Agum Gumelar: Kening Kita Mengkerut dengan Kondisi Bangsa ini


Agum Gumelar (tengah berbaju biru) ANTARA FOTO/Dewi Fajriani)
Benturan-benturan politik selama Pilkada Serentak 2017 mengundang keprihatinan Agum Gumelar. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL), Agum Gumelar mengaku resah dengan munculnya sikap intoleransi dalam pelaksanaan Pilkada.
"Kalau melihat kondisi saat ini kita prihatin. Kening kita mengkerut dengan kondisi bangsa ini, sikap intoleransi dan benturan-benturan terjadi dalam pelaksanaan Pilkada, khususnya Pilkada DKI Jakarta," kata Agum Gumelar usai Pembukaan Rakernas I IKAL, di Gedung Lemhannas, Jakarta, Sabtu.
Benturan dan intoleransi sulit dibendung karena saat ini sangat sulit untuk mengontrol media sosial yang sudah digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu.
"Banyak sekali berita yang tidak benar (hoax) di media sosial yang patut diwaspadai karena akan menimbulkan keresahan dan perpecahan masyarakat Indonesia," terang Agum Gumelar.
Penggunaan media sosial yang massif oleh kelompok kepentingan menyebabkan masyarakat sulit membedakan informasi yang benar dan palsu. Oleh karena itu, selaku Ketua Umum IKAL, Agum Gumelar mengajak semua elemen masyarakat untuk mewaspadai berita-berita hoax yang belum jelas kebenarannya dan dapat memecah persatuan bangsa.
"Jangan mudah percaya dan mudah menyebarkan isu yang belum jelas kebenarannya. Membunuh isu yang tidak benar itu dengan cara tidak perlu ditanggapi," kata Agum Gumelar seraya mengajak masyarakat Indonesia untuk bersikap dewasa dalam berdemokrasi.
Dalam pencoblosan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua dengan pasangan calon Basuki T Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, tambah Agum, dirinya memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk memilih salah satu pasangan calon tersebut.
"Tetapi, perbedaan memilih ini sifatnya sementara. Perbedaan memilih ini akan selesai, setelah pilkada selesai. Begitu pilkada selesai dan sudah diputuskan siapa yang menang, sudah tidak ada lagi perbedaan. Semua harus kembali bersatu. Hormati apa pun hasil keputusan pilkada. Itu artinya dewasa dalam berdemokrasi. Jangan sampai pilkada selesai, masih saja ribut," harap Agum.
Sumber: ANTARA
Bagikan
Berita Terkait
Lemhanas Tegaskan Pemindahan Warga Gaza ke Pulau Galang untuk Dapat Pengobatan Murni Atas Dasar Kemanusiaan

Pisahkan Pemilu Nasional dan Lokal Mulai 2029, MK: Agar Fokus dan Tak Tambah Beban Kerja

Cabup Pilkada Boven Digul Nomor Urut 3 Diganti, Coblos Ulang 6 Agustus Anggaran Rp 21,2 M

KPU Tindaklanjuti Putusan MK Soal PSU di 24 Pilkada, Segera Koordinasi dengan Kemendagri

Biar Patuh UU, Komisi II DPR Tawarkan Opsi Pelantikan Pilkada Non-Sengketa MK Tetap Februari

MK Sesuaikan Panel Hakim Sengketa Pilkada Karena Anwar Usman Sakit, Janji Sesuai Tenggat Waktu

Tunggu Putusan MK, Pelantikan Kepala Daerah Diundur Serempak ke Maret

Jaga Ketahanan Air di Jakarta, PAM Jaya Gandeng Lemhannas

MK Janji Ambil Sikap Jika Ada Yang Ingin Pengaruhi Putusan

28 Petugas KPPS Meninggal Akibat Kelelahan Sepanjang Pilkada 2024
