Biodiesel 50 Bakal Tekan Harga Sawit Petani, SPKS Desak Pemerintah Hati-Hati


Ilustrasi - Puluhan mobil truk bermuatan tandan buah segar kelapa sawit antre di salah satu pabrik kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Jumat (27/5/2022) ANTARA/Ferri.
MerahPutih.com - Hasil kajian lembaga Pranata Universitas Indonesia (UI) menunjukkan kenaikan tarif Pungutan Ekspor sebesar 1 persen dapat menurunkan harga Tandan Buah Segar (TBS) sekitar Rp 333 per kilogram.
Sementara jika tarif PE dinaikkan hingga 15,17 persen untuk mendanai pelaksanaan B50, harga TBS bisa tertekan hingga Rp 1.725 per kilogram.
Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) berharap pemerintah tidak terburu-buru menaikkan kadar pencampuran biodiesel dari B40 ke B50 tanpa melakukan evaluasi menyeluruh terhadap dampak ekonomi di tingkat petani.
"Kenaikan program biodiesel ini diyakini akan menekan harga tandan buah segar atau TBS dan menurunkan kesejahteraan jutaan keluarga petani sawit di Indonesia," kata Ketua Umum SPKS Sabarudin sebagaimana keterangan di Jakarta, Sabtu (18/10).
Baca juga:
Karhutla di Riau, KLH Segel 4 Perusahaan Perkebunan dan Tutup 1 Pabrik Sawit
Dengan diberlakukan B50, pemerintah hampir pasti akan menaikkan Pungutan Ekspor (PE) yang saat ini masih berada di angka 10 persen untuk mendanai subsidi program biodiesel B40. Langkah itu, menurutnya lagi, akan berimbas langsung pada harga sawit di tingkat petani.
“Akibatnya harga TBS di tingkat petani bisa turun antara seribu hingga dua ribu rupiah per kilogram. Ini artinya beban subsidi biodiesel justru ditanggung oleh petani yang seharusnya menjadi penerima manfaat,” ujarnya.
Ia menegaskan, dampak ini paling berat dirasakan oleh petani swadaya yang tidak memiliki posisi tawar kuat.
"Mereka menanggung penurunan harga tanpa pernah ikut menikmati keuntungan dari program biodiesel yang katanya pro rakyat,” kata Sabarudin.
Ia menegaskan, SPKS tidak menolak transisi energi berbasis biodiesel, namun meminta pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme pendanaan dan pembagian manfaatnya agar tidak menciptakan ketimpangan baru di sektor sawit.
Meskipun program biodiesel telah dimulai sejak tahun 2015, keterlibatan petani sawit dalam rantai pasok bahan baku biodiesel masih sangat terbatas. Banyak perusahaan biodiesel belum menjalin kemitraan yang adil dengan petani sawit.
Temuan SPKS empat kabupaten di Provinsi Riau, yaitu Siak, Pelalawan, Kampar, dan Rokan Hulu menunjukkan bahwa meskipun terdapat industri biodiesel di wilayah-wilayah tersebut, petani masih menjual TBS melalui tengkulak.
"Mereka belum dapat menjual langsung ke perusahaan biodiesel atau ke perusahaan kelapa sawit yang terintegrasi dengan industri biodiesel," katanya.
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Biodiesel 50 Bakal Tekan Harga Sawit Petani, SPKS Desak Pemerintah Hati-Hati

Dewan Badan Banding WTO Mati Suri, RI Minta Uni Eropa Patuhi Putusan Sengketa Biodiesel

Indonesia Menang Sengketa Biodiesel Lawan Uni Eropa

Pemerintah Musnahkan Tanaman Sawit 700 Hektare di Dalam Kawasan TN Tesso Nilo

Harga Referensi Minyak Kelapa Sawit Menguat Jadi 877,89/MT Periode Juli, Naik 2,51 Persen

Pemerintah Butuh Tambahan Lahan Sawit Buat Implementasikan Biofuel 60, Bisa Capai 2,5 Juta Hektar

Impor BBM Hampir USD 40 Miliar Per Tahun, Prabowo Ingin Optimalkan Potensi Kelapa Sawit

Mendag Kaji Dampak B40 ke Rasio Ekspor Minyak Sawit Mentah

Kementerian ESDM Berlakukan Masa Transisi Pemakaian BBM B40

Petani Sawit Swadaya Harus Rasakan Dampak Implementasi B40
