Sebuah Darmawisata 'Inner Child' BATDD Menuju 'Tamasya Dibuka'
Minggu, 06 April 2025 -
MerahPutih.com - Sepiring sambal ‘Dabu-Dabu’ dan beberapa makanan rebus seperti singkong, ubi, kentang hingga jagung tersaji di depan mata, di atas mejad kecil di dalam studio ‘DIY’ milik unit baroque pop BATDD di kawasan Karawaci, Tangerang pada Senin (24/4) malam
“Silahkan mas ambil saja, belum makan kan pasti?,” tanya Gitaris BATDD yang akrab dipanggil Bo’i, sengaja menyajikan santapan khas tanah kelahirannya Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai jamuan tipis.
Dari suguhan khas Bo’i serta ditemani beberapa hisapan rokok konvensional, BATDD mulai menceritakan bagaimana awal terbentuk, proses rekaman hingga penggunaan akronim pada nama panggung mereka.
BATDD yang awalnya merupakan akronim dari huruf pertama para personel, yaitu Bo’i (gitar), Andrew (gitar), Tamaro (bass), Dea (vokal utama), dan Dika (gitar dan vokal) kini beralih menjadi Bimbingan Anak Tersiap Di Dunia, yang mungkin terdengar sedikit naif. Namun, nama adalah doa, dari akronim ‘kekanak-kananakan’ itu BATDD berhasil meracik bumbu-bumbu imajinasi, suara kikuk, hingga melebur menjadi bebunyian ‘baroque pop’.
Yap, setidaknya ‘Baroque Pop’ ini adalah yang tertulis di rilis pers yang beredar. Walaupun dalam kenyataannya para personel tak memusingkan permasalahan genre yang harus dimainkan.
“Ada beberapa kali saat memperdengarkan materi-materi kami ke orang-orang, dan salah satunya adalah yang gua percaya David Tarigan, darinya sempat muncul kata ‘Baroque Pop’, dan setelah itu akhirnya kami pakai untuk memudahkan para pendengar mengetahui kemana setidaknya musik kami berada,” terang Dika.
Namun, mari kesampingan dahulu perihal ‘Baroque Pop’ untuk mendengarkan ruang musik penuh imajinasi saat berjalan masuk ke pintu gerbang yang dinamakan ‘Tamasya Dibuka’ dari BATDD.
Baca juga:
BATDD Luncurkan EP Perdana Penuh Imajinasi Lewat 'Tamasya Dibuka'
1.? ?Akhirnya gerbang ‘Tamasya’ telah dibuka
Bayangkan suasana musim panas libur sekolah yang begitu hangat, setelah melalui proses belajar mengasah otak yang begitu ‘rumit’ tibalah masa di mana anak-anak terbebas dari rasa itu. Dan perasaan itu terwakilkan dalam trek awal ‘Tamasya Dibuka’.
“Memang lagu ini pertama yang kami buat untuk EP ini,” terang Dika.
Diawali dengan petikan kikuk dari gitar, lagu ‘Tamasya Dibuka’ terasa seperti pengumuman ‘menyenangkan’ yang sudah ditunggu, seperti penggalan lirik, “Tara menari-nari.. mari-ritara-menari” sebagai tanda dimulainya perjalanan.
2. Tuan ‘Gajah’ yang ‘Hachi… Hachi’
Pada kenyataannya ‘Gajah’ memang bisa ‘Bersin’ layaknya manusia. Hal dikarenakan gajah juga memiliki struktur rambut yang dinamakan Silia, seperti manusia. Namun, lagu ini bukan menjelaskan bagaiman gajah bisa bersin, melainkan taktik lucu tentang perjalanan si Gajah mencari kesembuhan atas bersinnya tersebut.
“Lagu ‘Bersin Gajah’ dibuat saat benar-benar gue lagi pilek,” jelas Dea yang suara bersinnya dijadikan lirik dalam lagu ‘Bersin Gajah’.
Lalu mengapa tajuk yang dipilih nama hewan, menurut Dea ia kembali mengingat salah satu metode yang dinamakan Guided Imagery and music (GIM) saat dirinya mengambil kuliah jurusan Terapi Musik di salah satu kampus swasta Tangerang.
Di mana metode GIM menuturkan musik sebagai katalis dan wadah untuk menggerakan imajinasi seseorang agar dapat mengakses serta menjelajahi kedalaman pengalaman seseorang. Kalau penasaran seperti apa, silahkan ditonton anime berjudul ‘Odd Taxi’.
‘Bersin Gajah’ memiliki lirik nan jenaka, mulai dari bertemu kakek gajah diberi wejangan, ketemu dokter gajah, sampai dukun gajah yang memberikan mantra, “Fi.. fa.. fufu.. fafafa..”
3.? ?‘Mendingan Jangan’ tapi coba dengarkan
Tidak perlu terlalu banyak tulisan untuk trek satu ini, mulai dari detik pertama dimulai kamu akan disuguhin kilatan efek gitar yang cukup memekakan telinga. Namun sangat disayangkan bila langsung menghindarinya. Jadi nikmati saja.
“Formulanya selalu sama, pertama Dea sama Dika nanti bikin lagu, terus baru nanti dikasih ke kita untuk isiannya. Biasanya sebelum latihan, masing-masing dari kita pasti sudah siapkan materi seperti apa yang harus dibawain di studio, termasuk lagu ‘Mendingan Jangan’ ini,” jelas Tamaro
Baca juga:
Mariani Oelong Mendekati EP Terbaru Lewat Single 'Jangan Main Main'
4.? ?Kebahagiaan adalah ‘Anjing Yang Damai’
Dentuman drum penuh kemeriahaan dari Andrew sudah diperdengarkan sejak detik pertama trek ini dimainkan, bagaikan musik syahdu yang dibunyikan oleh sebuah pawai penuh semangat, BATDD menanamkan semuanya dalam trek berjudul ‘Anjing Yang Damai’.
Bila ditelaah dari liriknya, BATDD menceritakan episode pertama di musim pertama dari ‘The Snoopy Show’ bertajuk ‘Happiness Is A Dancing Dog’. Menceritakkan perjalanan karakter Charlie Brown mencari yang hal bisa membuatnya tersenyum.
“Waktu itu kita ada sesi nonton bareng, dan kebetulan lagi nonton ‘The Snoopy Show’ dari situ inspirasi lirik untuk lagu ini lahir. Karakter Charlie Brown disitu diperihatkan sosok anak kecil namun selalu punya pikiran yang dewasa, hal itu berbanding dengan si Snoopy yang penuh dengan keceriaan,” cerita Dea tentang lagu ‘Anjing Yang Damai’.
Baca juga:
Mahir & The ALLIGATORS Rilis EP Terbaru, Tampilkan Kolaborasi Bersama TNI/Polri
5.? ?‘Ini Lagu Terakhir’ bukan?
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, namun BATDD membuat kata ‘perpisahan’ itu menjadi lebih elok lewat trek ‘Ini Lagu Terakhir’. Lagu yang diawali dengan kalimat, “Sebelum pulang mari belajar.. mengeja,” satu ajakan menyenangkan untuk diikuti.
Semua rangkuman perjalanan ‘inner child’ yang diselimuti oleh musik baroque pop diperlihatkan dalam trek kelima EP ini, mulai dari komposisi musik, hingga lirik bernarasi terasa lengkap sebagai lagu penutup EP ‘Tamasya Dibuka’.
“Ini Lagu Terakhir ini belum pernah kami bawakan secara live, karena menurut banget harus ada momen spesial ketika dibawakan untuk pertama kalinya,” lanjut Dika.
Proses penciptaan trek terakhir ini pun terbilang berbeda dengan lagu lain, karena diawali dengan drum terlebih dahulu.
“Gue tuh ingin punya lagu, di mana drum bukan sebagai rhythm aja, tapi juga ada melodinya. Bagaimana ya kalau ada lagu itu justru temanya ada di drum dan terciptalah karya ini,” tambah Andrew.
Bila ditelaah sedikit dengan analisa gembel penulis, lewat EP ini BATDD merangkai melodi layaknya kanvas imajinasi seorang anak kecil, liar, bebas, dan tak terbelenggu oleh ketakutan yang membayangi hati orang dewasa. Musik mereka menjelma menjadi dunia fantasi yang penuh warna dan petualangan, menghadirkan kesan polos, lugu, bahkan kekanak-kanakan, seolah mengajak pendengarnya kembali menelusuri jejak-jejak keajaiban masa kecil. (far)