Bedanya Penikmat Kopi di Indonesia dan Australia Menurut Mikael Jasin


Mikael Jasin (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)
DI berbagai belahan dunia, kopi telah menjadi budaya. Di Australia, kopi bahkan hadir sejak mereka membuka mata di pagi hari. Kopi adalah hal pertama yang mereka cari dan nikmati.
"Ketika bangun pagi biasanya kami minum kopi, siang hari kami minum kopi lagi di sela-sela aktivitas." tutur Konselor Bagian Diplomatik Publik Kedutaan Besar Australia Nicholas Kettel.
Baca juga:
Rupanya, kebiasaan ngopi ala Australia mirip dengan negara tetangganya yakni Indonesia. Orang-orang Indonesia kerap menjadikan kopi sebagai mood booster dan mengonsumsinya dalam jumlah besar. Tak hanya itu, selera kopi orang-orang Indonesia pun memiliki persamaan dengan orang-orang Australia.

"Persamaannya Indonesia dan Australia itu orang-orangnya suka dengan kopi yang levelnya specialty coffee," kata juara Indonesia Barista Championship 2019 Mikael Jasin. Sebelumnya, Jasin pernah bermukim di Australia dan menjadi Head Barista di sejumlah cafe di Australia.
Akan tetapi, barista yang menduduki peringkat keempat di dunia tersebut menjelaskan ada beberapa perbedaan mendasar dari kultur ngopi di Indonesia dan Australia.
"Market kopi di Australia itu lebih lama dan mature. Dalam sehari mereka bisa jual hingga 300 cups perhari sementara jumlah di Indonesia masih berkisar di angka 100 cups," ujarnya ditemui di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Baca juga:

Meskipun jumlah kopi yang terjual di Indonesia lebih sedikit, pria yang akrab disapa Miki itu terkesan dengan budaya ngopi di Indonesia. "Kalau di Australia, setelah dapat kopinya mereka akan pulang sementara di Indonesia orang-orang lebih peduli pada ceritanya," jelasnya.
Penikmat kopi di Indonesia suka melihat barista meracik kopi dengan manual brew. Tak hanya melihat, mereka cukup aktif dalam berinteraksi dengan para barista. "Mereka sering ajukan pertanyaan seperti kopi ini darimana, cara buatnya seperti apa. Jadi di Indonesia walaupun volumenya lebih sedikit tetapi value dan customer engagement-nya lebih tinggi," urai Miki.
Keaktifan pelanggan terhadap proses pengolahan kopi turut membawa dampak baik bagi para barista. Menurut Miki, barista memiliki kesempatan besar untuk berbagi ilmu. "Kami memang tidak harus buat kopi sampai 600 cups. Mungkin slow paced tetapi sharing knowledge dan passion kami lebih mendalam," tukasnya. (Avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Coco Series dari Roemah Koffie Dikenalkan di Athena, Membawa Ciri Khas Tropis

Brad Pitt dan Taika Waititi Bikin Iklan, Padukan Humor dan Kopi Perfetto

The Wolf Espresso Perpanjang Umur Ampas Kopi dalam Gelas Keramik

Reaksi Kesal Prabowo Ketika Stafnya Salah Sajikan Teh Bukan Kopi

Google Bikin Doodle Kopi Susu Gula Aren Cuma di Indonesia, Ada Tips Membuatnya Juga Lho

Dukung Gaya Hidup Sehat, ini nih Manfaat Sehat Jus Cold-Pressed

Indonesia Catatkan Surplus Ekspor Kopi, Lampung Jadi Daerah Terbesar Kirim ke Luar Negeri

Kedai Kopi di Indonesia Meningkat 3 Kali Lipat, Masih Banyak Potensi

Pramono Dukung Kopi Indonesia Kuasai Dunia, Ekonomi Kreatif di Jakarta Bakal Terus Didorong

Berburu Biji Kopi dalam Pameran Kopi Internasional World of Coffee Jakarta 2025
