Analis Pertahanan: Intelijen Berperan Besar Ciptakan Isu ISIS


Kesatuan Islam Indonesia Anti Sara (KIIAS) melakukan aksi unjuk rasa di depan patung kuda, Jalan MH Thamrin-Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (16/3). (Foto: Antara/David Muhamarsya)
MerahPutih Nasional - Aparat Densus 88 Antiteror dibantu Barigade Mobil (Brimob) Polda Jawa Timur menangkap 4 terduga orang yang diduga terlibat jaringan gerakan radikal Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) di Malang, Jawa Timur. (Baca: Punya Tato Bertulis ISIS di Bibir, Pria Asal New York Dipecat)
Hingga Kamis (26/3), sejumlah anggota Brimob Polada Jatim masih menjaga ketat rumah milik terduga anggota ISIS berinisial HM di Jalan Ade Irma Suryani, Malang, Jawa Timur.
Sebelumnya Densus 88 Antiteror juga melakukan penggeledahan di kawasan Setu, Tangerang Selatan, pada Minggu (22/3). Aparat Polisi menggeledah kediaman Tuah Febriwansyah yang diduga kuat terlibat dalam jaringan gerakan Islam radikal ISIS. Dari hasil penggeledehan Mabes Polri mengamankan sejumlah barang bukti berupa 9 handphone, uang tunai Rp8 juta serta uang USD5.300, dokumen paspor dan laptop.
Lantas apakah betul ISIS sudah menjadi gerakan Islam radikal yang sedang berkembang dan berbahaya?
Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Analis pertahanan Universitas Bung karno (UBK) Jerry Indrawan Gihartono menilai berkembangnya isu dinamika pergerakan ISIS di Tanah Air, tidak murni karena persoalan radikalisme atas nama agama. Melainkan ada banyak kepentingan terselubung di balik berkembangnya gerakan radikal ini. (Baca: Indonesia dan Amerika Sepakat Perangi ISIS)
"Bisa saya katakan, pihak yang paling berkepentingan dan kompeten dalam soal ISIS adalah intelijen," katanya saat dihubungi Merahputih.com, Kamis (26/3).
Jerry melanjutkan, peran intelijen dalam ISIS dinilai cukup besar. Sebagai salah satu instrumen lembaga keamanan negara, gerakan radikal ini sengaja diperlihara intelijen. Menurutnya, gerakan radikal bisa dimunculkan kapan saja dan dibenamkan kapan saja.
Gerakan radikal itu, sambung Jerry, akan dimunculkan ke permukaan untuk mengalihkan isu-isu krusial yang dihadapi pemerintahan. Sebut saja konflik internal yang melanda beberapa partai politik, kemudian wacana penggulingan Presiden Joko Widodo dan persoalan lain yang strategis.
"Jadi isu ISIS itu untuk menutupi kepentingan politik strategis, dan intelijen memiliki peran besar dalam hal itu," sambung Jerry.
Saat ditanya terkait merebaknya isu gerakan radikal ISIS apakah memiliki kaitan dengan kabar santer pergantian kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jerry membenarkan hal tersebut. (Baca: Polisi Dalami Keterkaitan Chep Hermawan dengan ISIS)
"Ada kaitannya dengan pergantian Kepala BIN. Tapi siapa yang memainkan isu ini saya tidak tahu pasti," tandas Jerry. (bhd)
Bagikan
Fredy Wansyah
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor

Serangan AS ke Iran Berpotensi Bangkitkan Sel Terorisme, Indonesia Mesti Waspada
