Alasan Orang Flexing Cosplay Mahal


Tak hanya flexing, melalui cosplay kamu bisa memberdayakan satu sama lain. (Foto: Pexels/Donald Tong)
RAMBUT palsu bewarna merah, putih, ungu, biru, atau pink. Kostum di luar kelaziman, tetapi mirip dengan tokoh-tokoh fiksi dalam berbagai komik atau animasi. Detail aksesori yang amat ruwet. Belum lagi properti yang dibawa-bawa hampir sebesar badan mereka. Inilah cosplay.
Bagi sebagian orang, ini aneh. Namun bagi penggemarnya, kebanggaan. Tak perlu jadi peramal dan ahli matematika untuk tahu seberapa tidak nyamannya dan seberapa mahal kostum untuk cosplay.
Meski demikian, para cosplayer terlihat sumringah menyambut orang-orang yang berdatangan untuk foto. Mereka tidak menunjukkan sedikit pun ketidaknyamanan. Kostum itu seolah pakaian sehari-hari.

“Ketika aku memakai rok (cosplay), aku merasa jauh lebih bebas terasa seperti terhubung dengan angin,” kata Kevin kepada merahputih.com.
Mengutip Pscyhology Today, orang-orang yang melakukan cosplay memiliki beberapa alasan. Salah satunya kenikmatan eksplorasi identitas karakter fiksi.
Baca juga:
“Orang-orang yang cosplay melaporkan bahwa mereka menikmati hubungan sosial yang ditawarkan oleh komunitas cosplay, elemen kreativitas/kerajinan cosplay, dan mungkin juga menikmati aspek psikologis cosplay," ujar Drea Letamendi, psikolog yang mendalami minat orang pada karakter super hero fiksi.
Berdasarkan penelitian yang dikumpulkan oleh Drea, para cosplayer mengatakan bahwa kenikmatan berpakaian sebagai identitas lain adalah hal yang paling memotivasi.
Kevin mengaku senang bisa mengeksplorasi identitas karakter fiksi sembari eksplorasi ekspresi gender saat melakukan cosplay.

Cosplayer lainnya, Rega Almuhtada, merasa dirinya lebih unik, fresh, dan percaya diri setiap kali ia memakai kostum cosplay yang berlawanan dengan jenis kemaninnya.
Ini sesuai klaim Letamendi bahwa melalui cosplaying, orang-orang bisa merasa lebih berdaya (empowering).
Baca juga:
“Untuk beberapa identitas yang terpinggirkan, cosplay bisa sangat empowering. Ini memungkinkan seseorang untuk mengalami dan mengeksplorasi perasaan, memegang kendali atas diri, mewujudkan kebebasan, menjadi heroik, atau merasakan diri sendiri kuat secara fisik dan dihormati," terang Drea.
Cosplayer yang berpakaian sebagai karakter berlawanan dengan jenis kelamin mereka (crossplay) memiliki kemampuan mewujudkan sifat yang biasanya tidak "dimiliki" oleh jenis kelamin tersebut dalam masyarakat.

Kekuatan, kontrol, dan visibilitas untuk perempuan. Sensualitas, emosionalitas, dan kerentanan untuk pria. "Dalam cosplay, gender jauh lebih cair, fleksibel, dan mudah diakses,” ungkap Drea.
Maka tak mengherankan bila flexing cosplay mahal menjadi sebentuk penghormatan pada diri sendiri. (kmp)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Flexing Pengalaman Kerja dengan Tepat di CV

Flexing Otot Tanpa Terlihat Disengaja

Cara Menahan Diri agar Flexing Tidak Dianggap Negatif

Flexing Foto Libur Lebaran Bisa Pertanda Narsistik

Cerita Novita Hardini Main di Film 'Buya Hamka'

Flexing Berkedok Bertanya dalam Dunia Gaming

Flexing Angpau Lebaran Walaupun Tak Merayakannya

Tempat Wisata Baru di Jakarta dengan Spot Foto Bernuansa Jepang

Flexing Sekaligus Tingkatkan Kesehatan Mental di Tempat Tropis

Nicke Widyawati Masuk Daftar 14 Perempuan Kontemporer WIPO
