Dari Puing Bom Menjadi Karya Seni


Hayat Nazer membuat patung dari puing ledakan. (Foto: instagram/@hayat_nazer_v)
PEREMPUAN seniman asal Lebanon, Hayat Nazer, menggunakan seni untuk menyuarakan isi hatinya tentang isu sosial. Ini bukan pertama kalinya perempuan yang juga merupakan aktivis sosial itu membuat karya seni dengan harapan bisa menyampaikan pesan yang kuat kepada rekan-rekannya. Sejumlah karya yang pernah dia buat termasuk grafiti, lukisan, dan The Phoenix, patung yang ia buat pada 2019, ketika gelombang protes politik melanda negara asalnya.
Kini perempuan berusia 33 tahun itu meluncurkan karya terbarunya berupa patung cantik seorang perempuan memegang bendera Lebanon dengan rambut tergerai tertiup angin. Tidak sekadar patung biasa, patung yang ia ciptakan terbuat dari logam bengkok, pecahan kaca, dan puing-puing yang dia kumpulkan dari ledakan dahsyat yang melanda Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus 2020. Patung tanpa nama itu juga menampilkan jam rusak yang menandai waktu ledakan, yakni pukul 18.00.
BACA JUGA:
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, artis tersebut mengatakan bahwa karya tersebut adalah cara katarsis untuk menyalurkan kesedihan dan emosinya menjadi sesuatu yang indah, menginspirasi orang lain untuk tetap bersatu dan membangun kembali negara yang hancur akibat krisis politik dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Ledakan itu menghancurkan hatiku. Aku benar-benar hancur," ujar Nazer.

Patung berjudul Alexandra yang terbuat dari puing-puing ledakan di Beirut, Lebanon (Foto: instagram/@hayat_nazer_v)
"Aku trauma, tapi sejujurnya, kita semua di Lebanon mengalami trauma. Ketika saya merasa seperti itu, saya hanya mencoba membantu, memperbaiki, dan menyembuhkan melalui seni. Jadi inilah cara saya menerima kenyataan dan mencoba membangun kembali orang-orang saya,” urainya.
Nazer mengatakan bahwa dia menghabiskan berminggu-minggu menjelajahi kota untuk mengumpulkan puing-puing dan barang-barang pribadi dari penduduk. "Saya melakukan perjalanan ke rumah orang-orang setelah mereka dihancurkan oleh ledakan dan mengatakan kepada mereka, 'Saya hanya ingin Anda memberi saya apa pun yang dapat saya sertakan untuk menjadikan Anda bagian dari patung saya,'" kata Nazer.

Patung dibuat sebagai bentuk protes. (Foto: instagram/@hayat_nazer_v)
"Saya terkejut. Orang-orang memberi saya hal-hal yang sangat berharga bagi saya. Hal-hal dari masa kecil mereka, kakek-nenek mereka yang meninggal dalam perang saudara, hal-hal yang ingin mereka selamatkan untuk anak-anak mereka. Begitu banyak emosi yang terjadi dalam hal ini,” ujarnya.(Avia)
Bagikan
Berita Terkait
Dari Paris ke Bali, Pameran ‘Light and Shadow Inside Me’ Eugene Kangawa Siap Jadi Koleksi Permanen di Eugene Museum 2026

Ahhh-fterwork Hadirkan Perjalanan Multisensori nan Penuh Petualangan, Ditutup Sesi Omakase Memanjakan Lidah

Art Jakarta 2025 Tampilkan 75 Galeri dari 16 Negara, Kembali Bawa Segmen Unggulan

Mengubah Lelah Jadi Perayaan: Instalasi Seni Heineken Hadirkan Pengalaman Afterwork

Belanja Cepat, Kebiasaan Baru Kaum Urban

Kombinasi Efisiensi dan Kenyamanan Jadi Solusi Cuci Pakaian di Era Modern

Wondherland 2025: Fashion & Fragrance Festival dengan Pengalaman Belanja Paling Personal

Kisruh Royalti Lagu, Pelaku Usaha dan Seniman Desak DPRD Solo Bubarkan LMKN

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Gamelan Ethnic Music Festival 2025 Siap Digelar, Seniman dari 7 Daerah Bakal Ikut Meramaikan
