Banyak Pilihan di Dating Apps Bikin Burnout


Ketika lingkup kencan semakin besar, para peserta memperkirakan akan semakin sulit untuk menentukan pilihan. (freepik/freepik)
ANDAI Darwin masih hidup hari ini, dia akan tertarik, mungkin juga bingung, dengan permainan kencan modern: keterbatasan geologis dikurangi dengan aplikasi daring, dan sinyal ketertarikan dikomunikasikan dengan keberanian jari telunjuk.
Dating apps sebagai industri yang menguntungkan telah mengubah lanskap kencan. Pada 2021, Tinder menghasilkan pendapatan USD 1,6 miliar (sekitar Rp 23,96 triliun), dengan 70 persen pendapatan mereka dari akun berlangganan.
Banyak orang tertarik pada aplikasi kencan untuk kenyamanan mereka, perluasan lingkup kencan virtual melampaui batas geografi, dan fleksibilitas memiliki interaksi tekanan yang relatif rendah.
BACA JUGA:
Jangan Sampai Terjebak, Ini Cara Jitu Hindari Predator di Aplikasi Kencan
Banyak pilihan tidak selalu baik

Kita pun percaya bahwa memiliki lebih banyak opsi akan meningkatkan potensi untuk menemukan kecocokan yang lebih dekat dengan preferensi. Namun, karena orang membayar langganan aplikasi kencan dan masih terjebak dalam pertaruhan menunggu pasangan yang cocok, mungkin inilah saatnya untuk bertanya: apakah memiliki lebih banyak pilihan selalu lebih baik?
Dalam sebuah penelitian denan peserta diminta untuk membayangkan harus memilih pasangan potensial dari berbagai ukuran lingkup kencan (misalnya, 10 vs 20 vs 50 vs 100), sebagian besar peserta lebih memilih kelompok kencan dengan 20 hingga 50 individu daripada lingkup yang lebih besar atau lebih kecil.
Menariknya, ketika lingkup kencan semakin besar, para peserta memperkirakan akan semakin sulit untuk menentukan pilihan, dan mereka mengungkapkan perasaan lebih menyesal dan kurang puas dengan keputusan mereka ketika mereka memiliki lebih dari 50 calon teman kencan untuk dipilih.
"Paradoks pilihan adalah bahwa alih-alih menyesali pilihan yang kita buat, kita meratapi kehilangan apa yang tidak kita pilih," ujar psikolog bersertifikat Alina Liu, PsyD di California, AS.
Karena itulah, menurutnya, tarikan penyesalan semakin besar ketika kita dihadapkan pada ratusan bahkan ribuan opsi pada aplikasi kencan.
"Aplikasi kencan memangsa ketakutan kita akan penyesalan melalui godaan tanpa henti dari kompetisi tanpa batas, belum lagi godaan awal untuk menunjukkan akun yang menarik," ujar Liu dalam artikelnya di Psychology Today, Minggu (18/9).
Hal tersebut bisa menjadi faktor mengapa orang-orang dalam hubungan berkomitmen pada kesetiaan mungkin mengalami kesulitan menonaktifkan aplikasi kencan. "Mencari validasi untuk pilihan pasangan mereka sambil mempertahankan fatamorgana masa depan yang baru dengan pasangan yang berbeda," ujar Liu.
BACA JUGA:
'Tinder Swindler', Dokumenter Netflix yang Mengungkap Sisi Gelap dari Aplikasi Kencan Online
Penolakan menjadi biasa
Baik persepsi memiliki pilihan tak terbatas di situs kencan dan keamanan berkencan di belakang layar membuat penolakan menjadi keputusan yang kurang emosional. Para peneliti menemukan orang cenderung menolak lebih banyak calon pasangan ketika ada peningkatan pilihan.
Menurut Liu, hal ini merupakan dilema 'ayam dan telur' yang tak ada habisnya. Kamu mendapatkan lebih sedikit kecocokan dengan lebih banyak orang yang kamu tolak. Dengan lebih sedikit kecocokan, kamu mungkin mengambil risiko lebih banyak kekecewaan dalam pilihan dan pesimisme untuk masa depan romantis yang membuat kamu menolak lebih banyak calon teman kencan.
Beberapa situs kencan memungkinkan anggota membayar langganan untuk melihat siapa yang 'like' profil mereka dan melampaui jumlah profil yang terbatas dalam sehari. Konsep fear of missing out atau FOMO mungkin merupakan motivator yang kuat bagi orang-orang untuk menyebarkan jaring yang luas di aplikasi kencan dan membayar langganan untuk memaksimalkan peluang mereka untuk mendapatkan pasangan yang sempurna.
Namun, langganan berbayar dapat menjadi bumerang dengan membebani pikiran kamu dengan terlalu banyak kecocokan untuk ditangani, membuat kita kurang puas dengan pilihanmu dan kehabisan tenaga karena berkencan atau burnout.
Untuk membantu mengurangi kelumpuhan pilihan pada aplikasi kencan, Liu memberikan saran berikut:
1. Tambahkan filter pilihan. Pertimbangkan kualitas apa yang mutlak penting dalam mencari pasangan. Fokus pada nilai-nilai bersama (misalnya, rasa ingin tahu, keterbukaan) daripada kualitas yang dangkal (misalnya, tinggi 170 cm).
2. Kenali profil dengan penuh perhatian. Mengetahui sisi gelap kelumpuhan pilihan, pertimbangkan untuk hanya menelusuri sejumlah kecil profil setiap kali (mis., 20 hingga 50) alih-alih swipe tanpa berpikir. Cobalah untuk membaca setiap profil sebagai narasi dan bayangkan orang di baliknya, bukan dengan menggunakan checklist kualitas.
3. Beri 'like' dengan murah hati tetapi pilih teman kencan secara selektif. Untuk menghindari terjebak dalam lingkaran penolakan-kekecewaan, cobalah terlibat lebih aktif dengan aplikasi kencan dengan mengirimkan 'like' lebih banyak. Ini adalah cara untuk membuka diri terhadap pengalaman baru dan menetapkan sikap optimistis terhadap kencan dering. Namun, saat harus bertemu langsung, lakukan dengan hati-hati dan lakukan tindakan pencegahan untuk memastikan keselamatanmu.(aru)
BACA JUGA:
Tipe-Tipe Bio Aplikasi Kencan, Penentu First Impression Sebelum Swipe
Bagikan
Berita Terkait
Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya

Buat Calon Pengantin nih, Rekomendasi 5 Restoran Terbaik untuk Wedding Venue di Jakarta

Kamu Clingy ke Pasangan? Bisa Jadi Itu Tanda Insecure dan Takut Ditinggalkan

Gen Z Spill 2 Tantangan sebelum Menikah, Ekspektasi Orangtua dan Biaya

5 Tanda si Dia Effort dalam Hubunganmu

Jangan Coba-Coba FWB, Risiko Negatif Membayangi

Si Doi Sungguh Cinta atau Sekadar Breadcrumbing? Ketahui Makna dan Tanda-tandanya

Tips Pertemanan Langgeng, Perlu Adanya 'Ekuitas Persahabatan'

3 Tanda Cintamu Bertepuk Sebelah Tangan, Tinggalkan Saja

Pentingnya Komitmen untuk Bikin Hubungan Langgeng
