Apa Kabar Dua Panda Raksasa di Taman Safari Indonesia?


Giant panda dari Tiongkok yang menjadi penghuni baru Taman Safari Indonesia 1 Bogor. (Merahputih.com / Rizki Fitrianto)
MerahPutih.Com - Sepasang panda raksasa Cai Tao dan Hu Chun telah menjalani masa adaptasi di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor. Bagaimana kabar kedua panda raksasa itu? Apakah sudah bisa ditampilkan untuk publik?
Dokter hewan TSI Bongot Huaso Mulia menyatakan bahwa saat ini kedua panda raksasa tersebut masih dalam pengawasan. Sebab hewan khas Tiongkok itu perlu ketenangan.
"Panda adalah satwa yang sensitif terhadap suara yang terlalu ramai. Sama seperti satwa liar lain mereka memang tidak suka suasana yang terlalu berisik," kata Bongot Huaso Mulia, Rabu (1/11).
Menurutnya, jika terlalu berisik dan ramai orang akan mempengaruhi dari segi tingkah lakunya seperti membuat takut. Jika panda sudah takut, efeknya mereka tidak mau makan.
Di tempat asalnya panda hidup di wilayah ketinggian yang jauh dari keramaian. Menyukai suasana hening, memiliki penciuman dan pendengaran yang kuat. Sehingga jika begitu ramai suara, ia akan mengetahuinya.
Hanya tim dokter dan keeper (pelatih satwa) yang sudah dikenal olehnya yang dapat mendekat dengan panda. Untuk bisa dikenal oleh panda membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk beradaptasi lewat bau dan suara.
"Panda itu mengenal lewat bau kita, kalau sudah kenal baru mau dekat," kata Bongot.
Selain suara, panda juga sensitif terhadap "flash atau blizt" kamera. Jika terkena cahaya camera juga berpengaruh pada tingkah lakunya, membuat takut.
Oleh karena itu pihak TSI memberlakukan aturan bagi pengunjung yang ingin melihat panda tidak boleh memotret atau bersuara. Pengunjung juga tidak diperbolehkan memberi makan satwa langka tersebut.
"Yang kita khawatirkan pengujung membuang sampah atau sisa makanan atau memberikan makanan kepada panda yang kita tidak tau asal usulnya, misalnya bambu, atau mengandung zat pewarna yang tidak bisa dicerna oleh panda, dikhawatirkan menganggu kesehatan panda," katanya.
Panda memiliki masa hidup 35 tahun di kawasan konservasi, tetapi di alam hanya sekitar 20 tahun. Ini dikarenakan habitatnya di alam, di mana panda harus bertahan hidup mencari makan sendiri, musim salju menjadi tantangan berat, yang menyebabkan banyak panda mati karena sulit bertahan hidup di alam.
"Tantangan hidup di alam, selain mencari makan sendiri, juga ada predator, harus berbagi makanan dengan panda lainnya, dan berkompetisi dengan manusia yang juga mengkonsumsi bambu dan rebung," katanya.
Direktur Taman Safari Indonesia, Jansen Manansang sebagaimana dilansir Antara mengatakan setelah berhasil melakukan karantina terhadap dua panda raksasa, pihaknya menargetkan tahun depan akan lahir bayi panda dari pasangan Cai Tao dan Hu Chun.
Anak panda yang dilahirkan oleh pasangan panda ini kelak akan dikembalikan dan menjadi miliki pemerintah Tiongkok sebagai peminjam.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Bareskrim Polri Cari Data Laporan Dugaan Eksploitasi Pemain di Oriental Circus Indonesia

4 Temuan Komnas HAM Terkait Pelanggaran Oriental Circus Indonesia, Sudah Diberikan Sejak 1997

RDPU Mantan Pemain Sirkus Oriental Indonesia (OCI) Taman Safari dengan Komisi III DPR

Heran Persolan Eksploitasi Muncul Tiba-Tiba, Taman Safari Sebut Tak ada Kaitan dengan Eks Pegawai Sirkus

Politikus DPR Desak Polisi Desak Taman Safari Terkait Dugaan Eksploitasi Pemain Sirkus

Ilmuwan Ungkap Alasan Panda Doyan Makan Bambu Alih-Alih Daging Kayak Mamalia Lainnya

Ada Kasus Pengunjung Keluar dari Mobil saat Safari Journey, Ini Panduan Lengkap Do's and Don'ts di Taman Safari Indonesia

Pengunjung Taman Safari Indonesia Keluar dari Mobil di Area Flamingo, Pengelola Beri Sanksi Blacklist

Gemoy Banget, Bayi Kembar Panda Raksasa Mencuri Hati Pengunjung Ocean Park Hong Kong

China Teguhkan Niat Pelestarian Panda Raksasa, Gandeng Negara Lain
