Elektabilitas Prabowo Naik, Pengamat: Jokowi Harus Benahi Ekonomi


Jokowi dan Prabowo saat di Istana Negara (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
MerahPutih.Com - Hasil survei Charta Politica menunjukan bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengalami peningkatan elektabilitas dibanding sebelum ia menyatakan siap maju sebagai capres di Pilpres 2019.
"Ada tendensi kenaikan dari Prabowo Subianto dari 14 persen ke 23 persen, dan ada penurunan sedikit elektabilitas Jokowi. Ada pengaruh dari deklarasi Prabowo di internal yang membuat elektabilitasnya naik," kata Yunarto saat memaparkan hasil survei lembaganya, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (21/5).
Yunarto membandingkan hasil surveinya dengan apa yang dilakukan Litbang Kompas pada 21 Maret-1 April 2018. Dari hasil perbandingan terlihat adanya penurunan sedikit elektabilitas Jokowi, dan kenaikan tingkat keterpilihan Prabowo Subianto.

Survei Litbang Kompas kala itu menyebut Jokowi mendapat elektabilitas 55,9 persen, dan Prabowo mendapatkan angka 14,1 persen.
"Head to head, apakah cukup jauh? Jauh. Tapi petarung terkuat yang bisa menyaingi Pak Jokowi hanya Prabowo," jelas Yunarto.
Senada dengan hasil survei Charta Politika, survei Indo Baromoter yang dirilis hari ini, Selasa (22/5) juga menunjukan tren elektabilitas mantan Danjen Kopassus itu mengalami peningkatan.
Pada November 2017, Prabowo hanya meraih 20.8 persen. Sedangkan pada Januari 2018 elektabilitas putera dari begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu mengalami kenaikan menjadi 22.3 persen. Sementara pada April 2018 elektabilitas Prabowo melonjak menjadi 27.5 persen.

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai faktor utama yang membuat elektabilitas Prabowo semakin mananjak adalah kehidupan ekonomi masyarakat yang semakin sulit.
"Kemarin saya cek di masyarakat kelas bawah memang hidupnya lagi sulit dan susah. Harapan masyarakat kepada Prabowo lah yang membuat elektabilitas dia naik," kata Ujang kepada merahputih.com, Selasa (22/5).
Masyarakat, kata Ujang, dalam empat tahun pemerintahan Joko Widodo menganggap kehidupannya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Karena itu, masyarakat kecewa terhadap pemerintah sehingga membutuhkan figur pemimpin baru.
"Kenapa naiknya tidak signifikan? Karena pemilunya masih lama, masih satu tahun lagi pendaftaran (capres) pun belum dibuka artinya kesempatan untuk naik lagi makin terbuka," jelas dia.
"Bahkan kalau ekonominya gonjang ganjing, dollar terus naik, kalau stabilitas politiknya tidak terjaga bisa jadi Prabowo jadi the next presiden," kata Ujang menambahkan.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, menyebut kenaikan elektabilitas Prabowo seharusnya menjadi warning bagi pemerintah untuk memperbaiki persoalan ekonomi yang semakin membelit rakyat.

"Modal pemerintah cuma satu bekerja keras dan berikan yang terbaik untuk rakyat. Jika dianggap sukses dan memenuhi janji janji kampanye yang lalu maka masyarakat akan mendukung incumbent. Kalau masyarakat hidupnya susah maka akan ke Prabowo," ujarnya.
Menurut Ujang, dalam kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang semakin melemah serta harga kebutuhan pokok yang membumbung tinggi, elektabilitas Prabowo berpotensi menyalip bahkan mengalahkan Jokowi.
"Bukan hanya kesalip tapi bisa kalah. Gejolaknya sudah ada. Maka kalau stabilitas harga tidak terjaga, dollar AS makin lama makin naik, Jokowi bisa kalah," terangnya.
Jokowi, kata dia, masih dianggap kuat karena sebagai incumbent memilki sumber daya yang luar biasa. Sebab, seluruh infrastruktur kekuasaan masih dalam genggamamnya.
"Jokowi ini kan incumben. Ini sumber daya kekuatan, baik kekuatan finansial, APBN, Kejaksaan, Kepolisian dan lain-lain," ujarnya.
Meski begitu, kata Ujang, jika kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin melemah, utang luar negeri semakin tinggi serta harga kebutuhan pokok tak mampu dijangkau rakyat maka kemungkinan besar Prabowo akan berhasil mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019.
"Dugaan saya kalau kondisinya seperti ini terus Jokowi bisa dikalahkan. Masyarakat melihat Jokowi ingkari janji. Kekecewaan masyarakat itu akan hilang ketika pemerintah bekerja dengan baik," pungkasnya.(Pon)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Pilpres 2019: Menanti Tarung Ulang Jokowi vs Prabowo atau Calon Baru?
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
ISDS Nilai Djamari Chaniago Ditunjuk Prabowo Bukan Didasari Dendam Masa Lalu

Profil Muhammad Qodari, Peneliti yang Baru Dilantik Jadi Kepala Staf Kepresidenan RI

Profil Djamari Chaniago, Menko Polkam Baru yang Gantikan Budi Gunawan di Kabinet Merah Putih

Presiden Prabowo Lantik Menko Polkam Djamari Chaniago, Erick Thohir Jadi Menpora

Presiden Prabowo Dikabarkan Lantik Menteri Baru Hari Ini, Paling Cepat Pukul 14.00 WIB

Isu Reshuffle Kabinet Menguat: Djamari Chaniago Jadi Menkopolkam, Rosan Roeslani Jabat Menteri BUMN

Pemerintah Buka Program Magang untuk 20 Ribu Fresh Graduate, Digaji Sesuai UMP

Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik

Viral Video Prabowo Diputar di Bioskop, Kini Sudah Tidak Tayang di Solo

KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang
