Amerika Serikat Siapkan Rp 43,5 Triliun untuk Baterai Kendaraan Listrik
AS gencarkan pengembangan kendaraan listrik (Foto: pixabay/leerosario)
PEMERINTAH Amerika Serikat kian gencar dalam mengembangkan kendaran listrik. Belum lama ini, AS dikabarkan akan menyiapkan lebih dari USD 3 miliar atau sekitar Rp 43,5 triliun untuk mendanai pembuatan baterai kendaraan listrik.
Seperti yang dikutip dari laman Reuters, dana tersebut kabarnya akan dialokasikan oleh Departemen Energi dari anggaran infrastruktur senilai USD 1 triliun atau sekitar Rp 14 ribu triliun, yang ditandatangani oleh Joe Biden pada tahun lalu. Pendanaan itu akan digunakan untuk mendirikan serta memperbaiki pabrik baterai.
Baca Juga:
Tapi, dana tak akan digunakan untuk mengembangkan tambang domestik baru seperti memproduksi lithium, nikel, kobalt, serta mineral permintaan lainnya yang dibutuhkan untuk membuat baterai. Beberapa dari proyek itu kabarnya menghadapi tantangan lokal serta terikat dalam tinjauan lingkungan serta hukum administrasi.
"Sumber daya ini tentang rantai pasokan energi yang meliputi produksi, daur ulang mineral penting tanpa ekstraksi atau penambangan baru," jelas Penasihat iklim nasional Biden, Gina McCarthy seperti yang dikutip dari laman Reuters.
Mendengar hal tersebut, Ford menyambut baik pengumuman pendanaan itu. Pihak Ford menjelaskan, bahwa investasi lebih dari USD 3 miliar akan memperkokoh rantai pasokan baterai domestik, menciptakan lapangan kerja, serta membantu produsen AS untuk bersaing di kancah internasional.
"Kami memiliki peluang untuk teknologi ini di AS dan investasi yang diumumkan tersebut akan membantu kami mewujudkannya," jelas penasihat umum Ford Steven Croley.
Baca Juga:
Sedikit informasi, Biden kabarnya menginginkan setengah dari kendaraan yang dijual di Amerika Serikat ialah kendaraan listrik di tahun 2030 mendatang. Pendanaan tersebut diharapkan bisa meningkatkan pekerjaan manufaktur, mengungguli Tiongkok di pasar yang berkembang pesat, serta mengurangi emisi karbon.
Selain itu, Pemerintah AS pun menjadikan langkah itu guna menjamin kemandirian energi serta mengurangi tekanan inflasi jangka pajang yang diakibatkan invasi Rusia ke Ukraina.
Menurut Koordinator Infrastruktur Gedung Putih Mitch Landrieu, ketika kita menghadapi kenaikan harga minyak dan gas, penting untuk dicatatan bahwa kendaraan listrik dalam jangka panjang akan lebih murah untuk Amerika. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Tingkatkan Penjualan Mobil Listrik, Kemenperin Tetap Siapkan Insentif di 2026
Berakhir Besok, ini Daftar Mobil Listrik dan Motor yang Bisa Dijajal di GJAW 2025
Jajal Kendaraan Listrik Tanpa Keluar Gedung, GJAW 2025 Tawarkan EV Test Drive Indoor
Ford Kembali Bangun Pabrik di Indonesia, Belum Akan Masuk ke Mobil Listrik
Mobil Listrik Tabrak 3 Kios di Tanjung Priok, Balita Jadi Korban dan Ada yang Patah Tulang
Chery J6 Tembus 5.555 Unit, Komunitas First EV Offroad Meriahkan J6 Fest Berhadiah Total Rp 150 Juta
Chery J6T Resmi Meluncur dengan Menawarkan Pengalaman Off-Road yang Lebih Dewasa, Berapa Harganya?
Kendaraan Listrik Makin Marak di Indonesia, DPR Dorong Pemerintah Optimalkan Potensi Bisnis Pergantian Baterai
Jangkau Pecinta Otomotif, BMW Exhibition Hadir Perdana di Mall Kelapa Gading Jakarta
Tren Mobil Listrik Melesat di Indonesia: Konsumen Kian Matang, Infrastruktur Jadi Kunci