Top 10 Survivor of The Year
Minggu, 20 Desember 2020 -
MATA Noland terbelalak. Ia tatap sekitar. Kosong. Sepi. Sendirian. Di satu sisi ia merasa senang bisa selamat dari kecelakaan pesawat di atas Samudera Pasifik. Di sisi lain, bingung bagaimana bisa mengirim sinyal, menjalin komunikasi, dan terpenting menjalani hidup sehari-hari di pulau tak berpenghuni. Nasib!
Chuck Noland ingat betul sebelum berangkat tugas jelang Natal 1995 sempat berpamitan dengan calon tunangannya. Eksekutif operasional FedEx tersebut memberi cincin pada Kelly Frears. Mencium kening. Pergi menumpang pesawat kargo FedEx.
Kini, ia tak tahu kabar awak pesawat lain. Apalagi nasib tunangan nun jauh di Amerika Serikat. Parahnya, Noland tak mengerti kemampuan dasar survival atau bertahan hidup. Di benaknya hanya dua: berusaha membuat tanda untuk berkomunikasi, serta tetap hidup.
Ia coba segala cara membentuk tanda, mulai merangkai barang-barang ekspedisi di perairan, sampai menggurat pasir berbentuk Help. Semua nihil.
Di hari pertama, Noland kebingungan memecah kelapa. Makin hari makin mahir. Ia coba segala cara beroleh makanan. Dengan menangkap ikan sampai berburu. Meski absen pengalaman survival, toh ia sebagaimana manusia lain sudah memiliki kemampuan bertahan hidup secara lahiriah.
Dari cukuran rambut rapih sampai gondrong dan berewokan Noland mampu bertahan hidup mengandalkan sumber alam sekitar, meski di awal-awal selalu gagal. Bagaimana mengusir kesendirian? Ia ambil paket bola voli dihias ranting, diberi tanda mata-hidung-mulut kemudian dinamakan Wilson, teman berbincang saban hari.
Kondisi Chuck Noland diperankan Tom Hanks pada film Cast Away bagi sebagian orang mungkin mirip, meski tak persis, situasi masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Mereka harus 'terkurung' di rumah akibat penerapan PSBB. Mencoba mengatasi kesepian dengan Netflix-an, Youtube-an, TikTok-an, Vcall-an, Webinar-an, Live Instagram-an dan Medsos-an lain.
Di dalam rumah sendiri saja banyak orang harus bertahan hidup sebab pemasukan terhenti seiring hilangnya pekerjaan. Belum lagi ancaman penularan COVID-19. Kebanyakan orang menganggap hidup saat ini bak di belantara. Harus survive dari 'serangan' SARS-Cov-2, mengirim sinyal komunikasi terus-terusan, dan sambung hidup mencari makan-minum. Sulit.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II turun sebesar 5,32 persen dan di kuartal III anjlok 3,49 persen. Berakibat 84 persen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) longsor pendapatan bahkan 10,1 persen UMKM tutup. Sementara Usaha Menengah Besar (UMB) sekira 82 persen menurun pemasukan dan 5 persen ambruk alias tutup.
Imbasnya lagi, seturut BPS, 29,12 juta penduduk usia kerja per Agustus 2020 mengalami pengurangan jam kerja dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tak heran bila bermunculan usaha-usaha kecil baru di bidang kuliner dan jasa selama pandemi sebagai upaya survive.
Tiap orang pasti punya masalah berbeda-beda, kadar kesulitan beragam, dan cara bertahan masing-masing. Namun, sedalam-dalamnya problematika terkadang berubah dangkal seketika kala mendengar, melihat, atau membaca kisah perjuangan orang lain keluar dari kondisi paling pahit. Semangat hidup kembali naik setelah ada apalagi banyak contoh nyata.
Selama pandemi, merahputih.com acap menangkap cerita-cerita kecil orang-orang atau komunitas tak cuma bertahan hidup melainkan berjuang bersama-sama masyarakat sekitar mementahkan kesulitan di saat COVID-19 merajalela. Mengapa?
Jelas, ruang redaksi ingin menghadirkan contoh nyata agar sebanyak-banyak orang paling tidak bisa tergugah semangat hidupnya lalu tergerak mengambil inisiatif membantu sesama. Meski begitu, tentu diperlukan lagi sosok-sosok berpengaruh pada pelbagai bidang untuk menginspirasi orang sebanyak-banyaknya. Dari situ, merahputih.com menginisiasi Top 10 Survivor of The Year 2020.
Tentu tidak mudah menkurasi cerita banyak survivor di masa pandemi menjadi sebatas 10. Namun, 10 survivor paling tidak bisa mewakili setiap aspek atau bidang, seperti kesehatan (Kasus 1 COVID 19), hiburan (KUY Entertainment), olahraga (Indonesia Amputee Football (INAF), disabilitas (KamiBijak), bisnis (Lawless Jakarta), platform digital (Podkesmas), otomotif (BMW Group Indonesia), digital bisnis (Tokopedia), UMKM (Bayusvara), dan sosok Jannah.
Kasus 1 COVID-19 bukan saja bisa bangkit dari Coronavirus di saat semua orang bahkan tenaga medis masih menerka-nerka cara penanganannya, melainkan juga menginspirasi banyak survivor COVID-19 dan terpenting sampai saat ini masih berjuang hadapi stigma negatif bahkan perudungan dari orang lain dicap sebagai 'pembawa virus'.
KUY Entertainment menjadi contoh menarik bagaimana para selebriti di industri televisi nan megap-megap di masa pandemi beradaptasi menggunakan platform digital lain agar bisa bersambung bahkan menghidupi orang sekitar. Mungkin beberapa kanal YouTube lain juga bagian dari adaptasi tersebut, namun KUY Entertainment mengalami lonjakan penonton, subscriber, dan sebaran konten. Selain itu, di konten SEMPROD tampak penonton dibuka mata secara blak-blakan jika selebriti juga orang biasa, bisa salah, bisa mengumpat, bisa senang atau sedih, dan bisa melakukan berbagai hal sebagaimana orang pada umunya.
Indonesia Amputee Football (INAF) lahir dari penggemar sepakbola disabilitas. Tak sekadar sebagai olahraga rekreasi, INAF acap mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia. Pandemi menjadi batu sandungan tersendiri bagi persiapan mereka mengahadapi Pra Piala Asia Amputee Football 2020 di Malaysia dan Piala Dunia Sepak Bola Amputasi 2022 di Polandia. Cerita tentang para pemain, staf pelatih, dan keduanya berjuang agar tetap bugar dan bisa membuat dapur ngebul di masa pandemi akan menjadi inspirasi bagi setiap orang. Siapa pun. Tak terkecuali.
KamiBijak.com menjadi penting sebagai platform khusus kaum difabel dan semakin dibutuhkan ketika informasi-informasi tentang COVID-19 berikut turunannya. Seperti rincian PSBB, tes rapid dan swab, Work From Home (WFH), hingga tips-tips menjaga imunitas, kebugaran, dan kesehatan tidak banyak dilakukan media lain bagi kaum disabilitas.
Lawless Jakarta, sebagaimana bisnis lain di Jakarta juga ambruk di masa Pandemi. Mereka putar otak agar tetap bisa berjalan dan terpenting tidak ingin merumahkan karyawan. Bukan lempar handuk putih, Lawless Jakarta justru bangkit mengubah strategi penjualan bahkan berani membuka lini bisnis baru, Lawless Dogbar, di tengah kecamuk pandemi. Keberanian tersebut jadi bahan bakar anak-anak muda di skena musik cadas, penggemar Seringai, bangkit menjalani hari-hari sulit.
Persis KUY, Podkesmas juga justru berkembang di saat pandemi berlangsung. Keempat personel saban hari hidup di industri televisi namun bisa terus bikin dapur ngebul saat pandemi berkat podcast. Bahkan, Podkesmas melebarkan sayap mendirikan Podkesmas Asia Network menjadi jejaring podcaster terbesar setelah bisa meraih urutan tertinggi se-Asia.
BMW Group Indonesia sempat dikabarkan akan tutup pada 2020 karena penjualan tak sampai angka 570.000 unit. Kondisi resesi ekonomi akibat pandemi sejak Maret 2020 mengoreksi target penjualan versi Gaikindo. Meski begitu, BMW Group Indonesia tak putus asa, justru menggeber 13 produk sepanjang pandemi. Peluncuran dilakukan secara virtual, mobilnya juga bukan produksi biasa karena hasil racikan dari BMW M GmbH.
Tokopedia masuk jajaram 10 teratas lantaran di awal pandemi, saat sedang menggencarkan kampanye membuat beragam bazar khusus UMKM dan konsumen lagi melonjak, dihajar kasus pencurian data pelanggan. Konsumen ketakutan data tak aman kemudian memutuskan minggat. Tokopedia berbenah dan berhasil survive dan bangkit.
Bayusvara semula hidup di industri hiburan, khususnya pertunjukan musik, melalui penyewaan alat pendukung panggung. Pandemi bikin segala konser musik dan acara-acara menghadirkan orang banyak terpaksa berhenti. Bayusvara tak dapat panggilan sewa, pemasukan nihil, sementara ada belasan pekerja menggantungkan hidup. Bayu Fajri, pendiri Bayusvara putar otak mendirikan Segarsvara bisnis di bidang sayur, buah, dan bahan pokok lain bekerjasama dengan pedagang pasar.
Jannah, penyandang disabilitas tuli, tak cepat patah arang di tengah pandemi. Ia semula kesulitan menyambung hidup di masa PSBB. Geraknya terbatas. Di tengah keadaan mencekik tersebut, Jannah sering membaca pengumuman dari pemerintah tentang pentingnya penggunaan masker. Ia merasa masker nan beredar di masyarakat menutupi mulut. Bagi kebanyakan disabilitas tuli sepertinya membaca gerak mulut sangat penting. Jannah pun mengkreasikan masker plastik agar para penyandang disabilitas bisa melihat gerak bibir. Masker plastik tersebbut bahkan mendatangkan pundi-pundi.
Kesepuluh survivor tersebut diharapkan bisa menjadi role model bagi orang-orang di mana pun berada. Terutama sedang dalam keadaan sulit untuk bisa bangkit. Dari kisah mereka, pembaca bisa ambil semangat dan energi mengubah kesusahan jadi keberkahan. Amin. (*)