Tana Beru, Bukti Masyarakat Bulukumba Ahli Membuat Kapal

Rabu, 12 Desember 2018 - Muchammad Yani

BUTTA Panritta Lopi yang artinya Bumi para ahli pembuat perahu pinisi, julukan ini sudah melekat dan mendarah daging bagi masyarakat Bulukumba, Sulawesi Selatan. Sejak berabad-abad lamanya, kapal kayu pinisi menjadi kendaraan laut yang disegani di seluruh dunia.

Kita bisa melihat kepiawaian masyarakat Bulukumba dalam membuat kapal pinisi tradisional di Tana Beru. Tempat ini memang bukan satu-satunya di Sulawesi Selatan, namun yang paling terkenal di sana. Tana Beru terletak sekitar 176 kilometer dari pusat Kota Makassar atau 23 kilometer dari Bulukumba.

Lama waktu pengerjaan kapal pinisi bervariasi tergantung kesiapan bahan dan musim. Namun rata-rata memakan waktu sekitar 3 hingga 6 bulan. Pemesan perahu di tempat ini bukan hanya datang dari Indonesia saja, karena Tana Beru sudah dipercaya sebagai tempat pembuat kapal terbaik di berbagai negara.

Penuh ritual

Pembuatan kapal di Tana Beru penuh ritual (Foto: Instagram/rendyjoe07)
Pembuatan kapal di Tana Beru penuh ritual (Foto: Instagram/rendyjoe07)

Keterampilan dan kekuatan magis dipadukan dalam setiap pembuatan kapan pinisi. Penentuan hari baik untuk mencari bahan baku menjadi ritual pertama. Biasanya, hari baik jatuh pada hari kelima dan ketujuh di bulan yang sedang berjalan. Angka lima melambangkan naparilimai dalle’na atau rezeki sudah di tangan, sementara angka tujuh berarti natujuangngi dalle’na atau selalu dapat rezeki.

Pengusiran roh penghuni pohon, menjadi ritual lain sebelum menebang pohon untuk dijadikan bahan baku. Ayam menjadi korban sesembahan ritual ini. Setelah penebangan, kayu kemudian pemotongan lalu dilakukan pengerikan. Ada teknik khusus dalam pemotongan yakni dengan menyesuaikan urat kayu. Hal ini akan membuat kayu lebih kuat.

Proses selanjutnya adalah perakitan dengan memasang lunas, papan dan tiang. Tahap terakhir meluncurkan kapal pinisi ke laut. Setiap proses mulai dari pencarian bahan baku hingga selesai memiliki ritualnya sendiri. Upacara terakhir adalah Maccera Lopi atau mensucikan perahu. Upacara ini dilakukan dengan menyembelih hewan kambing atau sapi tergantung ukuran kapal.

Erat kaitannya dengan Islam

Kapal pinisi punya makna mendalam (Foto: Instagram/yantika_noel)
Kapal pinisi punya makna mendalam (Foto: Instagram/yantika_noel)

Sejarah mencatat kapal pinisi bernama Phinisi Nusantara berhasil membelah lautan ke Vancounver, Kanada tahun 1986. Namun, di balik ternyata pinisi memiliki hubungan erat dengan Islam. Hal itu bisa dilihat pada setiap tiang di kapal pinisi.

Dua tiang utama melambangkan rukun Islam yang pertama yakni 2 kalimat syahadat. Sementara tujuh layar merepresentasikan jumlah surah Al Fatihah. Namun, dua tiang utama dan tujuh layar juga bisa diartikan kalau nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi samudera.

Pinisi sendiri konon diambil dari nama sang pembuatnya. Ia merupakan seorang pelaut handal. Saat melihat kapal di sekitar pantai Bira, ia menegur seorang nahkoda kalau layar kapalnya masih perlu diperbaiki. Semenjak saat itu Masyarakat Bira berpikir dan mendesain kapal layar yang akhirnya melahirkan kapal pinisi.

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan