Waskita 'Sulap' LRT Jakarta Fase 1B Pakai Ilmu Digital, Hemat Sampai Rp367 Miliar
Jumat, 17 Oktober 2025 -
Merahputih.com - PT Waskita Karya (Persero) Tbk terus menggenjot penerapan transformasi digital, khususnya dalam proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jakarta Fase 1B. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan aspek keberlanjutan dalam proses konstruksi di tengah padatnya perkotaan.
Koordinator BIM Proyek LRT Jakarta Fase 1B, Ganesh Aditya Aryoprawirotama, yang diwawancarai ANTARA saat konferensi Year in Infrastructure Bentley Systems di Amsterdam, Belanda, menyatakan bahwa proyek ini sarat tantangan teknis karena lokasinya yang sangat kompleks di kawasan perkotaan padat.
"Proyek ini sedang dibangun melalui salah satu lingkungan umum yang paling menantang. Karena itu, kami berupaya memanfaatkan solusi digital inovatif untuk menangani kompleksitas konstruksi di lapangan,” kata Ganesh saat mempresentasikan proyeknya di hadapan juri Going Digital Awards 2025 di Okura Hotel Amsterdam, Belanda, Kamis (16/10).
Tantangan utama muncul karena lokasi pembangunan berada di koridor perkotaan yang padat, sehingga memerlukan koordinasi intensif dengan banyak pemangku kepentingan sambil tetap memastikan jadwal proyek tetap tepat waktu dan meminimalisir gangguan bagi masyarakat.
Baca juga:
Rencana Pemprov DKI Jakarta Perpanjang Rute Operasi LRT Jakarta Sampai JIS dan PIK 2
Ganesh menjelaskan, proyek sepanjang 6,4 kilometer ini merupakan bagian integral dari jaringan LRT Jakarta, mencakup pembangunan lima stasiun dan enam seksi pekerjaan utama. Ditargetkan rampung pada 2026, proyek ini diharapkan mampu menekan 21 juta perjalanan kendaraan pribadi per tahun, sekaligus mengurangi jejak karbon kota.
Sebagai kontraktor utama, Waskita Karya mengimplementasikan solusi digital berbasis Building Information Modeling (BIM) dan teknologi Bentley Systems. Ini termasuk penggunaan drone fotogrametri dan simulasi 4D untuk memantau dan mengelola proyek secara real time.
Pendekatan ini memungkinkan Waskita Karya mengidentifikasi dan menyelesaikan lebih dari 1.200 potensi kendala sebelum konstruksi dimulai. Selain meningkatkan keselamatan, simulasi 4D juga membantu perusahaan beralih dari metode konvensional ke metode konstruksi yang lebih efisien dan presisi.
Secara finansial, transformasi digital ini membawa keuntungan signifikan. Ganesh mencatat penghematan mencapai $14,82 juta USD (sekitar Rp245,8 miliar) dan penurunan konsumsi material lebih dari $7,3 juta USD (sekitar Rp121,2 miliar). Selain itu, terdapat peningkatan efisiensi data sebesar 80%, pengurangan waktu pemodelan hingga 40%, dan penurunan inspeksi fisik sebesar 20%.
Proyek ini juga mendukung aspek keberlanjutan dengan potensi pengurangan emisi karbon antara 4.000 hingga 5.500 ton setiap tahun.
Baca juga:
Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Velodrome-Manggarai Ditargetkan Rampung pada Pertengahan 2026
Ganesh menekankan bahwa transformasi digital merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk mewujudkan kota yang lebih cerdas dan berkelanjutan, bukan sekadar adopsi teknologi.
"Transformasi digital adalah katalis bagi efisiensi, keselamatan, dan keberlanjutan. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi perubahan strategis untuk menciptakan kota yang lebih hidup dan adaptif di masa depan,” tutupnya.
Dalam ajang bergengsi Going Digital Awards 2025, Waskita Karya dengan proyek LRT Jakarta Fase 1B harus mengakui keunggulan PT KAI yang menjadi juara kategori Rail and Transit, mengalahkan Network Rail (Inggris). Ajang tahunan ini diikuti hampir 250 nominasi dari 47 negara dalam 12 kategori berbeda.