Dua Alasan Reshuffle Kabinet Mendesak Dilakukan


Ketua Bidang Pembinaan Eksekutif Partai Hanura Erik Satrya Wardhana (Foto MerahPutih/Bahaudin)
MerahPutih Peristiwa - Wacana reshuffle (perombakan kabinet) Joko Widodo-Jusuf Kalla berembus kencang. Ada dua alasan yang melatari perombakan kabinet mendesak dilakukan yaitu alasan politik dan ekonomi.
Ketua Bidang Pembinaan Eksekutif Partai Hanura Erik Satrya Wardhana menilai soal reshuffle kabinet adalah hak prerogratif Presiden Jokowi. Namun, persoalan-persoalan yang timbul menjadi alasan kuat melakukan perombakan kabinet.
Di sisi politik, Erik membeberkan, ekses pemilu presiden (pilpres) berujung pada terbelahnya parlemen menjadi dua poros kekuatan.
"Ini bertentangan dengan paham integralisme yang menjiwai pembentukan NKRI. Tidak ada mekanisme konstitusional yang bisa mengkoreksi ekses pilpres itu. Akibatnya proses pemerintahan menjadi tidak efektif," kata Erik dalam sebuah diskusi di Tebet, Jakarta Selatan baru-baru ini.
Sementara di sisi ekonomi, instabilitas politik yang terjadi menjadi salah satu alasan belum terlaksananya program Nawa cita khususnya dalam bidang ekonomi, berjalan dengan baik.
Erik bercerita, jika para ahli (pengamat) mengatakan bahwa arah kebijakan ekonomi pemerintah tidak jelas, Erik menilai itu lebih dikarenakan Nawacita belum bisa terinstitusionalisasi dengan baik.
"Sayangnya visi misi ini masuk melalui proses politik, harus mendapatkan persetujuan dari DPR. Kalau platfomnya tak bisa terinstitusionalisasi maka implementasi terhambat beserta dengan turunannya. Kalau ada yang bilang arah ekonomi Jokowi tak jelas ini lantaran Nawa cita belum bisa terinstitusionalisasi dengan baik," jelasnya.
Jalan keluarnya, sambung Erik, pemerintahan Jokowi-JK harus melakukan konsolidasi, menyatukan kembali parpol termasuk partai di luar pendukung pilpres. Mengakomodasi mereka dalam pemerintahan. Ini kebutuhan objektif, bukan transaksi politik. Hal itu dinilai penting agar proses kebijakan dapat berjalan dengan baik karena partai yang semula tidak mendukung menjadi mendukung pemerintah. (Bhd)
BACA JUGA:
- Pakar Politik: Jokowi Harus Cari Indikator saat Reshuffle
- Pengamat: Tak Ada Kaitannya Rilis Kemenpan RB dengan Isu Reshuffle
- Isu Reshuffle, Moeldoko Masuk Luhut Terpental
- Ubedilah: Reshuffle Bukti Lemahnya Konsolidasi Elit Politik
- Pengamat: Reshuffle Kabinet Harus Besar-Besaran
Bagikan
Berita Terkait
Kursi Menko Polkam dan Menpora Masih Kosong, Prabowo: Tunggu Waktunya

Vakumnya Posisi Menpora dan Menko Polkam, Golkar Prediksi Reshuffle Kabinet Akan Ada Tahap Lanjutan

Gibran Tegaskan Reshuffle Kabinet Merah Putih Sudah Diperhitungkan Matang oleh Prabowo untuk Optimalkan Kinerja Pemerintah dan Pelayanan Publik

Copot Sri Mulyani hingga Budi Arie, Pengamat Duga Prabowo Mau Lepas 'Warisan' Jokowi

Pakar Nilai Menteri Baru Harus Berhati-hati dalam Berkomunikasi dan Fokus Pada Program 'Quick Wins'

Dinilai Mengejutkan, IPR Sebut Reshuffle Kabinet Prabowo Fokus pada Ekonomi dan Politik Hukum

Reshuffle Kabinet Dinilai Jadi Sinyal Pergantian 'Gerbong Jokowi' ke 'Wagon Gerindra'

Eks Menpora Dito Bicara tentang Haornas 2025 Usai Kena Reshuffle, Bahas Transformasi Olahraga Indonesia

Budi Gunawan Kena Reshuffle, Ketua DPP PDIP: Hak Prerogatif Presiden Harus Dihormati

Ungkap Sikap Politiknya Usai Kena Reshuffle, Budi Arie: Dukung Langkah yang Diambil Presiden untuk Kepentingan Rakyat dan Bangsa Indonesia
