Bioteknologi, Jawaban untuk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Laut Indonesia


Ilustrasi Ilmuwan bioteknologi. (Foto: Pexels/Artem Podrez)
INDONESIA adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang tersusun oleh 17.500 pulau. Selain itu, Indonesia juga menjadi negara dengan garis pantai kedua terpanjang di dunia dengan 75% wilayahnya berupa lautan. Seharusnya Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kemaritiman yang sangat besar.
Namun, data BPS 2018 menunjukkan,kontribusi ekonomi kelautan bagi PDB Indonesia hanya sekitar 10,4%. Sementara di negara lain yang lebih kecil seperti Thailand atau Jepang itu bisa mencapai 30%.
Mestinya dengan segala kemajuan teknologi yang ada saat ini, wilayah lautan Indonesia dapat dijadikan sebagai ruang pembangunan untuk menghasilkan komoditas, produk, dan jasa kelautan terbaru. Baik untuk energi, farmasi, mineral, maupun pangan. Tentunya dengan tetap menjaga keberlanjutan sumberdaya keanekaragaman hayati di pesisir dan lautan.
Baca juga:

Prof. Dr. Rokhmin Dahuri sebagai pakar di bidang Ilmu Ekologi dan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan, memberikan wawasan tentang Tata Kelola yang Baik dalam Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) dan Bioteknologi Laut, pada webinar MOMI CLOUDIA seri IX yang diadakan oleh SEAMEO BIOTROP.
Diskusi ini merupakan rangkaian kegiatan SEAMEO BIOTROP yang diselenggarakan pada 14 September 2021. Selain dihadiri oleh peneliti internal SEAMEO BIOTROP, 123 orang peserta dari perguruan tinggi, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementrian Maritim dan Investasi, serta pemerhati lingkungan, juga ikut hadir untuk menambah wawasan. Kegiatan ini juga bisa dilihat kembali melalui kanal Youtube SEAMEO BIOTROP.
Berdasarkan pengalamannya, Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Periode 2020-2024 ini menjelaskan, sumber daya biodiversitas dan bioteknologi memiliki peran dan kontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Sebagai negara dengan marine biodiversity terbesar dan terrestrial biodiversity terbesar ketiga di dunia, mestinya sumberdaya KEHATI beserta industri hulu dan hilirnya menjadi leading sectors dan prime mover perekonomian nasional.
Namun kontribusi sektor Sumberdaya KEHATI ini belum optimal dan belum maksimalnya kontribusi penelitian juga pengembangan (R&D) pada industri hulu sampai hilir. Diperlukan scaling–up (hilirisasi) dari invention (prototipe) hasil penelitian menjadi inovasi komersial untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun ekspor.
Terdapat tujuh langkah untuk peningkatan ekonomi nasional melalui pemanfaatan sumberdaya KEHATI dari industri hulu hingga hilir. Yakni melalui usaha perikanan tangkap, perikanan budidaya, peternakan, pertanian, kehutanan, ekowisata, dan bioteknologi yang belakangan banyak dilirik.
Bioteknologi kelautan merupakan teknik penggunaan biota laut atau bagian dari biota laut untuk membuat atau memodifikasi produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip tumbuhan dan hewan, kemudian mengembangkan (merekayasa) biota laut untuk keperluan tertentu, termasuk perbaikan lingkungan.
Baca juga:
Tren Obati Jerawat dengan Air Garam Laut, Begini Tanggapan Dermatologi

Saat ini telah berkembang teknologi ekstraksi senyawa bioaktif dari organisme laut sebagai bahan baku berbagai industri. Di bidang kesehatan, terdapat produk hasil bioaktif dari organisme laut yang dimanfaatkan sebagai obat anti kanker, obat antivirus, antibiotik baru, penyembuhan luka, antiinflamasi, agen imunomodulator dan lainnya.
Selain itu di bidang energi, Mikroalga bisa menghasilkan polisakarida (gula) dan triasilgliserida (lemak) yang dapat digunakan untuk memproduksi bioetanol dan biodiesel.
Di industri perikanan dan kelautan lainnya, bioteknologi untuk rekayasa genetik juga sudah banyak digunakan pada ikan konsumsi (salmon, udang, nila, dll) maupun ikan hias (zebra, tetra, dll) untuk menghasilkan ikan dan biota laut lainnya yang unggul.
Selain itu, rekayasa genetik mikroba juga dilakukan untuk memanfaatkan kemampuan penetralisir atau melumat limbah di suatu ekosistem alam (perairan atau lahan darat) melalui bioremediasi untuk memulihkan lingkungan dari pencemaran. Dengan kata lain, bioteknologi juga berperan dalam menunjang konservasi sumber daya KEHATI.
Jika ekonomi kelautan dikembangkan dan dikelola dengan menggunakan inovasi teknologi dan manajemen mutakhir, maka sektor-sektor ekonomi kelautan akan mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi sejumlah permasalahan di Tanah Air.
Secara simultan ini dapat mengkselerasi terwujudnya Indonesia yang maju dengan tetap menjaga kekayaan keanekaragaman hayatinya. Peran Lembaga penelitian seperti SEAMEO BIOTROP sangat ditunggu sebagai asset bangsa untuk ikut turut serta di dalamnya. (*)
Baca juga:
Segala Hal yang Perlu Kamu Tahu Tentang Hari Laut Sedunia 2021
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
DPR Sebut KSOP Abaikan Aturan, 2 Kapal Celaka dalam Sekejap Mata

5 Hari Berlalu, Baru Setengah dari 30 KM Pagar Laut Tangerang Berhasil Dibongkar

Bermodal Tali, Kapal TNI dan Nelayan Bergantian Bongkar Pagar Laut Tangerang

Tank Amfibi LVT TNI AL Diterjunkan Bongkar Pagar Laut Tangerang

Titiek Soeharto Pimpin Komisi IV DPR Sidak Pagar Laut Tangerang

400 Personel KKP Mulai Pembongkaran Pagar Laut Tangerang Sepanjang 30 KM

30,16 Km Laut Tangerang di Pagar, DPR Tegaskan Laut Sebagai Properti Umum

Pelakunya Masih Misterius, Begini Tampilan Pagar Laut 30,16 KM di Tangerang yang Lagi Viral

Pagar Laut Ilegal Tangerang Disegel Dulu 20 Hari Baru Dibongkar

Menilik Wisata Warga Pesisir Teluk Jakarta di Tanggul Laut Muara Baru
