Arsitektur Nusantara Anak Semua Bangsa


Gereja Katedral 1901,Gaya Neo Gotik (Foto Ist)
MerahPutih Budaya - Arsitektur Kolonial yang dibangun di Nusantara memiliki sejarah panjang. Bicara soal gaya, ternyata tidak tunggal, banyak kultur yang mempengaruhi.
"Arsitektur nusantara, adalah anak semua bangsa," ujar ahli arsitektur kolonial Bambang, Eryudhawan, dalam Semiloka Sejarah Arsitektur Kolonial yang diselenggarakan Disbudpar Pemprov Banten di Museum Nasional Provinsi Banten, Jalan Brigjen KH Syam'un Kota Serang, Rabu (16/3).
Secara kultural, masing-masing daerah punya gaya sendiri, namun dipengaruhi arsitektur China, India/Hindu Klasik, Islam Klasik, dan Arsitektur Kolonial, yang muaranya pada 1914, menjadi gaya Indonesia.
Adapun arsitek modern pertama pribumi adalah Mas Abdukasam Atmowiloto, yang membangun Sasana Suka (Societeit Mangkoenagara) di Surakarta pada tahun 1918. Bangunan itu, adalah tonggak awal menuju arsitektur Indonesia.
Bambang juga menceritakan, bahwa sesepuh jurnalis tanah air Rosihan Anwar, berkumpul dengan banyak tokoh dalam peresmian gedung tersebut termasuk Tan Malaka. Rosihan Anwar, pertama kali bertemu perempuan yang dinikahinya di sana, gadis pujaannya adalah asisten Tan Malaka. (Ctr)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Andra Soni-Dimyati Tolak Pakaian Dinas hingga Tempat Tidur yang Dianggarkan Pemprov Banten

Piramida Kuno di Meksiko Runtuh, Dianggap sebagai Pertanda Buruk

Mengenal Wayang Garing, Kesenian asal Banten yang Terancam Punah

5 Tempat Paling Ikonik di Olimpiade Paris 2024

Pemprov Banten Menelusuri 211 Kendaraan Dinas yang Diduga Hilang

Rumah Adolf Hitler Jadi Tempat Pelatihan HAM Kepolisian Austria

Telusur Kisah Hotel Royal Ambarrukmo, Lokasi Resepsi Kaesang dan Erina
