Warga Korsel Ramai-Ramai Datangi TPS di Hari Pilpres, Berharap Presiden Baru Bisa Bangkitkan Ekonomi

Selasa, 03 Juni 2025 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM — PADA hari-hari biasa, Sekolah Menengah Jeonghwa di Seoul dipenuhi siswa yang berlatih memotong rambut pada boneka sebagai bagian dari pelatihan menjadi penata rambut. Namun, pada Selasa (3/6) pagi, sekolah itu dipadati para pemilih yang mengantre untuk memberikan suara. Sekolah ini menjadi salah satu dari 14.295 tempat pemungutan suara di seluruh negeri untuk pemilihan presiden.

Pada pukul 05.50, 10 menit sebelum TPS dibuka, antrean panjang sudah terbentuk di luar. Meski para pemilih mendukung calon yang berbeda, banyak dari mereka memiliki harapan yang sama terhadap presiden berikutnya: membangkitkan kembali perekonomian yang sedang lesu.

“Ekonomi sedang sulit, semua orang merasakan dampaknya. Saya datang pagi-pagi karena saya pikir memberikan suara bisa membawa perubahan,” kata Kang Sung-wook, seorang pengembang perangkat lunak berusia 40 tahun, dikutip The Korea Times.

Sung-wook menunjuk pada fakta banyaknya PHK di negeri itu. Sebagai pekerja, ia mengaku benar-benar merasakan betapa buruknya kondisi ekonomi saat bekerja. “Aku rasanya tidak tenang,” imbuhnya.

Di hari pemilihan itu, Sung-wook mengatakan kandidat dari Partai Demokrat Korea yang berhaluan liberal ialah pilihannya. Ia percaya pilihannya mampu membalikkan keadaan.

Baca juga:

Partisipasi Pemilih Awal Pilpres Korsel Capai 34,74 Persen, Perhatian Tertuju pada Hasil Pemungutan Suara Pekan Depan



Saat kebanyakan orang bangun pagi untuk mencoblos sebelum memulai hari, ada juga yang sebaliknya. Mereka ialah pekerja yang beraktivitas sepanjang malam dan pergi memberikan suara sebelum tidur. Salah satunya ialah seorang eksportir pakaian berusia 39 tahun yang hanya ingin disebut dengan nama Kim.

“Aku sudah bangun sejak pukul 14.00 kemarin dan baru selesai kerja pukul 05.00. Aku langsung mandi dan datang ke TPS,” kata Kim, seraya menambahkan bahwa ia berharap presiden berikutnya fokus pada diplomasi untuk memperkuat ekonomi.

Hal itu beralasan mengingat sekitar 70 persen bisnis Kim bergantung pada ekspor. “Aku ingin presiden yang bisa merespons dengan bijak terhadap kebijakan ekonomi luar negeri yang kuat seperti tarif dari Presiden AS Donald Trump,” jelasnya.

Bagi sebagian pemilih, karakter calon lebih penting daripada janji-janji ekonomi mereka. Seorang pemilih berusia 65 tahun, Jung, menjadi salah satu yang pertama memberikan suara tak lama setelah TPS dibuka.

“Presiden harus jujur. Kita tidak butuh pembohong. Aku memilih kandidat Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif. Semua orang tahu dia jujur,” katanya.

Lain halnya dengan Chu Hyun-chul. Apoteker berusia 61 tahun ini mengaku belum yakin dengan pilihannya bahkan saat masuk bilik suara. “Ekonomi sedang terpuruk dan negara sangat terpecah. Kita butuh presiden yang kompeten, tapi tidak ada calon yang meyakinkan,” kata Chu. Meski begitu, istrinya bersikeras bahwa ia harus ikut memilih. “Tapi untuk saat ini, aku masih belum yakin siapa yang harus aku pilih,” katanya.

Di seluruh negeri, warga datang memberikan suara, dari para lansia di perdesaan hingga tokoh-tokoh penting di ibu kota. Di Okcheon, Provinsi Chungcheong Utara, Lee Yong-geum, yang terdaftar sebagai berusia 121 tahun dalam identitasnya, turut memberikan suara. Dengan dibantu putrinya, ia tiba di tempat pemungutan suara sejak pagi.

“Saya datang memilih karena mungkin ini akan menjadi pemilihan presiden terakhir dalam hidup saya. Saya berharap orang yang baik terpilih menjadi presiden,” ujarnya.

Meskipun dalam kartu identitasnya tertulis bahwa ia lahir pada 1904, kesalahan administratif selama masa penjajahan Jepang (1910–1945) diyakini membuat usianya tertera 15 tahun lebih tua. Meski begitu, Yong-geum diyakini memang telah berusia di atas 100 tahun.

Terlepas dari pilihan yang berbeda, warga Korsel datang ke TPS dengan satu harapan paling umum: “Saya hanya berharap Korea menjadi negara, tempat hidup jujur sudah cukup untuk bertahan.”(dwi)

Baca juga:

Ajak Penggemar Kasi Suara di Pilpres, Lee Dong-wook Sarankan Pilih yang Lebih Sedikit Keburukannya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan