Digital Parenting, Mengupas Metode Didik Orang Tua di Era Kekinian


Mengenal Digital Parenting untuk tumbuh kembang anak (Foto: pixabay/3643825)
CARA orangtua mendidik anak menjadi salah satu hal yang paling krusial bagi masa depan anak nanti. Dewasa ini, perkembangan teknologi yang menjadikan segala aspek menjadi digital telah merubah standarisasi cara didik orang tua untuk menjauhkan anak-anak mereka dari berbagai hal berbahaya. Lantas, apa saja perbedaan metode mendidik anak konvensional dengan mendidik anak di era digital?
1. Apa itu parenting?

Segala hal yang dilakukan oleh orangtua demi keselamatan dan memenuhi kebutuhan anak bisa juga disebut sebagai parenting. Parenting sendiri terdiri dari beberapa jenis, mulai dari authoritarian, authoritative, permissive, dan uninvolved.
Authoritarian merupakan jenis orangtua yang menetapkan berbagai aturan dan jika dilanggar, akan ada konsekuensi serius. Mereka memiliki pemikiran yang sulit diubah sehingga minim terjadinya kompromi terhadap aturan yang telah dibuat. Opini anak tidak terlalu diperhitungkan, dan kebenaran seolah hanya ada pada aturan yang telah mereka buat.
Mirip dengan Authoritarian, cara mendidik gaya authoritative tetap menjadikan peran orangtua sebagai pembuat aturan dan tetap akan ada konsekuensinya jika peraturan dilanggar. Bedanya, gaya didik ini masih mendengarkan opini anak dan aturan masih bisa diubah sesuai dengan situasi.
Dalam permissive parenting, orangtua memiliki hubungan yang akrab dengan anak-anak mereka dan aturan-aturan yang berlaku akan terbuat sendiri secara natural seiring dengan pertumbuhan anak.
Berbeda dengan uninvolved parenting dimana orangtua tidak terlibat sama sekali terhadap aktivitas anak baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Masing-masing gaya didik orangtua yang bervariasi ini memiliki sisi negatif dan positif, dan semua orang tua memiliki cara mereka sendiri untuk mendidik anak mereka sesuai dengan watak anak-anak mereka sendiri.
2. Apa perbedannya dengan digital parenting?

Pada dasarnya, digital parenting tujuannya sama-sama ingin menjaga anak dari berbagai bahaya, namun bahaya yang timbul dari kancah digital.
Karena teknologi yang tidak bisa dibendung efek negatifnya, maka orangtua diharapkan mampu memberikan perhatian lebih dalam mengajarkan anak untuk bisa menggunakan teknologi dengan semaksimal mungkin, dengan dampak negatif seminimal mungkin.
3. Etika sosial seiring dengan perkembangan teknologi

Tidak hanya etika menggunaka internet, orang tua juga harus membekali bagaimana etika anak dalam berperilaku di dunia nyata setelah kehadiran teknologi yang mendominasi kehidupan orang sehari-hari.
Hal ini termasuk bagaimana seharusnya anak membatasi penggunaan gadget agar bisa lebih menghargai lawan bicaranya di dunia nyata.
Orang tua harus menjelaskan kepada anak mereka bahwa ketika berinteraksi dengan orang lain, tidak seharusnya mereka terus melihat ponsel pintar mereka atau tetap menggunakan headset ketika berbicara.
Sama seperti tindakan terus-terusan melihat jam ketika sedang berbicara dengan orang lain, tindakan ini dapat memberikan kesan negatif dan seolah kurang menghargai lawan bicara, meskipun terkadang sang anak tidak bermaksud demikian.
Sama halnya dengan media sosial, orangtua harus memperhatikan bahwa tidak semua orang nyaman dengan tindakan generasi muda yang selalu merekam segala tindakan yang mereka lakukan demi terlihat eksis di media sosial. Tidak semua orang menyukai hal tersebut, dan itu memang hak mereka untuk menjaga privasi diri masing-masing.
4. Hargai privasi anak

Masih berbicara tentang privasi, gadget seolah menjadi benda sakral yang mengandung berbagai informasi personal seseorang di zaman ini. Lantas, demi menjaga anak dari hal-hal yang tidak diinginkan, apakah wajar orang tua mengecek gadget anak?
Semua orang berhak memiliki privasi, termasuk anak. Setiap orang dari segala umur membutuhkan kebebasan untuk berpikir tanpa ada rasa takut diserang atau dilarang. Sebagai orang tua, coba bayangkan rasanya jika buku diari kita dibaca oleh orang tua kita, atau ketika sejarah laman pencarian kita ditinjau orang tua kita, apakah kalian akan merasa risih?
Orang tua tidak memiliki kepemilikan atas anak mereka, orangtua hanya memiliki tanggungjawab yang sangat besar dalam mendidik dan membentuk anak mereka di usia dini.
Orang tua harus menciptakan hubungan saling percaya yang berfondasikan cinta serta hormat antara orang tua dan anak sehingga kedua pihak merasa nyaman dan terbuka satu sama lain.
5. Jangan sampai teknologi mengikis keharmonisan keluarga

Di zaman sekarang, tidak jarang kita melihat keluarga yang duduk dan bekumpul bersama, namun masing-masing anggota keluarga terpaku pada gadget mereka. Apakah kemajuan peradaban yang pesat telah mengikis kehangatan serta komunikasi antar keluarga?
Ketimbang mendengarkan orang tua, anak cenderung meniru orangtuanya. Ini menjadi tantangan baru bagi orangtua untuk bisa menjadi teladan yang baik bagi anak dengan kemampuan mengontrol diri dan membuat manajemen waktu dalam bermain gadget. (shn)
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
UOB My Digital Space Bekali 90 Ribu Pelajar Indonesia dengan Keterampilan Digital, Gandeng Ruangguru sebagai Mitra

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Solo Raya Alami Lonjakan Transaksi QRIS, Volume Capai 51,91 Juta

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

ABI Tegaskan DRX Token Sebagai Proyek Aset Digital Yang Miliki Potensi Besar di Indonesia

Keberatan Platform Digital User Generated Content Diatur UU Penyiaran

1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah

Bye Antre TPS! Indonesia Siap-Siap Pemilu Digital 2029, Netizen: Dari Mana Duitnya?

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa
