Cara Bedakan Kebohongan Biasa dengan Kebohongan Patologis
Kebohongan patologis bisa sangat sulit dideteksi dan diungkap. (Foto: Freepik/Standret)
HAMPIR mustahil menjalani hidup tanpa berbohong. Entah itu kebohongan demi kebaikan atau penipuan yang diperhitungkan. Kita semua berada dalam spektrum tersebut.
Namun, kebohongan yang patologis melebihi ketidakbenaran dalam kebohongan biasa. Ini adalah pola fabrikasi tanpa henti yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah.
"Karena pembohong biasanya berpengalaman dalam seni mengubah atau memperbaiki kebenaran, kebohongan patologis bisa sangat sulit dideteksi dan diungkap," ujar Psikolog Mark Travers dari Cornell University dan University of Colorado Boulder, AS.
Namun, penelitian terbaru mempermudah untuk mengenali, menilai, dan memahami perilaku ini.
Kebohongan biasa memiliki bentuk yang berbeda-beda. Beberapa bentuknya relatif tidak berbahaya, sementara bentuk kebohongan lain bisa lebih menipu dan menyesatkan. Menurut penelitian, kebohongan sesekali dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori:
1) Kebohongan putih
Ini adalah kebohongan yang tidak berbahaya dan sering kali bertujuan baik untuk menghindari perasaan seseorang atau menghindari konflik atau ketidaknyamanan yang tidak perlu.
2) Kebohongan abu-abu
Kebohongan abu-abu tidak termasuk dalam kategori kebohongan putih atau kebohongan nyata. Kebohongan ini belum tentu sama berbahayanya dengan kebohongan nyata, tapi lebih serius daripada kebohongan putih.
Kebohongan abu-abu dapat digunakan untuk menghindari konflik atau ketidaknyamanan yang tidak perlu, tetapi mungkin tidak selalu bertujuan untuk kebaikan.
Baca juga:
3 Alasan Hwang Min-hyun Hidup Penuh Kebohongan di ‘My Lovely Liar’
3) Kebohongan yang nyata
Kebohongan nyata adalah kepalsuan yang lebih menipu dan disengaja yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, menyembunyikan kesalahan, atau memanipulasi orang lain.
Ini biasanya jarang terjadi tapi direncanakan dan dilaksanakan karena alasan tertentu, dan dapat menimbulkan konsekuensi sosial dan hukum yang negatif.
Mengenali kebohongan patologis
Di luar ketiga bentuk tersebut, ada kebohongan patologis. Kebanyakan pembohong patologis melaporkan ketidakmampuan mereka untuk berhenti berbohong bahkan ketika mereka menginginkannya.
"Selain itu, perilaku ini bersifat kompulsif, artinya pembohong sering kali tidak mampu menyebutkan motivasi yang jelas atas kebutuhan mereka untuk berbohong berulang kali," ujar Travers.
Menurut sebuah penelitian, kebohongan patologis adalah kelainan yang ditandai dengan dorongan untuk selalu mengarang informasi, seringkali tanpa alasan yang jelas. Pembohong patologis merasa sulit mengendalikan ketidakjujuran mereka, dan berbohong bisa menjadi bagian rutin dari kehidupan mereka.
Para peneliti menyatakan bahwa pembohong patologis dicirikan oleh lima ciri:
1) Mereka adalah pendongeng hebat dengan fiksi yang hidup, dramatis, fantastis, dan mendetail,
2) Kebohongan mereka bisa meyakinkan karena mereka cenderung menggambarkan diri mereka sebagai orang yang tampil natural,
3) Mereka cenderung menggambarkan diri mereka sebagai korban atau pahlawan dalam kebohongan mereka,
4) Dengan menceritakan kembali kebohongannya secara berulang-ulang, mereka cenderung mempercayai kebohongannya sebagai kenyataan,
5) Ketika dihadapkan atau terlibat dalam percakapan, mereka cenderung berbicara dengan gelisah tanpa menjawab pertanyaan secara spesifik dan bertindak tidak proporsional tanpa menyatakan tujuan yang jelas, menghindari jawaban langsung dan berperilaku tidak memiliki maksud yang jelas.
Baca juga:
Mengenali kebohongan patologis bisa jadi sangat menantang, tapi penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Psychiatric Research and Clinical Practice bertujuan mengembangkan skala penilaian diri yang mengukur perilaku ini.
"Untuk melakukan penilaian, seseorang dapat mempertimbangkan ketujuh hal dalam kuesioner dan seberapa kuat mereka setuju atau tidak setuju," ujar salah satu penulis penelitian Drew A. Curtis dari Angelo State Universit, AS.
Tujuh hal yang disebutkan para peneliti yaitu:
1) Perilaku berbohong mengakibatkan gangguan pada pekerjaan, hubungan sosial, keuangan, dan konteks hukum
2) Kebohongan membuat sangat tertekan
3) Kebohongan telah membahayakan diri tau orang lain
4) Kebohongan adalah sesuatu di luar kendali
5) Setelah berbohong, rasa cemas berkurang
6) Kebohongan cenderung bertambah besar dari kebohongan awal
7) Kebanyakan kebohongan yang disampaikan terjadi tanpa alasan
Kebohongan patologis, dengan kebutuhan yang terus-menerus untuk mengarang informasi, dapat berdampak signifikan terhadap kesejahteraan seseorang secara keseluruhan.
Dalam kasus yang parah, kebohongan patologis dapat menyebabkan masalah hukum dan ketidakstabilan keuangan, yang semakin memperburuk dampaknya terhadap kesehatan emosional, sosial, dan bahkan fisik seseorang.
Mengenali dan mengatasi kebohongan patologis sangat penting untuk menjaga kesejahteraan seseorang dan membina hubungan yang lebih sehat dan otentik. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut