Unik, Petani Jepang Gunakan Burung Hantu Untuk Pengendali Hama

Selasa, 01 Desember 2020 - Raden Yusuf Nayamenggala

HAMA merupakan musuh bagi para petani karena dapat membuat gagal panen. Seperti halnya yang banyak dirasakan oleh para petani di Jepang. Bila serangan tikus di sebuah ladang dibiarkan, bisa berdampak serius pada keuntungan pemilik kebun apel di Jepang.

Seperti yang dilansir dari laman odditycentral, selama berabad-abad banyak petani Jepang mengandalkan burung hantu untuk menekan jumlah tikus yang bisa merusak ladang. Bahkan, penelitian telah menunjukkan predator malam seperti burung hantu sangat efisien untuk membasmi hama.

Baca juga:

Cara Sederhana Menyingkirkan 5 Jenis Hama Menyerbu Rumah

Burung hantu Ural telah membuat sarang mereka di kebun dengan populasi tikus yang tinggi untuk waktu sangat lama. Namun, petani apel Jepang merupakan orang pertama yang menyadari efek menguntungkan dari burung hantu pada kebun mereka.

Selama berabad-abad , petani Jepang yang mengandalkan burung hantu untuk menekan jumlah tikus yang bisa merusak ladang (Foto: pixabay/alexas_fotos)

Selain membiarkan untuk membuat sarang di cekungan pohon, mereka juga mulai memasang rumah pohon buatan untuk mendorong burung hantu agar tidak menetap di properti mereka. Mereka menyadari burung hantu menurunkan populasi tikus secara signifikan.

Menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya tidak selalu menjadi pilihan, terutama di pertanian organik. Sehingga banyak pemilik kebun bergantung pada burung hantu Ural untuk mengendalikan populasi tikus.

Baca juga:

Viral, Thailand Gunakan 'Pestisida Bebek' untuk Bersihkan Sawah dari Hama

Kendati penggunaan burung hantu telah menjadi tradisi di Jepang selama bertahun-tahun, efisiensi burung sebagai alat pengendalian hama juga telah dikonfirmasi oleh penelitian modern.

Dalam sebuah studi pada 2018, tim ilmuwan Jepang menghitung efek pengendalian hama dengan burung hantu ural yang berkembang biak di kebun apel. Studi ini menemukan predator malam hari itu bisa mengurangi populasi tikus di wilayah perkembangbiakan mereka yang diperkirakan sebesar 63 persen, dibandingkan kebun yang tidak menggunakan burung hantu.

"Karena burung hantu ural yang berkembang biak memberikan efek pengendalian hama yang signifikan di dalam wilayah perkembangbiakan mereka, pengenalan kembali pasangan burung hantu ural yang berkembang biak di dalam kebun akan berkontribusi pada pengendalian hama tikus," demikian kesimpulan studi tersebut.


"Mempromosikan reproduksi 'raptor' di area pertanian dapat menjadi pilihan untuk mengembangkan pengelolaan hama terpadu sekaligus menjaga keanekaragaman hayati regional," tambah keterangan studi tersebut.

Seekor burung hantu bisa berburu hingga 10 tikus per malam. Dan, seiring berkembangnya populasi burung hantu, efektivitasnya juga meningkat.

Penggunaan burung hantu rupanya tak hanya terjadi di Jepang. Faktanya, hama kebun anggur dan kebun buah-buahan lainnya di Amerika Serikat juga terkendali berkat keberadaan burung hantu.

Namun, burung hantu bukanlah satu-satunya hewan yang dapat menggantikan pestisida. Di Thailand, para petani menggunakan kawanan bebek untuk membersihkan sawah dari hama. (ryn)

Baca juga:

Waspada Serangan Tikus Pada Mobil yang Terparkir Lama

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan