Bulgaria Usir 70 Diplomat Rusia dengan Tudingan Mata-mata


Perdana Menteri Bulgaria Kiril Petkov (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. ANTARA FOTO/Reuters-Valentyn Ogirenko/hp??????????????
MerahPutih.com - Bulgaria mengambil langkah "berani" di tengah ketegangan negara itu dengan Rusia, yang dulu merupakan sekutu dekat namun sekarang hubungan keduanya retak akibat perang di Ukraina.
Bulgaria pada Selasa (28/6) mengatakan pihaknya mengusir 70 staf diplomatik Rusia karena kekhawatiran atas spionase dan telah membatasi jumlah perwakilan Moskow di negara itu.
"Hari ini kami telah mengusir 70 diplomat Rusia... Banyak dari mereka bekerja langsung untuk layanan (intelijen) dan peran diplomatik mereka lebih seperti kedok," kata Perdana Menteri Bulgaria Kiril Petkov.
Baca Juga:
Polandia Sambut Rencana Pendirian Pangkalan Militer oleh AS
Dikutip Antara, langkah tersebut, yang diumumkan oleh kementerian luar negeri Bulgaria, adalah pengusiran terbesar diplomat Rusia oleh Sofia dalam beberapa tahun terakhir dan mencakup lebih dari setengah ukuran jejak diplomatik Moskow di negara Balkan.
Keputusan itu mengurangi separuh kehadiran diplomatik Rusia, yang menurut Petkov berjumlah 114 orang pada akhir April.
Kementerian luar negeri Bulgaria mengatakan, keputusan untuk mengusir begitu banyak diplomat Rusia dirancang untuk menurunkan jumlah anggota staf perwakilan Moskow di negara itu --menyamai jumlah perwakilan Bulgaria di Moskow.
Pengusiran itu, menurut Bulgaria, juga merupakan tanggapan terhadap apa yang disebutnya sebagai kegiatan yang tidak sesuai dengan Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, yakni memakai pejabat sebagai mata-mata.
Baca Juga:
Jokowi Berangkat ke Ukraina dari Polandia Pakai Kereta Api
Sejauh ini, belum ada tanggapan langsung dari Rusia atas tuduhan kegiatan mata-mata itu.
Petkov telah mengambil sikap yang luar biasa keras terhadap Rusia mengingat Bulgaria adalah negara yang pernah menikmati hubungan dekat dengan Moskow selama era komunis dan telah lama menjadi daya tarik bagi turis Rusia.
Dia memecat menteri pertahanannya pada Februari karena menolak menyebut tindakan Rusia melawan Ukraina sebagai "perang", sementara Rusia menyebut pergerakan itu sebagai "operasi militer khusus".
Petkov telah mendukung sanksi Uni Eropa terhadap Moskow dan setuju untuk memperbaiki perangkat keras militer Ukraina walaupun berhenti mengirim senjata langsung untuk Kiev.
Dia juga telah mengeluhkan ukuran kehadiran diplomatik Rusia di negaranya yang dianggap tidak proporsional.
"Ini bukan tindakan agresi terhadap rakyat Rusia," kata Petkov yang menggambarkan pengusiran itu.
"Ketika pemerintah asing mencoba ikut campur dalam urusan internal kami, kami memiliki lembaga yang akan merespons," ujarnya. (*)
Baca Juga:
46 Jasad Ditemukan Dalam Truk Peti Kemas
Bagikan
Berita Terkait
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II

Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen

Eks Marinir Satria Kumbara Bukan Direkrut, Rusia Tegaskan Konsekuensi Tanggung Sendiri

Pertama Kali dalam 500 Tahun Gunung Berapi Rusia Meletus, Ahli Sebut Terkait dengan Gempa Besar

Otoritas Kamchatka Umumkan Pencabutan Peringatan Tsunami

Peringatan Tsunami Terdengar, Pekerja Pembangkit Fukushima Jepang Segera Dievakuasi

Gempa Bumi Magnitude 7,9 Guncang Kamchatka di Rusia Timur Jauh, Jepang Keluarkan Peringatan Waspada Tsunami
