Banyak-Banyakan Mengumpulkan Uang Lebaran untuk Flexing


Memberikan uang Lebaran ke kerabat sudah menjadi hal yang biasa. (Foto: Pexels/Ahsanjaya)
MEMBERI uang Lebaran atau 'tunjangan hari raya' ke kerabat, terutama anak-anak, kadung menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Dari pemberian suka cita, uang Lebaran berkembang jadi perlombaan.
Si penerima uang berupaya keras banyak-banyakan mengumpulkan uang Lebaran ketimbang kerabat lainnya. Besaran uang Lebaran pun jadi suatu capaian supaya bisa dilihat orang lain sebagai sesuatu yang mewah.
Berapapun besarannya, sebenarnya angpao Lebaran adalah hadiah, bukan penanda status apalagi sumber flexing untuk foya-foya.
Dhea Vanezza, perempuan remaja, kerap resah apabila mendapatkan uang Lebaran selalu sedikit dibandingkan dengan saudara lainnya. Ia rela ikut berkunjung ke seluruh rumah saudara. Tujuannya, selain untuk bersilahturahmi, juga mendapatkan angpao.
Baca juga:

Dia mengumpulkan uang Lebaran untuk ditabung. “Enggak cuma itu sih, tapi biasanya kalau gua dapat uang lebaran dari keluarga besar sama dari orang tua dan temannya orang tua, tuh, gua suka kumpulin misalnya untuk ditabung aja, sih, kalau lagi enggak pengen beli apa-apa,” ucap Dhea kepada merahputih.com.
Dia mengaku suka menabung. Meski begitu, saat Lebaran dirinya pernah membanding-bandingkan alias tidak mau kalah dengan saudaranya yang lain dalam soal jumlah uang Lebaran.
Menurut Prita Ghozie, seorang financial planner, dalam akun Instagram @pritaghozie, mengatakan, orang tak seharusnya merasa bersalah jika memberikan nominal THR berbeda dalam angpaonya.
Niat memberikan THR lebaran adalah berbagi kebahagiaan atas rezeki harta yang pernah diperoleh saat ini.
Ini berarti uang Lebaran sama sekali bukan ajang untuk berlomba, baik dalam pemberian maupun pengumpulannya.
Baca juga:

Mengumpulkan uang lebaran bisa saja disimpan sebagai tabungan. (Foto: Pexels/Robert Lens)
Uang Lebaran juga bukan kewajiban karena sifatnya yang sukarela. Semua bergantung pada kemampuan si pemberi. Sebaliknya, si penerima tak etis jika menggerugut atau merasa kurang dengan jumlah nominal yang diterimanya.
Memberi angpao di luar batasan kemampuan finansial, apalagi sampai berutang akan menjadi masalah. Karena itu memberi uang Lebaran berbanding lurus dengan kemampuan finansial si pemberi.
Prita juga menyarankan pada momen lebaran bisa mengirim uang angpao dengan platform transfer antar bank dan top up saldo dompet digital.
Mengumpulkan uang lebaran bisa saja jadi sesuatu yang dipamerkan ke teman-teman atau orang lain. Namun ini kembali lagi ke setiap pandangani orang bahwa mendapatkan angpao lebaran sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun di setiap keluarga yang merayakannya.
“Gua juga sebenarnya bersyukur, sih, kalai misalkan dapet angpao lebaran, ya. Bisa disimpan baik-baik. Kalau enggak pun ya udah enggak apa. Enggak masalah,” tutup Dhea. (dkr)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Pakai Drone Thermal, Rata-Rata Respons Situasi Darurat Basarnas 2 Kali Lebih Cepat Jadi 15,7 Menit

Menhub Sebut Kebijakan WFA Ubah Pola Mudik Lebaran 2025

Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui

H-1 Lebaran, Mantan Artis Sekar Arum Masukkan Uang Palsu Rp 10 ke Kotak Amal Istiqlal

Selama Angkutan Lebaran 2025 PT KAI Daop 6 Amankan Barang Senilai Rp 287 Juta

Pekerja Kantoran Mulai Kembali Bekerja usai Libur Lebaran di Kawasan Perkantoran Jakarta

Kemacetan Lalu-Lintas Jakarta Hari Pertama Kerja usai Libur Lebaran

Kendaraan Pemudik Lewat Gerbang Tol Ngemplak Boyolali Naik 72,06 Persen Selama Arus Mudik dan Balik

Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak

Pram-Doel Gelar Halalbihal Dengan Pegawai, 2,37 Persen Pegawai Tidak Hadir Hari Pertama Kerja Usai Libur.
