Bawa Indonesia ke Piala Dunia 2026

Calon Praja IPDN Meninggal Setelah Pingsan Saat Ikut Apel Malam

Mal Ciplaz Klender Kebakaran, Api Berawal dari Korsleting di Restoran Solaria

Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026: Diwarnai Kartu Merah, Timnas Indonesia Kalah 2-3 dari Arab Saudi

Timnas Arab Saudi Berbalik Unggul atas Indonesia di Babak Pertama Kualifikasi Piala Dunia 2026

Eco Paws, Kampanye Kreatif untuk Masa Depan Lebih Baik

Lifter Indonesia Rizki Juniansyah Raih Dua Emas dan Catatkan Rekor Dunia di Norwegia

Hampir Sebulan Terjebak Longsor, 5 Pekerja Freeport Ditemukan Semua Sudah Jadi Mayat
