Headline

Banyak Mahasiswa Tumbang Dihajar Polisi, Aktivis: Ini Terburuk Pasca Reformasi

Eddy FloEddy Flo - Rabu, 25 September 2019
 Banyak Mahasiswa Tumbang Dihajar Polisi, Aktivis: Ini Terburuk Pasca Reformasi

Sejumlah aktivis HAM memberikan pernyataan pers menanggapi kekerasan terhadap para mahasiswa dalam aksi unjuk rasa depan DPR/MPR kemarin (MP/Kanu)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.Com - Sejumlah elemen masyarakat menilai polisi sudah melakukan tindakan brutal terhadap beberapa mahasiswa ketika berunjuk rasa di Gedung DPR/MPR.

Anggota Amnesty Internasional Puri Kencana Putri mengatakan, adda banyak keanehan yang ditemukan di lapangan saat aparat melakukan penindakan terhadap mahasiswa.

Baca Juga:

Fahri Hamzah Desak Intelijen Analisis Kerusuhan Demo Depan Gedung DPR

"Beberapa langkah represif menggunakan kekuatan berlebihan tak sesuai dengan aturan dari Polri itu sendiri. Konteks pengendalian massa ini, ternyata tak mampu dikelola oleh kepolisian," kata Puri di Gedung Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/9).

Puri melanjutkan, alasan mengeluarkan gas air mata juga cenderung tak jelas.

Menurut para aktivis HAM kekerasan yang dilakukan polisi terhadap para mahasiswa merupakan terburuk pasca reformasi
Para aktivis HAM dan pegiat kemanusiaan menyesalkan tindakan represif aparat kepolisian terhadap para mahasiswa peserta aksi unjuk rasa depan Gedung DRP/MPR (MP/Kanu)

Apa ukuran dari Polres Jakarta Pusat sebagai komandan kompi, dengan mengambil status warna merah sehingga dilakukan penyemprotan watercanon hingga penembakan gas air mata," ungkap Puri.

Ia bahkan menuding, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Harey Kurniiawan gagal mengendalikan anak buahnya. Dan memiliki perlakukan berbeda dengan massa mahasiswa dihanding demo-demo sebelumnya.

"Kapolres tak mampu mengambil negosiasi, dan tak ada ungkapan yang persuasif keluar dari mulut kapolres seperti yang dilakukan oleh kapolres Jakarta Pusat pada saat kejadian 21-22 mei lalu.," sesal Puri.

Sementara, anggota Serikat Buruh Nining Erlitos mengatakan, seharusnya pemerintahan Joko Widodo bercermin, kenapa gerakan rakyat menjadi besar karena ada satu kondisi yang menjadi buruk di masyarakat.

"Ini hal terburuk pasca reformasi, yang terburuk adalah pada rezim hari ini. Dan kami akan selalu bersama dalam barisan rakyat," jelas Nining.

Ia mendesak agar aparat yang melakukan aksi brutal segera ditindak.

"Kami minta hukum ditegakkan," kata Nining.

Mahasiswa menyesalkan tindakan represif kepolisian ketika demo mereka berakhir ricuh, Selasa 24 September 2019. Polisi sendiri mengaku sudah melakukan langkah-langkah pembicaraan dengan mereka sebelum keributan akhirnya pecah.

Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono
Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono. Foto: MP/Kanu

Kapolda Metro Jaya, Irjen Gatot Eddy Pramono mengaklaim polisi sudah sebaik mungkin memfasilitsasi aksi mereka. Dimana semua bermula dari aksi Senin 23 September 2019. Pada hari itu saja mereka menurut Gatot sudah melakukan aksi lewat dari jam penyampaian pendapat, dimana mereka aksi hingga malam. Tapi, pihaknya tidak membubarkan paksa mereka malam itu.

"Seharusnya ketentuan kita kan jam 18.00 sudah selesai, kita tidak mendorong mereka, kita mengimbau mereka pulang, pelan-pelan mereka mau pulang," kata Gatot.

Lalu, pada aksi esok harinya sejak pagi Gatot menyebut anggotanya sudah melakukan upaya persuasif. Massa minta bertemu pimpinan DPR, dan polisi pun berkomunikasi dengan pihak DPR. Pihak DPR lantas mau untuk bertemu, tapi mahasiswa maunya pertemuan dilakukan ditengah lautan massa. Mengingat kondisi yang tak kondusif maka pertemuan urung dilakukan.

Karena kesal, massa disebut malah mengultimatum polisi. Mereka mengaku tak akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa kedepannya. Hingga akhirnya massa membobol pagar DPR/MPR. Dari sini analisis polisi menyimpulkan ada niatan massa menguasai Gedung DPR/MPR.

Baca Juga:

Seusai Demo Rusuh di DPR, Kapolda Metro Jaya Pastikan Jakarta Kondusif

"Jadi tahapan-tahapannya sudah kita lakukan ya. Langkah-langkah persuasif, kita tahu betul adik-adik mahasiswa ini anak-anak kita semua menyampaikan aspirasi adalah hak, tetapi jangan dilakukan dengan tindakan-tindakan yang anarkis," ujarnya.

Untuk diketahui, gelombang aksi mahasiswa turun jalan mahasiswa berlanjut pada Selasa kemarin, 24 September 2019 setelah sebelumnya mereka juga melakukam aksi pada Senin 23 September 2019. Aksi bukan hanya dilakukan di daerah, tapi juga di Ibu Kota. Di Ibu Kota aksi mahasiswa digelar di depan Gedung DPR/MPR.(Knu)

Baca Juga:

Pagar Gedung DPR Hancur Dirusak Massa Aksi

#Demo Mahasiswa #Demo Rusuh #Gedung DPR #Amnesty Internasional
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
Amnesty International Indonesia Desak Pemerintah Cabut Nama Soeharto dari Daftar Calon Pahlawan Nasional
Amnesty International Indonesia menilai upaya menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Reformasi.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 23 Oktober 2025
Amnesty International Indonesia Desak Pemerintah Cabut Nama Soeharto dari Daftar Calon Pahlawan Nasional
Berita Foto
Aksi Teaterikal Peringatan Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Jakarta
Aksi teaterikal mahasiswa dalam demo peringatan satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran di Jl Merdeka Selatan, Silang Monas, Jakarta, Senin (20/10/2025).
Didik Setiawan - Senin, 20 Oktober 2025
Aksi Teaterikal Peringatan Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Jakarta
Berita Foto
Aksi Demo Mahasiswa Peringatan Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Jakarta
Aksi massa mahasiswa membakar ban bekas dalam peringatan satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran di Jl Merdeka Selatan, Silang Monas, Jakarta, Senin (20/10/2025).
Didik Setiawan - Senin, 20 Oktober 2025
Aksi Demo Mahasiswa Peringatan Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Jakarta
Indonesia
Kecam Kekerasan dalam Demo di Jayapura, DPR: Ungkap Aktor Intelektual
Aksi demonstrasi oleh kelompok Aliansi Mahasiswa Pemuda Peduli Tanah Adat Papua (AMPPTAP) yang berlangsung di kawasan traffic light Abepura, Kota Jayapura, pada Rabu (15/10) siang, berakhir ricuh dan anarkis.
Frengky Aruan - Sabtu, 18 Oktober 2025
Kecam Kekerasan dalam Demo di Jayapura, DPR: Ungkap Aktor Intelektual
Indonesia
17 Aktivis Ditahan Polisi Minta Perlindungan, LPSK Ngaku Punya Wewenang Terbatas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, LPSK hanya berwenang melindungi saksi, korban, pelapor, ahli, dan saksi pelaku yang bekerja sama atau justice collaborator.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 14 Oktober 2025
17 Aktivis Ditahan Polisi Minta Perlindungan, LPSK Ngaku Punya Wewenang Terbatas
Indonesia
Ketua MPR dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Tinjau Renovasi Mess MPR yang Dibakar Massa, Salah Satu Bangunan Heritage Bandung
Gedung tersebut memiliki nilai historis tinggi sehingga perlu dilakukan perbaikan.
Dwi Astarini - Selasa, 14 Oktober 2025
Ketua MPR dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Tinjau Renovasi Mess MPR yang Dibakar Massa, Salah Satu Bangunan Heritage Bandung
Indonesia
DPR Nilai Unjuk Rasa Anarkis Bukti Kegagalan Intelijen dan Koordinasi TNI-Polri Akibat Ego Sektoral
Lebih jauh, ia menekankan bahwa penyampaian aspirasi adalah hak konstitusional warga negara
Angga Yudha Pratama - Rabu, 08 Oktober 2025
DPR Nilai Unjuk Rasa Anarkis Bukti Kegagalan Intelijen dan Koordinasi TNI-Polri Akibat Ego Sektoral
Berita Foto
Mengintip Perbaikan Bangunan Gerbang Tol Dalam Kota Pasca Demo Rusuh Telan Biaya 80 Miliar
Aktivitas pekerja menyelesaikan pekerjaan perbaikan gerbang pintu Tol Dalam Kota di Kawasan Pejompongan, Jakarta, Selasa (30/9/2025).
Didik Setiawan - Selasa, 30 September 2025
Mengintip Perbaikan Bangunan Gerbang Tol Dalam Kota Pasca Demo Rusuh Telan Biaya 80 Miliar
Indonesia
Kapolri Sebut Polisi di Lokasi Unjuk Rasa bukan untuk Batasi Demokrasi, Deteksi Penyusup yang Memprovokasi
Menjamin agar kegiatan unjuk rasa dapat dijalankan secara aman, tertib dan tidak mengganggu hak warga negara lainnya
Dwi Astarini - Selasa, 30 September 2025
Kapolri Sebut Polisi di Lokasi Unjuk Rasa bukan untuk Batasi Demokrasi, Deteksi Penyusup yang Memprovokasi
Indonesia
Puluhan Anak Masih Ditahan Imbas Demo Agustus 2025, KPAI Sebut Ada Indikasi Mobilisasi Anak Secara Masif
KPAI menerima 203 laporan pengaduan melalui Sistem Informasi Sahabat Anak (SIGA) yang memperkuat temuan awal.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 30 September 2025
Puluhan Anak Masih Ditahan Imbas Demo Agustus 2025, KPAI Sebut Ada Indikasi Mobilisasi Anak Secara Masif
Bagikan