BMKG Beberkan Wilayah Dilanda Kekeringan akibat Cuaca El Nino


Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab dalam diskusi virtual, Senin (31/7). (Foto: YouTube)
MerahPutih.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak fenomena cuaca El Nino terjadi pada Agustus dan September 2023. Fenomena ini berdampak pada kekeringan akibat intensitas hujan yang rendah.
BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi mengalami kemarau lebih kering akibat El Nino. Wilayah yang diterpa kemarau berada di Pulau Sumatera dan Jawa.
"Ada beberapa wilayah yang memang kita prediksikan intensitas hujannya dalam kategori rendah, dari prakiraan hujan bulanan kita baik itu di Sumatera, sebagian besar Sumatera baik Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung. Kemudian Jawa merata hampir seluruh Jawa," kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab dalam diskusi virtual, Senin (31/7).
Baca Juga:
DKI Jakarta Butuh Pasokan Beras 300 Ton Per Hari Hadapi El Nino
Untuk wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan di sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi berpotensi terjadi musim kering.
"Kemudian di Bali, NTB, NTT juga sama. Kalimantan dari Kalimantan bagian barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara itu sama juga, dan Sulawesi utamanya di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, itu yang berpotensi terjadinya musim kering," papar dia.
Fachri Radjab mengungkapkan bahwa 63 persen wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau yang terdampak dari cuaca El Nino.
"Dalam kaitannya dengan musim atau iklim, BMKG membuat yang namanya zona musim. Kita mengkategorikan zona musim di Indonesia ada 699 zona. Saat ini sudah sekitar 63 persen dari 699 yang sudah memasuki periode musim kemarau, artinya yang sudah terdampak langsung dari El Nino itu sekitar 63 persen wilayah zona musim nanti," papar dia.
Baca Juga:
BMKG Sebut Puncak El Nino Berdampak pada Kekeringan dan Ketahanan Pangan
Kendati demikian, kata dia, tidak semua wilayah Indonesia memasuki periode musim kemarau di Agustus dan September. Sebagai contoh wilayah Maluku dan Papua.
"Kita perkirakan di bulan Agustus dan September, kalau dulu kita waktu sekolah sering tahunya kalau bulan 'ber-ber' itu sudah bulan hujan dan dari sisi spasialnya tidak sama seluruh wilayah Indonesia. Contoh di Maluku dan juga di beberapa sebagian Papua itu belum masuk musim kemarau. Dan memang lazimnya seperti itu," pungkasnya. (Asp)
Baca Juga:
Ancaman Kekeringan di Depan Mata, Anggota DPR Wanti-Wanti Kenaikan Harga Pangan
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, Umat Islam Diimbau Salat Khusuf

Fenomena Gerhana Bulan Total Terlihat Langit Indonesia 7-8 September 2025, Bisa Nonton Live Stream Loh di Link Ini

Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, ini Jadwal dan Lokasi Pengamatannya

Gempa Dangkal Parigi Moutong Terasa Hingga Palu dan Poso, BKMG Pastikan Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,0 Landa Parigi Moutong Sulteng Pagi Tadi, Sekolah Langsung Diliburkan

Gempa Magnitudo 4,3 Guncang Tasikmalaya Pagi Ini

Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar di Indonesia Diguyur Hujan pada Jumat, 29 Agustus 2025

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Lampung Pagi ini, BMKG Jamin Tak Berpotensi Tsunami

Prakiraan BMKG: Hujan Ringan di Sejumlah Kota pada Kamis, 28 Agustus, Lainnya Berawan Tebal

Hari Ini Jabodetabek Cerah Berawan Kecuali Bogor, Suhu Maksimal 33 Derajat Celcius
