Bung Karno dan Pelacur


Ilustrasi Pelacuran (MerahPutih/Alfi Rahmadhani)
MerahPutih Nasional - Tewasnya pekerja seks komersial (PSK) Deudeuh Alfisahrin yang akrab disapa Mpih (27) hingga kini masih terus menjadi pembicaraan hangat di tengah-tengah publik. Janda satu anak itu dibunuh oleh pelanggannya di sebuah rumah kos di kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada Jumat (10/4). Mpih tewas saat sedang berhubungan intim dengan pelangganya. Keesokan harinya jenazah Mpih ditemukan.
Aparat kepolisian sendiri bertindak cepat. Hanya dalam waktu 4 hari, polisi berhasil menangkap pelaku tunggal pembunuhan janda bohay Mpih. Pelaku di tangkap di rumah kontrakannya di kawasan Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat pada Rabu (15/4). Belakangan profesi pelaku diketahui sebagai seorang guru bimbingan belajar (bimbel) di kawasan Kedoya, Jakarta Barat.
Lantas apakah pelacur selalu identik dengan keburukan?
Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Di Indonesia sendiri yang kental dengan budaya timur, pelacur selalu identik sebagai orang kotor, hina-dina, tidak bermoral dan berpotensi kuat merusak generasi bangsa. Itulah anggapan umum yang kerap kali terlontar dari publik saat mendengar istilah pelacur. Konotasi negatif selalu melekat erat (inheren) dalam sosok pelacur.
Namun demikian, Presiden Sukarno yang juga proklamator Republik Indonesia (RI) mempunyai pandangan berbeda dalam memandang sosok pelacur. Bagi Bung Karno pelacur adalah aset dan kawan dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Hal tersebut disampaikan Bung Karno dalam buku otobiografinya berjudul "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" yang ditulis Cindi Adams. (BACA: Desah Mirip Senggama Terdengar Dari Kubur Janda Bohay Mpih)
Dalam buku itu, Bung Karno secara gamblang menjelaskan bahwa sosok pelacur memiliki peran penting dalam pergerakan nasional, hingga Indonesia merdeka.
Bagi putera sang fajar, pelacur adalah mata-mata paling baik untuk mengetahui segala aktivitas dan kegiatan kolonial Belanda. Selain itu, pelacur juga adalah anggota paling setia dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI). (BACA: 6 Fakta Kehidupan Pribadi Janda Bohay Mpih)
"Kalau mengehendaki mata-mata yang jempolan, berilah aku seorang pelacur yang baik. Hasilnya mengagumkan sekali dalam pekerjaan ini," kata Bung Karno sekitar tahun 1927.
Putera dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai dan Sukemi Sosrodiharjo menjelaskan, kupu-kupu malam itu kerap kali digunakan sebagai intel oleh Bung Karno untuk mengorek informasi dari pemerintah kolonial Belanda. (BACA: Janda Bohay Mpih Habiskan 2 Pak Kondom dalam Seminggu)
Biasanya para serdadu kolinil Belanda pada malam hari asyik berkencan dengan para wanita tuna susila (WTS). Saat keduanya sedang asyik dan nikmat memadu kasih, sang pelacur berbisik di telinga serdadu Belanda dan meminta informasi penting. Sang serdadu sendiri langsung memberikan informasi penting dan berharga itu kepada pelacur, selanjutnya para kupu-kupu malam itu segera meneruskan informasi penting kepada Bung Karno.
"Tak ada satu pun anggota partai yang gagah dan terhormat dari PNI dari jenis laki-laki yang dapat mengerjakan tugas ini," demikian Bung Karno. (bhd)
Bagikan
Bahaudin Marcopolo
Berita Terkait
Suara Megawati Bergetar saat Ceritakan Ziarah ke Makam Imam Al-Bukhari: Ingat Bung Karno Buka Pintu Warisan Islam Asia Tengah

Cerita Megawati Anggap Uzbekistan Jadi Bagian Sejarah Spiritual Bangsa Indonesia

Beda dengan Bung Karno, Jokowi Tampilkan Teater Para Penjajah yang Bungkam Rakyat

PDIP Undang 'KPK' untuk Meriahkan Puncak Bulan Bung Karno 2024
Relevansi "Indonesia Menggugat" Bung Karno di Zaman Sekarang
PDIP Setujui Pernyataan Prabowo soal Bung Karno Milik Seluruh Rakyat Indonesia

Tiga Ajaran Bung Karno Bagi Generasi Muda

Megawati Bersama Ganjar-Mahfud akan Ziarah ke Makam Bung Karno

Romo Sindhunata Ungkap Makna Pasang Patung Bung Karno di Kaki Gunung Merapi
