Airlangga Pastikan KTT G20 Bukan Sekedar Hasilkan Narasi


G20. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diklaim masih berada di jalur optimis di tengah inflasi yang tinggi dan ancaman resesi di berbagai negara.
Tecatat, pada bulan Oktober 2022, PMI Manufaktur Indonesia masih berada dalam zona ekspansif di level 51,8, sementara Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga masih menunjukkan persepsi konsumen yang ekspansif di level 117,2.
Baca Juga:
Forum Agama G20 Menyoroti Praktik Persekusi Pada Kelompok Minoritas
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ketiga dapat mencapai 5,6 persen (yoy) atau bahkan lebih tinggi.
Sementara itu, inflasi pada bulan Oktober 2022 juga mengalami penurunan menjadi 5,71 persen (yoy) dibandingkan inflasi pada bulan September 2022 yang tercatat sebesar 5,95 persen (yoy).
"Indonesia memiliki situasi yang berbeda dengan negara lain. Fundamental ekonomi Indonesia kuat. Tahun depan, defisit APBN kurang dari 3 persen," ungkapnya.
Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia melaksanakan Presidensi G20 di saat yang penuh tantangan dengan adanya The Perfect Storm.
Meskipun demikian, pihaknya optimis bahwa Presidensi G20 Indonesia akan berjalan maksimal dan dapat menghasilkan concrete deliverables yang lebih baik.
"Indonesia akan menggelar pertemuan G20 dengan cara yang berbeda. Kami mengundang representatif dari Uni Afrika dan juga negara-negara lainnya. Pertemuan G20 kali ini akan memiliki nuansa yang berbeda dari sebelumnya," kata Airlangga.
Menko Airlangga menjelaskan beberapa hal terkait bahasan dalam Presidensi G20 yakni arsitektur kesehatan global, transformasi digital, transisi energi, dan ketahanan pangan.
Untuk kesehatan global, Airlangga menyampaikan bahwa Presidensi G20 Indonesia telah menghasilkan Financial Intermediary Fund yang berhasil mencatatkan komitmen senilai USD 1,4 triliun.
Sedangkan terkait transformasi digital, Menko Airlangga menyebutkan, inklusivitas menjadi hal penting dalam ekonomi digital.
Menko juga menjelaskan terkait upaya yang tengah dilakukan Indonesia dalam melakukan transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi baru terbarukan, salah satunya dengan pengembangan proyek besar hydropower di Kalimantan Utara yang dapat menghasilkan 12 GigaWatt.
Proyek tersebut juga direncanakan menjadi salah satu program dalam inisiatif Amerika Serikat yakni Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII).
Kemudian tentang ketahanan pangan, Indonesia menjadikan topik tersebut menjadi bahasan yang penting karena ketahanan pangan juga menjadi tantangan bagi pasar global.
"Yang berbeda antara G20 Indonesia dengan G20 sebelumnya adalah Indonesia berkonsentrasi pada deliverables yang akan dilampirkan dalam G20 Komunike," katanya.
Deliverables tersebut, kata ia, setidaknya harus didukung oleh tiga negara.
"Jadi kita punya list deliverables dari negara-negara tersebut dan ini membuktikan bahwa kita tidak hanya berkomitmen dalam narasi, tetapi juga pada action plan," tegas Airlangga. (Asp)
Baca Juga:
Bandara I Gusti Ngurah Rai Beroperasi 24 Jam Selama KTT G20
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Saat Pertemuan Menteri G20 Sri Mulyani Pamer Cara Indonesia Atasi Masalah Dana Buat Pembangunan

Bahas Perang Tarif di Afrika Selatan, Sri Mulyani Ingin G20 Kerja Sama Saling Menguntungkan

Ibu Negara Brasil Umpat Elon Musk di Acara G-20

Prabowo Dorong Pemimpin Negara G20 Desak Gencatan Senjata di Gaza & Ukraina

Bicara di KTT G20, Prabowo Pasang Target RI Swasembada Pangan-Energi dalam 4 Tahun

Prabowo: 25% Anak-Anak di Indonesia Kelaparan Setiap Hari

10 Hari Kunjungan Kerja di Luar Negeri, Prabowo Sudah Ingin Pulang

Jelang KTT G20, ini Momen Presiden Prabowo Disambut Diaspora di Brasil

Tiba di Brasil, Prabowo Segera Hadiri KTT G20

Pelaku Bom Bunuh Diri Jelang KTT G20 Brasil Sempat Beri Peringatan di Medsos
