Tips Meningkatkan Penjualan di Tengah Kemerosotan Ekonomi

Minggu, 27 November 2022 - Andreas Pranatalta

SETELAH melalui goncangan ekonomi setelag COVID-19, jenama dan para pengiklan masih harus menghadapi tantangan besar lainnya, yakni resesi global. Oleh karena itu, harus mempersiapkan strategi untuk meningkatkan penjualan di tengah kemerosotan ekonomi.

Menurut laporan Nielsen, dengan 60 persen ekonom dunia memprediksi resesi di Eropa, tingkat pertumbuhan global diperkirakan hanya akna mencapai 2,9 persen, turun dari perkiraan awal 4,6 persen di awal 2022. Hal ini menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi tampaknya tidak bisa dihindari.

Perubahan pola konsumen juga terlihat dari bagaimana mereka menyesuaikan pengeluaran untuk beradaptasi dengan inflasi dan suku bunga yang tinggi. Berdasarkan data Nielsen Ad Intel, pasar periklanan di AS menurun sebesar tujuh persen pada kuartal kedua 2022 jika dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu. Penurunan itu menandakan banyak pemasar yang telah atau berencana untuk memotong anggaran belanja iklan mereka.

Baca juga:

Survei Nielsen: Televisi Jadi Saluran Iklan Pilihan Brand

Tips Meningkatkan Penjualan di Tengah Kemerosotan Ekonomi
Pemotongan anggaran nyatanya bukan solusi. (Foto: Unsplash/Brad Neathery)

“Pandangan Bank Dunia baru-baru ini menunjukkan angka pertumbuhan yang melambat di seluruh wilayah yang juga diikuti melemahnya mata uang sehingga turut memperburuk perlambatan itu. Secara khusus, wilayah Asia-Pasifik yang saling berhubungan dengan Tiongkok dan AS, dimana pendekatan bisnis menjadi jauh lebih sensitif dibandingkan beberapa tahun terakhir," kata Vice President, Marketing Effectiveness, APAC Nielsen, Abhinav Maheswari, dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com.

Meskipun resesi terlihat menyeramkan, namun secara historis, resesi tidak akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Umumnya, 75 persen resesi akan berakhir dalam setahun dan 30 persen resesi akan berlangsung dua kuartal.

Jadi, setiap pemotongan pengeluaran kemungkinan hanya akan bersifat jangka pendek dan menghasilkan penghematan nominal, sambil menempatkan brand pada posisi yang kurang menguntungkan menuju periode pemulihan yang kemungkinan akan segera terjadi.

Pemotongan anggaran nyatanya bukan solusi. Brand perlu mengoptimalkan berbagai strategi media dan berinvestasi pada saluran-saluran yang telah terbukti memiliki kinerja yang baik.

Baca juga:

Nielsen Tambah Jumlah Pengukuran Penonton Indonesia

Tips Meningkatkan Penjualan di Tengah Kemerosotan Ekonomi
Resesi tidak akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. (Foto: Unsplash/Patrik Michalicka)

Dengan menyeimbangkan strategi dengan baik, maka brand dapat mengalokasikan anggaran untuk mencapai audiens yang tepat, efisiensi, dan frekuensi. Misalnya, sebuah brand produsen mobil baru-baru ini meningkatkan jangkauannya sebesar 26 persen dan jumlah tayang lebih dari 39 persen hanya dengan mengoptimalkan alokasi medianya tanpa menyesuaikan anggarannya.

Sebelum mengasumsikan penurunan penjualan karena resesi, brand harus menilai lanskap dan mengikuti dengan cermat perilaku konsumen untuk perubahan pola pengeluaran. Pergeseran kebiasaan belanja, misalnya, menciptakan peluang untuk pertumbuhan dalam kategori tertentu, seperti pada kosmetik ataupun makanan dan perhotelan.

Dan ketika konsumen menjadi lebih sensitif terhadap harga, brand perlu mengubah rencana media, dan bagaimana brand menyampaikan pesan, agar sesuai dengan perubahan konsumen. Pesan yang ramah akan situasi resesi dapat membantu memperkuat nilai brand dan membantu memastikan loyalitas konsumen setelah resesi.

Brand dan pengiklan yang ingin memaksimalkan potensi pertumbuhan kategori selama resesi harus berfokus pada analisis perilaku konsumen untuk mengoptimalkan pesan dan meningkatkan dampak belanja iklan mereka. (and)

Baca juga:

Laporan Nielsen Ungkap 26% Pemasar Global Yakin pada Data Audiens Mereka

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan