Bantah Jadi Sumber Klaster COVID-19, Ganjil Genap Dinilai Efektif Batasi Pergerakan Warga


Kendaraan melanggar aturan ganjil genap di kawasan jembatan layang Tomang, Jalan Letjen S Parman, Slipi, Jakarta Barat, Senin (10/8/2020). (ANTARA/Devi Nindy)
MerahPutih.com - Kebijakan Ganjil Genap dinilai salah satu faktor menyebabkan angka penambahan COVID-19 di Jakarta. Pasalnya, beberapa pengendara memilih beralih ke angkutan umum hingga memicu penuebaran virus disana.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengklaim, aktivitas warga Ibu Kota menggunakan transportasi menurun selama sistem ganjil-genap (gage) diterapkan. Penurunan aktivitas tersebut juga diperkuat dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Baca Juga
Pelanggar Protokol Kesehatan di Sidoarjo Disanksi Berdoa di Makam Korban COVID-19
"Justru pergerakan warga ke pusat-pusat transportasi itu turun," kata Syafrin, saat dihubungi wartawan, Minggu (6/9).
Aktivitas warga menggunakan transportasi, kata Syafrin, yakni sekira dua persen. Data tersebut didapatkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta dari hasil evaluasi tiap bulan.
"Jadi, angkanya sekira dua persen dari hasil evaluasi," ucap Syafrin.

Syafrin mengatakan, aktivitas warga Jakarta yang bepergian ke pusat perbelanjaan juga menurun.
"Jadi, terakhir kami dapatkan angka, contoh untuk pergerakan warga ke pusat makanan, ke toko bahan makanan. Kemudian ke toko-toko obat, itu turun angkanya sekira lima sampai persen," ucap Syafrin.
Namun, kata Syafrin, ternyata PSBB di Jakarta berdampak terhadap aktivitas warganya yang berkunjung ke taman taman.
"Jadi karena ada pembatasan gage alhasil aktivitasnya warga ke ruang terbuka hijau, ke taman-taman. Ini tentu yang kami harapkan, agar aktivitas mereka dalam menjaga kebugaran dilakukan di tempat yang terbuka selama tidak terjadi pelanggaran protokol kesehatan," tutup Syafrin.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani mengatakan, tingginya angka positif COVID-19 yang didominasi oleh pengguna transportasi umum merupakan konsekuensi dari adanya pemberlakuan kebijakan ganjil-genap di Ibu Kota.
"Kalau mendominasi (kasus COVID-19) di transportasi umum pada saat ganjil-genap, ya itu konsekuensi dari gage saya rasa," ujar Zita kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Zita mengungkapkan, pemberlakuan ganjil-genap pada dasarnya harus diseimbangi dengan ketersediaan moda transportasi sehingga bisa mengantisipasi adanya penyebaran COVID-19.
"Ganjil-genap harus seimbang dengan kesiapan moda transportasinya. Kalau memang tidak cukup, sebaiknya ditiadakan dulu ganjil-genapnya" jelas Zita.
Dia menegaskan, peniadaan ganjil-genap menjadi penting dilakukan jika ternyata penumpukan ataupun ketidakdisiplinan protokol lainnya yang terjadi di transportasi umum.
Baca Juga
Kebijakan ganjil-genap yang kemudian menyebabkan tingginya kasus di transportasi umum itu menjadi semacam pelecut untuk dilakukan evaluasi.
"Kalau menumpuk pengguna transportasi umum, ya sudah pasti tinggi korelasinya dengan naiknya kluster COVID-19 moda transportasi umum," ungkapnya. (Knu)
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Anggaran Rp 3,9 Miliar Habis untuk Perbaiki 18 Lampu Lalu Lintas Akibat Demo Anarkis di Jakarta

Tutup Exit Tol Cipete-Pondok Labu saat Peak Hour Solusi Dishub Atasi Kemacetan TB Simatupang

Buruh Gelar Demo Besar-besaran Kamis, 28 Agustus, Dishub DKI Jakarta Bakal Rekayasa Rute Transjakarta

Dishub DKI Manfaatkan AI untuk Hitung Jumlah Penumpang Bus Transjakarta

Trotoar Difungsikan untuk Bantu Memecah Kemacetan TB Simatupang, Petugas Gabungan Turun Mengatur Lalu Lintas

Dishub DKI Beberkan Penyebab Macet Horor di Jalan TB Simatupang, ini Biang Keroknya

Titik Macet Terparah di Jakarta Selatan Terungkap, Salah Satunya di Jalan TB Simatupang

Ganjil Genap di Jakarta tak Berlaku, Senin (18/8)

Gubernur Pramono Perintahkan Dishub dan Satpol PP DKI Tertibkan Pungli di Trotoar Palmerah

Tunda Dulu Rencana ke Sudirman-Thamrin, CFD Jakarta Batal Digelar Saat Momen HUT RI
