Eks PM Australia Kecam Pengadaan Kapal Selam Bertenaga Nuklir
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese berjalan menuju lokasi KTT G20 Indonesia, Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022). ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay/wsj/22.
MerahPutih.com - Australia mengumumkan kesepakatan membeli setidaknya tiga kapal selam bertenaga nuklir dengan sistem persenjataan konvensional, di bawah kemitraan keamanan trilateral dengan AS dan Inggris.
Dalam kerangka kesepakatan ini, ketiga negara juga akan bekerja sama untuk mengembangkan kapal selam canggih terbaru.
Mantan Perdana Menteri (PM) Australia Paul Keating pada Kamis (16/3), mengecam pemerintahan Anthony Albanese gara-gara kesepakatan tripartit dengan AS dan Inggris dalam membangun kapal selam bertenaga nuklir.
Keating menyebut, kesepakatan yang dinamai AUKUS itu keputusan luar negeri terburuk yang diambil oleh Partai Buruh Australia.
Baca Juga:
Runtuhnya Bank di AS Bikin Sulit Eropa
“Setiap anggota cabang Partai Buruh akan jijik ketika mereka menyadari bahwa partai yang kita semua perjuangkan ini memilih kembali ke bekas penguasa kolonial kita, Inggris, untuk menemukan keamanan kita di Asia,” kata Keating dalam National Press Club di Canberra, seperti dikutip Antara.
Dalam kesepakatan AUKUS yang diresmikan Selasa di San Diego, AS, Australia akan membeli tiga kapal selam kelas Virginia dari AS. Namun, pembelian itu masih harus mendapat persetujuan kongres.
Australia juga akan diberi opsi untuk membeli dua kapal lagi jika diperlukan, kata Presiden AS Joe Biden, PM Australia Albanese, dan PM Inggris Rishi Sunak dalam pernyataan bersama.
AUKUS diumumkan pada 15 September 2021 sebagai sebuah perjanjian keamanan trilateral untuk kawasan Indo-Pasifik guna menjawab kapabilitas militer Tiongkok yang semakin besar di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Australia Segera Diperkuat dengan Kapal Selam Bertenaga Nuklir
Keating, yang menjabat sebagai perdana menteri pada 1991-1996, mengkritik kesepakatan AUKUS sejak mantan Perdana Menteri Scott Morrison mengumumkan AUKUS dan membatalkan Program Kapal Selam Masa Depan dengan Angkatan Laut Prancis untuk membeli 12 kapal selam senilai 56 miliar euro (Rp 917,65 triliun).
Dia mendaku keterlibatan Australia dalam kesepakatan AUKUS dilakukan agar AS memasok kapal selam bertenaga nuklir untuk menghadapi Tiongkok.
Menurut Keating, keterlibatan pemerintahan Albanese dalam pembangunan kapal selam nuklir tripartit di bawah perjanjian AUKUS merupakan keputusan internasional terburuk yang diambil pemerintah Partai Buruh Australia sejak mantan pemimpin sebelumnya, Billy Hughes, berusaha menerapkan wajib militer guna menambah pasukan Australia dalam Perang Dunia I.
"AS akan tetap berada dalam kesepakatan yang disebut AUKUS, bukan karena untuk membangun kapal selam untuk Australia, tetapi karena AS akan selamanya memiliki teknologi kapal nuklir dan sistem pengendalian tembakan yang dibangun di tempat lain," katanya.
Keating menambahkan bahwa meski kesepakatan itu ditandatangani tiga pihak, tetapi menurutnya hanya ada satu pihak yang mengeluarkan uang.
“Presiden AS dan PM Inggris hampir tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka karena 368 miliar dolar Australia (Rp 3.776 triliun) masuk kantong perusahaan-perusahaan pertahanan mereka – di Inggris, BAE Systems, serta galangan-galangan kapal selam di pantai timur AS. Tidak heran mereka tersenyum," kata Keating.
Keating mengatakan, AS ingin membendung kekuatan militer dan ekonomi Tiongkok, tetapi menurut dia, negara tersebut adalah negara perdagangan dunia.
"Ini bukan tentang membalikkan sistem internasional," kata dia. (*)
Baca Juga:
WHO Yakin Pandemi COVID-19 Berakhir Tahun Ini
Bagikan
Berita Terkait
Larangan Medsos di Australia, Meta Mulai Keluarkan Anak-Anak dari Instagram dan Facebook
Senator Australia Diskors Setelah Aksi Burka di Parlemen, Dicela dan Disebut Rasis
Menggerepe Ariana Grande di Pemutaran Perdana ‘Wicked: For Good’, Seorang Pria Australia Dilarang Masuk Singapura Selamanya
Eminem Gugat Jenama Pakaian Pantai Australia, Swim Shady, Terdengar Seperti ‘Slim Shady’
Ganda Putra Fajar/Fikri Buka Langkah Kemenangan Pertama di Australian Open 2025
Indonesia - Australia Sepakati Penguatan Kerja Sama Pertahanan, Prabowo: Tetangga yang Baik Itu Penting
Presiden Prabowo Sebut Indonesia dan Australia Ditakdirkan Jadi Tetangga Baik dan Saling Tolong
Prabowo-Albanese Teken Kesepakatan Jaga Stabilitas Indo-Pasifik, Era Baru Hubungan 2 Negara
Albo Panggilan Akrab Prabowo untuk PM Australia, Ternyata Ini Artinya!
Presiden Prabowo Sambangi Mahasiswa Doktoral di Australia, Bawa Harapan Baru bagi Pendidikan dan Diplomasi