Batik Tiga Negeri Simbol Harmonisasi Masyarakat Lasem

Rifa'i menunjukkan batik tiga negeri. (MP/Widi Hatmoko)
Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki batik, yang masing-masing memiliki khas dan motif yang berbeda-beda. Di daerah Lasem, salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, ada batik yang diberinama motif tiga negeri.
Istilah tiga negeri ini diambil dari proses pewarnaannya. Yaitu untuk warna biru dari Pekalongan, soga atau coklat dari Solo serta merah darah ayam sendiri dari Lasem. Batik tiga negeri ini didominasi dengan gambar burung-burung hong, yang dalam masyarkat Tiomghoa, burung hong memiliki mitos burung yang bisa membawa keberuntungan.
Menurut salah seorang pengusaha batik di daerah Lasem, Rifa'i, batik tiga negeri ini lebih didominasi dengan warna merah darah ayam. Keunikan warna merah darah pada batik tiga negeri ini tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia.
"Kenapa diberinama tiga negeri, karena pada zaman dulu itu kan setiap daerah itu negara-negara, tidak seperti sekarang. Dan batik tiga negeri ini ini proses pewarnaannya dari Pekalongan, Solo dan Lasem," ujar Rifa'i saat dikunjungi merahputih.com, Rabu (25/1).
Batik tiga negeri ini menjadi salah satu simbol harmoniasi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat pribumi Jawa di Lasem. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengaruh unsur Tionghoa, yaitu gambar burung hong dalam batik tersebut.
"Kalu dari zaman dulu masyarakat Jawa di Lasem dengan warga Tionghoa ini sangat harmonis. Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Lasem bersama-sama dengan warga Tionghoa berjuang bersama, yaitu pada masa perang kuning," paparnya.
Selain batik tiga negeri, Lasem juga memiliki beberapa batik lagi, seperti batik motif empat negeri, pagi sore, sekar jagad, kendoro kendiri, grinsing, pasiran, lunglungan, gunung ringgit, pring-pringan, pasiran kawung, kawung mlathi, endok Walang, bledak mataraman, bledak cabe, kawung babagan, parang rusak, parang tritis, Latohan, ukel, alge, ceplok piring, ceplok benik, sekar srengsengan, kembang kamboja, dan batik kricaan atau motip batu pecah.
Bagikan
Widi Hatmoko
Berita Terkait
Arsip Bersejarah Lasem Diajukan sebagai Memori Kolektif Bangsa

Jagad Phoenix Tampil Memukau di Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Makam Kapitan Tionghoa Tertua Ditemukan di Lasem

Menyelamatkan Nisan Tionghoa Kuno Lasem

Kelompok Nawasena Menangi Kompetisi Desain Motif Batik Lasem 2023

Melihat ‘Tiongkok Kecil’ dalam Karya Nominasi Kompetisi Desain Motif Batik Lasem 2023

6 Besar Pilihan Juri Stay Action di Kompetisi Desain Motif Batik Lasem 2023

Kabari dari Rembang Gelar Kompetisi Desain Motif Batik Lasem
